Itulah momen di mana aku benar-benar merasa mengajar. Bukan karena aku memberikan jawaban, tapi karena aku menemani pencarian.
Mengajar bukan soal membagikan semua yang kita tahu.
Mengajar adalah soal menjaga rasa takjub itu tetap hidup.
Pendidikan yang Membebaskan
Aku teringat kata-kata Paulo Freire:Â
Education either functions as an instrument that is used to facilitate integration of the younger generation into the logic of the present system and bring about conformity... or it becomes the practice of freedom.
Dalam bahasa yang lebih sederhana: pendidikan bisa menjinakkan, atau membebaskan.
Menjinakkan membuat murid hanya jadi pengikut. Murid yang tahu cara menjawab soal, tapi bingung ketika ditanya tentang hidup. Murid yang fasih menjelaskan teori, tapi gagap mengambil keputusan. Murid yang takut salah, karena selalu dituntut sempurna.
Tapi pendidikan yang membebaskan... ah, ia membuka jendela.
Ia membuat murid berani bertanya.
Ia menumbuhkan kepercayaan diri.
Ia menghargai proses.
Ia memberi ruang untuk gagal dan bangkit.
Ia menjadikan kelas tempat yang hangat---bukan dingin oleh tekanan, atau kaku oleh aturan.
Di Kelas yang Sering Berantakan
Aku tidak akan berdusta.
Kelas yang membebaskan tidak selalu rapi. Kadang berisik. Kadang penuh tanya yang sulit. Kadang ada pertengkaran ide. Kadang ada tangis karena merasa gagal. Tapi di sanalah kehidupan berlangsung.
Kita tidak sedang membentuk pasukan. Kita sedang menemani tumbuhnya manusia.