Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Hati-hati Menulis Puisi Hasil Copas ChatGPT, Banyak Dampak Buruknya

5 Maret 2023   10:52 Diperbarui: 13 Maret 2023   00:44 2521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi chatbot ChatGPT(MobileSyrup via kompas.com)

Plagiasi selalu membawa dampak keterasingan, kehilangan jati diri, terlempar dari konteks dan pesan Anda kepada dunia tidak akan tersampaikan

Saya suka pada puisi. Tidak hanya sebatas membaca puisi karya-karya orang lain, tetapi juga suka menulis puisi sendiri. Sehingga tidak heran kalau artikel-artikel saya di Kompasiana banyak ditemukan kolom Fiksiana.

Saya menekuni bidang puisi sejak lama. Pada tahun 2022 kemarin, saya sempat masuk nomine best in fiction. Namun sayang, tidak terpilih sebagai the best. Tak apa. Terus berkarya saja.

Menjadi the best tentu melalui proses yang panjang dan tidak mudah. Apalagi, saya menyadari bahwa tulisan-tulisan saya memang belum layak untuk mendapatkan posisi nomor satu di bidang ini.

Selama masa covid, saya sendiri berhenti untuk tidak menulis. Terkadang ada penyesalan. Mengapa saya tidak menulis pada masa pendemi itu. Ya, sudahlah. Toh tidak ada guna juga penyelasan. 

Lagi pula, tidak menulis pada waktu itu, bukanlah sebuah dosa. Yang diperlukan sekarang cuma sebuah komitmen menulis setiap hari sejauh mampu. Komitmen inilah yang mendorong saya untuk terus berkarya.

Kebanyakan Kompasianer protes. Menulis tiap hari tetapi tidak berkualitas. Keluhan seperti itu tidak menjadi masalah. 

Bagi saya, menulis adalah sebuah keterampilan. Semakin dilatih semakin terampil. Saya yakin betul dengan prinsip ini. Tidak ada seniman yang langsung melukis denganbaik tanpa keseringan menyentuh canvas dan kuas tiap hari.

Lagi pula keterampilan tidak dapat dinilai secara objektif. Soal kualitas semuanya sangat tergantung pada interpretasi subjektif individu. Misalnya, seorang penyair dapat menciptakan puisi yang indah dan berarti bagi dirinya sendiri, tetapi mungkin tidak sama berarti atau indah bagi orang lain.

Sudah menjadi keyakinan umum bahwa keterampilan dapat dipelajari dan ditingkatkan melalui latihan dan pengalaman. Kualitas keterampilan ditentukan oleh sejauh mana seseorang menguasai teknik dan prinsip untuk menciptakan karya yang berkualitas.

Bagi pembaca yang merasa tidak enak hati membaca karya-karya saya, mohon bersabar. Maklum masih belajar. Saya seperti anak kecil yang lagi latihan berjalan. Mudah-mudahan suatu saat nanti hati Anda akan terpuaskan. Saya bisa berjalan seperti layaknya orang-orang dewasa di dunia tulis menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun