Kisah nyata seorang guru membangun passive income tanpa meninggalkan kelas bukan mimpi, tapi hasil dari langkah-langkah sederhana.
Saya Guru, Tapi Pernah Lupa Mengatur Keuangan
Dulu saya pikir, cukup jadi guru yang berdedikasi.
Tapi makin ke sini, saya sadar: dedikasi saja tak cukup buat bayar listrik, beli buku, atau bantu sekolah anak. Saya bersyukur, tentu. Tapi ada rasa khawatir yang sering diam-diam datang:
"Bagaimana jika suatu hari saya harus berhenti mengajar?"
Akhirnya, saya mulai mencari jalan:
Bisakah saya membangun penghasilan pasif tanpa meninggalkan panggilan hati sebagai pendidik?
Saya bukan pakar keuangan. Tapi saya mencoba.
Dan inilah perjalanan sederhana saya bagian dari Cerita Cuan 2025.
1. Kenali Arus: Jangan Kelola Kalau Belum Paham
Uang pasif bukan soal malas bekerja, tapi soal tahu kapan harus berhenti mengejar.
Saya mulai dari pertanyaan paling dasar:
Dari mana uang bisa tetap masuk meski saya tidak sedang mengajar?
Saya pelajari royalti, afiliasi, dividen, sewa properti, dan lainnya.
Tapi saya tak langsung lompat ke semua itu. Saya pelajari dulu.
Saya sesuaikan dengan ritme hidup saya sebagai guru.
2. Mulai dari yang Kita Pahami, Bukan yang Lagi Tren
Saya bukan influencer. Saya guru. Tapi saya bisa berbagi pengetahuan yang punya nilai.
Saya tidak ikut-ikutan tren investasi yang tidak saya pahami.
Saya mulai dari yang saya tahu: mengajar dan menulis.