Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pramuka dalam Pendidikan: Pendekatan Opsional sebagai Keseimbangan Optimal untuk Pembentukan Karakter

6 April 2024   08:43 Diperbarui: 7 April 2024   14:05 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pramuka Membentuk Karakter Siswa di Era Modern (Kompas.com/Shutterstock/Gandi Purwandi)

Argumen pertama yang mendukung pendapat saya adalah bahwa dengan menjadikan Pramuka tidak wajib atau kegiatan opsional dapat meningkatkan partisipasi dan motivasi siswa. Ketika siswa diberi kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan minat dan bakat mereka, mereka cenderung lebih termotivasi dan terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut. Ini karena mereka merasa memiliki kendali atas pengalaman belajar mereka, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap kegiatan tersebut.

Ketika Pramuka menjadi opsional, siswa yang memiliki minat dan antusiasme terhadap kegiatan ini akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif. Mereka akan melihat kegiatan Pramuka sebagai kesempatan untuk mengembangkan keterampilan, nilai-nilai, dan hubungan sosial yang bermanfaat bagi mereka. Di sisi lain, siswa yang mungkin tidak tertarik pada Pramuka tidak akan merasa dipaksa untuk berpartisipasi, yang dapat mengurangi kemungkinan mereka merasa terbebani atau tidak termotivasi dalam melaksanakan kegiatan tersebut.

Dengan demikian, menjadikan Pramuka sebagai opsional menciptakan lingkungan di mana siswa merasa lebih bersemangat dan berkomitmen untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Ini tidak hanya dapat meningkatkan pengalaman belajar mereka secara keseluruhan tetapi juga memungkinkan mereka untuk menemukan minat dan bakat yang mungkin tidak mereka sadari sebelumnya. Dengan cara ini, kegiatan Pramuka dapat menjadi lebih bermanfaat dan relevan bagi siswa secara keseluruhan.

Argumen kedua yang mendukung pendapat saya adalah bahwa meskipun Pramuka menjadi opsional, Pramuka masih akan tersedia bagi siswa yang berminat, sehingga nilai-nilai tradisional dan peran penting Pramuka dalam pembentukan karakter tidak akan hilang.

Dengan menjadikan Pramuka sebagai kegiatan opsional, sekolah masih dapat menyediakan lingkungan yang mendukung bagi siswa yang ingin terlibat dalam kegiatan Pramuka. Bahkan, dengan status opsional, Pramuka dapat menarik lebih banyak siswa yang memiliki minat dan antusiasme yang kuat terhadap kegiatan tersebut, yang mungkin tidak terjadi jika Pramuka bersifat wajib. Dalam konteks ini, Pramuka dapat menjadi lebih dinamis dan relevan, dengan lebih banyak siswa yang benar-benar ingin terlibat dan berkontribusi.

Selain itu, meskipun menjadi opsional, Pramuka masih dapat mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya. Prinsip-prinsip kepramukaan seperti kedisiplinan, kejujuran, kerja sama, dan kepemimpinan tetap dapat diajarkan kepada siswa yang memilih untuk terlibat dalam kegiatan Pramuka. Bahkan, dengan mempertimbangkan minat dan antusiasme siswa yang lebih besar, Pramuka mungkin dapat mengembangkan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik, yang memungkinkan siswa untuk lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dengan demikian, menjadikan Pramuka sebagai opsional tidak akan menghilangkan nilai-nilai tradisional atau peran penting Pramuka dalam pembentukan karakter. Sebaliknya, hal itu dapat membuka peluang baru untuk memperkuat dan menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut dalam konteks yang lebih sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa saat ini.

Namun di tengah ramainya pendapat yang menjadikan pramuka sebagai sesuatu yang opsional,  ada sebagaian pihak yang mengatakan bahwa Pramuka harus menjadi kegiatan wajib. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, misalnya, berpendapat bahwa Pramuka harus menjadi kegiatan wajib dalam pendidikan. (Kompas.com, 03/04/2024). Argumen ini menekankan pentingnya Pramuka sebagai bagian integral dari proses pendidikan dan pembentukan karakter siswa.

Pendukung pendekatan ini berpendapat bahwa membuat Pramuka menjadi kegiatan opsional dapat mengurangi keikutsertaan siswa dan mengurangi dampak positif yang dapat diberikan oleh kegiatan tersebut dalam membentuk karakter. Mereka mungkin percaya bahwa nilai-nilai yang diajarkan dalam Pramuka, seperti kedisiplinan, kerja sama, dan kepemimpinan, seharusnya menjadi bagian dari kurikulum yang wajib bagi semua siswa.

Selain itu, ada kekhawatiran bahwa membuat Pramuka menjadi opsional dapat mengurangi identitas dan relevansi Pramuka dalam masyarakat, karena jumlah peserta yang berkurang dapat mengurangi dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap gerakan ini.

Perspektif ini  mempertanyakan apakah siswa yang memilih untuk tidak terlibat dalam Pramuka akan kehilangan peluang penting untuk pengembangan pribadi dan pembentukan karakter, terutama jika mereka tidak memiliki akses atau kesempatan untuk mengalami nilai-nilai yang diajarkan dalam kegiatan Pramuka di luar lingkungan sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun