Mohon tunggu...
Evita Yolanda
Evita Yolanda Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Harus Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

8 Mei 2018   21:06 Diperbarui: 9 Mei 2018   09:00 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: timeshighereducation.com

The difference between school and life? In school, you're taught a lesson and then given a test. In life, you're given a test that teaches you a lesson. -- Todd Bodett

Hidup ini adalah ujian dan semua orang punya pertanyaan yang berbeda di lembar ujiannya.

Saya ambil sebuah perumpamaan kasus dengan latar belakang rumah sakit, karena rumah sakit adalah tempat dengan diversitas manusia yang sangat tinggi. 

Terkadang terbesit di pikiran, betapa lelahnya merasakan jadi klinisi, jaga malam tidak tidur, ditekan oleh atasan, memikirkan banyaknya pasien yang harus diperhatikan dan dilayani  dengan baik, dengan stamina yang terkuras pun otak harus dipaksa beripikir lagi untuk mengejar deadline tugas ilmiah dan segala beban lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 

Lalu terbesit pula, bukankah lebih berat menjadi pasien? Bukankah menjadi pasien yang terbaring sakit juga bahkan terkadang tidak bisa tidur? Pasien memikirkan penyakitnya, beratnya biaya atau prosedur pengobatan, keluarga yang ditinggalkan di rumah, atau keluarganya yang meninggalkan pekerjaan demi merawatnya. Jika penyakit tersebut sudah terminal, pasien juga memikirkan akan berapa lama ia dapat hidup. Bukankah itu lebih berat?

Lalu terkadang ada yang berkata, 'enak jadi dokter, periksa sedikit lalu beri obat'. Sesungguhnya periksa-yang terlihat-sedikit itu adalah hasil menimba ilmu bertahun-tahun lamanya agar dokter mampu menegakkan diagnosis penyakit yang diderita pasien, menyingkirkan apa yang mungkin menjadi penyebabnya dari sekian banyak organ dan sistem tubuh, lalu menimbang pengobatan, dan melakukan tindakan atau menuliskan resep obat yang tentu berbagai jenis dan dosisnya dihafal mati-matian saat masih pendidikan dulu. Belum lagi beban yang ada dari segala pihak yang hendak menyudutkan profesi kedokteran, membuat dokter harus bertindak ekstra hati-hati dalam membuat keputusan. Bukankah itu juga berat?

Pada dasarnya semua yang kita jalani itu berat pada proporsinya masing-masing, namun kita selalu melihat hidup kita lebih berat dari orang lain. Semua itu karena kita terlalu fokus pada negativitas dan memandang dari perspektif yang kurang luas. Kita melihat orang lain bahagia, padahal belum tentu yang dipandang itu sedang bahagia, mungkin ia punya ujian yang lebih berat dari kita, namun tidak mengeluh. Bisa juga kebahagiaan yang kita lihat adalah citra yang dibangun orang itu saja.

Membandingkan nikmat yang kita punya dengan yang Tuhan anugerahkan kepada orang lain tidak akan pernah habisnya. Percayalah, dibalik nikmat yang Tuhan berikan kepada orang lain itu, Tuhan juga memberikan 'soal' yang sebanding pada lembar ujian orang tersebut.

Soal rezeki, Tuhan selalu memberikan sesuai proporsi yang kita butuhkan.

Dulu, sewaktu saya masih SD, saya diberi uang jajan sekitar Rp 1.000-Rp 2.000, cukup untuk membeli es atau jajanan di sekolah. Setelah saya SMP dan SMA, yang sudah mulai melibatkan kegiatan ekstrakurikuler, bimbel, dan kegiatan lainnya, uang jajan saya ditambah menjadi 10-15x lipat. Sewaktu mulai kuliah, uang bulanan saya menyentuh angka tujuh digit.  Sewaktu menjalani magang di rumah sakit, yang notabene kegiatannya lebih menguras tenaga dan jumlah keperluan yang meningkat, uang bulanan yang ditransfer juga meningkat hingga 2-3 kali lipat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun