Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... GURU - PENCARI MAKNA

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bisnis Rumahan Impianku: Usaha Kue Rumahan untuk Menyiasati Penghasilan Sebagai Guru dan Istri Pekerja Kantoran

27 Juni 2025   05:27 Diperbarui: 27 Juni 2025   05:27 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membuat kue bersama di dapur rumah sederhana, penuh kehangatan dan harapan yang tumbuh dari loyang kue . (Pixbay)

Tulisan ini merupakan bagian ketiga dari rangkaian tulisan reflektif saya setelah sebelumnya menulis tentang MengEMASkan Indonesia dan Tebar Manfaat Bersama Pegadaian. Kali ini, saya ingin berbagi tentang sesuatu yang lebih personal tentang mimpi kecil kami di dapur rumah. Tulisan ini juga merupakan bagian dari blogcompetition cerita cuan 2025, dan menjadi lanjutan dari seri masih cerita cuan 2025 hari 3.

Saya seorang guru. Istri saya bekerja kantoran. Kami pasangan yang sama-sama sibuk dengan dunia kerja formal. Setiap pagi, kami berangkat pukul 07.00, dan kembali ke rumah sekitar pukul 14.00. 

Hari-hari kami padat, penuh tanggung jawab, dan terus bergerak. Namun ada satu hal yang tetap menjadi bayangan kami setiap kali kalender berganti: penghasilan tetap kami tak kunjung cukup untuk memenuhi kebutuhan dan menyiapkan masa depan yang lebih lega.

Kami tidak sedang mengejar gaya hidup glamor. Kami hanya ingin napas yang sedikit lebih longgar. Sedikit tabungan. Sedikit harapan agar anak-anak kami bisa mengejar cita-cita mereka tanpa harus dihantui angka-angka di rekening. 

Kami ingin menanamkan nilai kepada anak-anak: bahwa hidup bukan soal kaya atau miskin, tapi tentang cara kita bertahan dengan bermartabat.

Dan karena waktu kami terbatas, kami mencari satu hal: usaha rumahan yang bisa kami jalankan tanpa mengorbankan pekerjaan utama kami. Di situlah kami bertemu dengan mimpi kecil bernama Bisnis Rumahan Impianku.

"Jika tidak bisa menambah jam kerja, tambahlah makna dari jam yang sudah kita punya." - Catatan kecil dari dapur rumah kami

Mengapa Kue?

Bukan karena kami ahli memasak. Tapi kami punya dapur, oven sederhana, dan rasa ingin tahu yang tak pernah habis. 

Kami mulai dari mencoba kue kering, lalu merambah ke kue basah. Belajarnya? Dari video YouTube, resep daring, dan nasihat teman-teman. Gagal? Tentu. Kadang gosong. Kadang bantat. Tapi setiap kali adonan berubah bentuk di dalam oven dan mengembang perlahan, kami merasa ada harapan yang juga ikut tumbuh.

Kami memilih usaha kue rumahan karena fleksibilitasnya. Kami bisa kerjakan malam hari setelah anak-anak tidur. Bisa kami jadwalkan sesuai jam kerja kami. Sistem pre-order menjadi penyelamat agar kami tetap bisa profesional di kantor, sekaligus serius di dapur.

Dan entah bagaimana, aroma mentega yang menguar dari dapur pelan-pelan menyembuhkan lelah kami. Ada semacam kebahagiaan sederhana yang tumbuh dari loyang panas: bahwa kami bisa menciptakan sesuatu bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun