Dan itu juga yang membuat saya berhenti meremehkan kekuatan kalimat sederhana seperti, "Saya bangga sama kamu," atau "Coba lagi, kamu pasti bisa."
Karena bisa jadi, tidak ada yang pernah mengatakan itu pada mereka sebelumnya.
Apa Artinya Jadi Guru?
Dulu saya pikir, guru yang hebat itu yang selalu punya jawaban. Sekarang saya sadar, guru yang luar biasa adalah mereka yang tidak takut mengatakan, "Saya tidak tahu, ayo kita cari tahu sama-sama."
Menjadi guru bukan tentang tampil sempurna di depan kelas, tapi tentang bagaimana kita hadir secara utuh. Dengan semua rasa capek, khawatir, dan bahkan ketidaktahuan kita dan tetap memilih untuk ada di sana. Untuk tetap menyapa. Tetap mendengarkan. Tetap membimbing, meski kadang sendiri juga sedang terseok.
Setiap Murid Punya Cerita. Dan Kita Ada di Dalamnya.
Satu hal yang selalu membuat saya terharu adalah menyadari bahwa kita, para guru, mungkin hanya sepotong kecil dari hidup seorang murid tapi kadang, kita ada di bagian paling menentukan.
Saya pernah punya siswa yang tampak selalu murung. Nilainya biasa saja, tidak pernah banyak bicara. Tapi bertahun-tahun kemudian, ia datang ke sekolah hanya untuk berkata, "Pak, waktu itu Bapak bilang saya punya cara pandang yang unik. Itu bikin saya berani ambil jurusan desain."
Saya tidak ingat kapan saya mengatakan itu. Tapi ia mengingatnya. Dan itu mengubah pilihannya.
Jadi, kalau kamu pernah merasa tidak dihargai, ingatlah: pengaruh kita tidak selalu terlihat sekarang. Tapi ia tumbuh diam-diam seperti akar yang menyelamatkan pohon saat badai datang.
Guru Biasa, Tapi Jadi Pelita
Kita ini mungkin hanya "guru biasa." Bukan selebritas. Bukan tokoh penting yang masuk berita. Tapi entah bagaimana, kita bisa jadi pelita dalam hari-hari gelap siswa kita.
Kita adalah orang yang mereka temui hampir setiap hari. Dan dalam interaksi sederhana itulah dampak luar biasa itu muncul. Mungkin dari caramu mengingat namanya, memberi senyum, atau sekadar bertanya, "Kamu nggak apa-apa hari ini?"
Saya percaya, pendidikan yang paling bermakna bukan hanya yang tercetak di rapor, tapi yang tertanam di hati. Dan itu dimulai dari relasi. Dari rasa aman. Dari kehadiran kita.