Mohon tunggu...
Evita Yolanda
Evita Yolanda Mohon Tunggu... Dokter - Dokter

Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan pun Dikenal Lewat Karya-Nya: Setitik Mengenai Altruisme

23 September 2017   19:19 Diperbarui: 23 September 2017   19:36 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: www.wedoncanvas.com

Begitu pula diri kita, kita akan mulai merasakan bosan, resah, gelisah, ketika kita tidak bergerak, tidak berkarya. Pernahkah Anda merasa, memakai pakaian sebagus apapun, memakan makanan selezat apapun, memiliki barang semahal apapun, memiliki wajah serupawan apapun, memiliki kedudukan setinggi apapun, selalu ada bagian dari diri kita yang mengatakan bahwa semua itu tidak cukup. Kita akan selalu mencapai titik bosan dan selalu menuntut lebih. Ingatlah dalam kondisi demikian kita nyaris menyerupai sel kanker yang hanya memakan, mengonsumsi, menerima, tanpa memberi! Itulah letak kekosongan diri kita.

Ingatlah bahwa sel kanker pada mulanya adalah sel sehat yang memiliki tujuan dan fungsi tersendiri. Saat ia kehilangan tujuan itu, ia berhenti melaksanakan tugasnya dan hanya memusatkan perhatiannya pada dirinya saja. Meskipun sel kanker terus mengalami metabolisme dan memperbanyak dirinya dengan sangat cepat, ia tidak berfungsi dan tidak bermanfaat bagi manusia pemiliknya, hanya menjadi penyakit serta beban. Ia tidak memiliki fungsi, tidak berkontribusi. Ia statis!

Banyak manusia sedang dalam keadaan statis, meskipun merasa dirinya bergerak.

Berbicara tentang karya, tidak semata-mata tentang menuaikan hasil saja. Bicara tentang karya juga mencakup tujuan pembuatannya, destinasi dari niatan yang kita sematkan saat mengerjakannya. 

Tak terhitung lagi motivator ulung dan tokoh-tokoh yang mengatakan bahwa jiwa yang paling bahagia adalah jiwa yang paling banyak memberi. Memberi artinya menyerahkan sesuatu kepada pihak di luar pihak pertama (pemberi) dan artinya membutuhkan minimal dua pihak. Dalam berkarya, artinya kita membutuhkan pihak di luar diri kita sebagai penerima. Karena itu, berkarya akan lebih bermakna jika ditujukan untuk orang lain, untuk kepentingan sesuatu yang lebih dari diri kita.

Jika pekerjaan yang kita lakukan hanya untuk prestise diri, uang yang kita hasilkan hanya untuk kebutuhan diri, semua unggahan media sosial hanya untuk pencitraan diri, kebaikan yang kita lakukan hanya agar diri dipuji, tidak samakah kita dengan sel kanker yang menujukan semuanya hanya untuk dirinya sendiri?

Cara berpikir "lihat diriku" adalah tanaman beracun yang bersemai dari modernisme. Tidakkah kita sadar, sikap demikian sama dengan menggunakan nikmat Tuhan untuk kepentingan diri kita sendiri. Pantaskah kita mengatakan "lihat diriku" sementara semua yang kita miliki adalah aset properti-Nya dan Ia memiliki hak prerogatif untuk mencabutnya kapan saja?

Kita memang terus bergerak, bekerja, dan berkarya, namun apakah hasil dari yang kita kerjakan itu benar-benar diterima dan bermanfaat sebesar-besarnya bagi orang di luar diri kita?

Meletakkan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan kita.

Orang-orang yang namanya tertulis dengan tinta emas dalam catatan sejarah memilki sifat yang sama: meletakkan kepentingan yang lebih besar di atas kepentingan dirinya. Lihatlah karya yang mereka telurkan. Pahlawan nasional berkorban jiwa raga demi kemerdekaan negara kita, rela kehilangan hartanya, keluarganya, kesenangan hidupnya, demi membela bangsanya. Kini mereka abadi dalam buku sejarah dari sekolah dasar hingga pendidikan tinggi. Begitu pula orang-orang yang berusaha membawa perubahan pada dunia, pun dengan hukum kausalitas yang sama, nama mereka abadi di kancah dunia. Nama mereka tercetak jutaan kali pada kertas-kertas yang akan terus dibaca setiap generasi.

Dr. 'Aidh al-Qarni dalam karya fenomenalnya 'La Tahzan' mengatakan bahwa "Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan seramah wujudnya, dan kebaikan sebaik rasanya. Orang-orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun