Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Tantangan dan Peluang: Memahami Ajakan Pindah ke Jepang

24 Maret 2024   13:14 Diperbarui: 25 Maret 2024   08:54 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Majestic Tokyo Pemandangan Kota Modern Jepang (Pexels.com/ Ravish Maqsood )

Jepang, negara yang terkenal dengan teknologi canggih dan budaya kaya, menghadapi tantangan serius terkait situasi demografi dan ekonominya. Dalam beberapa tahun terakhir, Jepang menyaksikan penurunan signifikan jumlah penduduknya. Penurunan ini disebabkan oleh angka kelahiran rendah dan populasi yang semakin menua.

Data statistik terbaru menunjukkan tingkat kelahiran di Jepang berada di bawah tingkat kesuburan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi. Rasio ketergantungan yang meningkat juga menimbulkan tantangan tambahan bagi perekonomian Jepang. Situasi demografi yang menurun ini berdampak langsung pada berbagai aspek kehidupan sosial dan ekonomi negara.

Menurut data awal Kementerian Kesehatan, populasi Jepang menyusut signifikan pada 2023, dengan rekor penurunan mencapai 831.872 jiwa. Jumlah kelahiran turun menjadi 758.631 bayi, sedangkan angka pernikahan mencapai 489.281, di bawah 500.000 pertama kali sejak Perang Dunia II. 

Angka kematian di Jepang mencapai rekor tertinggi 1.595.503 jiwa, menyebabkan penurunan populasi alami sebesar 831.872 jiwa, terbesar dalam 17 tahun terakhir. (Antara.com, 28/02/2024)

Menurut Kazumasa Oguro, profesor ekonomi Universitas Hosei, kemungkinan besar angka kelahiran pada 2023 akan turun di bawah 750.000. Proyeksi dari Institut Nasional Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial pada 2017 menyatakan populasi Jepang diproyeksikan turun di bawah 100 juta jiwa pada 2053 dan mencapai 88,08 juta jiwa pada 2065.

Sementara itu, untuk pertama kalinya Jepang mencatat angka penurunan populasi di seluruh prefektur sejak 2022. Data itu dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada Rabu (26/7/2023). Mengacu pada data tersebut, jumlah orang Jepang turun sekitar 511.000 orang menjadi 122,42 juta selama 14 tahun. 

Penurunan jumlah populasi itu terjadi karena angka kelahiran terus rendah sejak 2008. Menurut Taipei Times, data kematian penduduk Jepang mencapai rekor tertinggi, yakni lebih dari 1,56 juta. Sementara hanya ada 771.000 kelahiran di negera itu. Untuk pertama kalinya, bayi yang lahir di negara itu di bawah 800.000. Puncaknya, angka kelahiran terendah mencapai rekor pada 2022 lalu. (Kompas.com, 28/07/2023)

Dengan latar belakang tersebut, tulisan ini bertujuan memberikan beberapa informasi yang perlu dipertimbangkan bagi individu yang tertarik dengan peluang pindah ke Jepang. 

Situasi Demografi dan Ekonomi Jepang

Jepang telah mengalami penurunan jumlah penduduk dalam beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan oleh tingkat kelahiran yang rendah dan populasi yang semakin menua. 

Tingkat kelahiran di Jepang telah turun secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Faktor seperti perubahan budaya, perkembangan ekonomi, dan kesulitan memadukan karier dan kehidupan keluarga telah menyebabkan banyak pasangan menunda atau membatalkan keputusan untuk memiliki anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun