Beberapa tahun terakhir, saya mulai mengubah pendekatan. Saya lebih banyak bertanya, lebih sedikit memberi ceramah. Saya ajak murid-murid membuat pertanyaan, bukan hanya menjawab soal. Kami menonton film dokumenter, berdiskusi soal isu di sekitar, menulis puisi, bahkan kadang hanya duduk dan berbicara soal hidup.
Saya menemukan bahwa ketika murid merasa pembelajaran itu relevan dan menyentuh kehidupannya, mereka akan lebih mudah terlibat. Pendidikan menjadi ruang yang hidup. Salah satu murid saya pernah berkata, "Pak, ternyata belajar itu nggak selalu bikin pusing ya. Kadang malah bikin lega."
Kalimat itu, buat saya, lebih berharga dari nilai sempurna di ujian manapun.
Pendidikan Bukan Produk, Tapi Proses
Saya percaya bahwa pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang melihat anak sebagai manusia utuh dengan pikirannya, perasaannya, impiannya, dan lukanya. Pendidikan bukan pabrik yang mencetak siswa seragam. Ia adalah taman di mana setiap anak bisa tumbuh dengan caranya sendiri.
Tentu saja, ini bukan tugas mudah. Tapi jika kita sebagai guru, orang tua, dan masyarakat bisa melihat kembali makna sejati pendidikan, kita mungkin bisa membangun ruang belajar yang lebih manusiawi.
Karena sejatinya, belajar bersama adalah tumbuh bersama. Dan tak ada pertumbuhan yang benar-benar berarti tanpa perasaan saling percaya, saling dengar, dan saling hormat.
Penutup: Mengembalikan Hati dalam Pendidikan
Pendidikan bukan sekadar program pemerintah, kurikulum nasional, atau soal akreditasi. Pendidikan adalah tentang relasi manusia antara guru dan murid, antara pengetahuan dan kehidupan, antara hati dan pikiran.
Jika kita ingin menciptakan perubahan besar dalam sistem pendidikan, mungkin kita bisa mulai dari perubahan kecil: mendengar lebih dalam, mengajar dengan kasih, dan mengingat bahwa di balik setiap anak, ada dunia yang ingin dipahami, bukan dihakimi.
Dan mungkin, di akhir hari, pendidikan bukan tentang siapa yang paling pandai, tapi siapa yang paling peduli.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI