Saya pernah menangkap basah anak saya - kelas 5 SD - sedang menonton video yang sama sekali bukan untuk usianya. Saya tidak marah. Hanya diam. Sambil menatap layar kecil itu, saya merasa seperti orang asing di rumah saya sendiri.
Kami yang dewasa terlalu mudah berpikir bahwa anak-anak belum mengerti apa-apa. Tapi mereka hidup di zaman yang tak menunggu kedewasaan untuk menyodorkan semua kemungkinan baik maupun buruk.Â
Dalam sekali klik, dunia terbuka. Dan seringkali, kita terlambat menyadari bahwa dunia itu bisa juga mencabik.
Saya ingat waktu kecil dulu, hiburan saya adalah TPI yang penuh dengan sandiwara radio visual, atau kaset tape recorder yang harus dipinjamkan bapak dari tetangga.Â
Sekarang, anak-anak tumbuh bersama TikTok, Instagram, dan X platform yang bisa memperkaya imajinasi, sekaligus menumpulkan empati jika tidak disaring dengan bijak.
Ketika saya mendengar bahwa pemerintah memberi waktu dua tahun bagi platform media sosial untuk menyesuaikan diri melalui PP Tunas, saya termenung. Dua tahun bukan waktu yang sebentar, tapi juga bukan waktu yang lama jika menyangkut anak-anak.
Masa Kecil yang Diculik Layar
Saya seorang guru. Di kelas, saya melihat anak-anak yang cerdas, penuh tanya, dan haus perhatian. Tapi saya juga melihat anak-anak yang matanya sayu, telinganya tak lagi peka, dan jari-jarinya lebih lincah menggeser layar daripada membuka halaman buku.Â
Saya tidak sedang menghakimi, hanya sedang jujur.
Beberapa waktu lalu, saya berdialog dengan salah satu murid saya, sebut saja Nisa. Ia kelas X SMK dan suka menggambar. Tapi akhir-akhir ini, ia menjadi lebih murung. Setelah ditanya pelan-pelan, ternyata ia mengalami cyberbullying karena hasil gambarnya yang diunggah di TikTok dianggap "jelek" oleh akun anonim. Akun yang, kemungkinan besar, juga milik anak-anak seusianya.
Saat itu saya merasa gagal. Bukan sebagai guru, tapi sebagai bagian dari sistem yang membiarkan anak-anak saling menyakiti dengan cara yang tidak terlihat.Â
Platform digital sudah menjadi ruang bermain baru bagi anak-anak, tapi kita belum cukup dewasa untuk memastikan itu ruang yang aman.