Â
Mungkinkah Kita Mengubah Arah?
Saya percaya jawabannya: ya. Tapi tidak instan.
Perubahan tidak datang dari atas. Ia tumbuh dari bawah, dari ruang kelas yang melihat setiap murid sebagai pribadi yang unik. Dari orangtua yang berhenti bertanya "dapat rangking berapa?" dan mulai bertanya "apa yang membuatmu bahagia hari ini?"
"Ketika kita berhenti menilai ikan dari cara memanjat pohon, kita mulai melihat keindahan cara mereka berenang."
Kita Butuh Lebih Banyak Cermin, Bukan Penggaris
Dalam hidup, tidak semua hal bisa diukur. Tidak semua pencapaian bisa dijumlah. Ada keberanian yang tak terlihat. Ada ketekunan yang tak terdengar. Ada mimpi yang tak tercatat di rapor, tapi tumbuh diam-diam dalam hati seorang anak.
Maka tugas kita bukan membuat semua anak sama. Tapi membantu mereka menjadi versi terbaik dari dirinya.
Saya menulis ini bukan karena saya punya semua jawabannya. Tapi karena saya dulu pernah merasa seperti ikan yang dipaksa memanjat pohon. Dan saya tahu betapa sakitnya merasa gagal di sistem yang tak pernah dirancang untuk kita.
Jadi, jika kamu pernah merasa bodoh karena tidak cocok dengan sistem, percayalah: kamu tidak gagal. Kamu hanya belum menemukan panggungmu.
Dan mungkin, tugas kita hari ini bukan membangun tangga yang lebih tinggi, tapi menciptakan taman di mana semua bisa tumbuh sesuai bentuknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI