Aku pernah melihat seorang guru berdiri di depan kelas, wajahnya tegas, suaranya keras, dan setiap murid duduk membatu seolah mereka tak boleh bergerak sedikit pun.Â
Setiap kata yang keluar dari mulut sang guru seperti perintah militer. Tidak ada tanya-jawab. Tidak ada ruang untuk salah. Dan tentu saja, tidak ada ruang untuk bernapas.Â
Aku bukan murid di kelas itu, tapi rasanya sesak hanya dengan menyaksikannya dari pintu.
Lalu aku berpikir, ini kelas atau kandang?
Tapi ini bukan cuma tentang cara mengajar yang kaku.
Ini tentang sesuatu yang jauh lebih besar. Sesuatu yang diam-diam telah menjalar begitu dalam di dunia pendidikan: keinginan untuk menjinakkan, bukan membebaskan.
Padahal, bukankah tugas guru adalah memerdekakan pikiran, bukan mengikatnya? Bukankah ruang kelas seharusnya menjadi tempat di mana rasa ingin tahu tumbuh liar, bukan tempat di mana anak-anak dilatih untuk patuh tanpa tanya?
Mari kita tarik napas, dan buka mata lebar-lebar.
Sekolah: Pabrik atau Ladang?
Bayangkan ini: seorang murid datang ke sekolah dengan ide liar tentang cara membuat sepeda yang bisa berjalan di air.Â
Tapi alih-alih didorong untuk mengeksplorasi, ia diberi lembar kerja tentang roda dan katrol, lalu diminta duduk diam mengikuti instruksi. Tidak boleh ke mana-mana. Tidak boleh gagal.