Mohon tunggu...
PenaYonda
PenaYonda Mohon Tunggu... Guru - Penulis dan guru jalanan

Menulis adalah suatu keabadian. hanya buah pemikiran yang dapat ditingalkan sebagai kenangan abadi di bumi.

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku

14 September 2022   01:50 Diperbarui: 14 September 2022   16:37 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendahuluan

Setelah buku ini, diterbitkan pada tanggal 1 Mei 2022 lalu dilansir pada 17 Juli 2022. reaksi banyak orang sepertinya belum siap untuk menerima hanya baca dari judulnya saja. Buku ini disebar luaskan dengan sangat cepat. Buku ini ditunjukan kepada gerombolan laki-laki, dengan pandangan penulis laki laki sebagai pelaku budak!, Sementara Penulis menempatkan kaum wanita sebagai korban kekerasan dan perbudakan dalam kurun waktu yang sangat lama. Penulis adalah Dr. Socrates yoman dengan halaman 96. Karya ini di motret dari perspektif kekristenan.

Penghormatan penulis 

Baginya buku ini merupakan penghormatan dan respon kasih sayang dan cinta penulis untuk ibu kandung atau mamanya, yang pernah mengandung, melahirkan dan memelihara serta membesarkannya dengan hati yang tulus, cinta kasih yang cuci, murni, dan bertanggungjawab. Melalui karya tulis ini penulis mau menghormati Ibu dan juga semua perempuan yang ada di bumi. Semua perempuan dengan beragam latar belakang, agama, pendidikan, kedudukan, harus dihormati, dihargai, dilindungi, dan ditempatkan di tempat mulia di mata setiap laki laki atau suami. Dengan pergumulan dan kerendahan hati, penulis mempersembahkan karya buku ini untuk menempatkan perempuan dalam posisi terhormat dan mulai serta terpandang di hadapan sesama manusia. 

Pikiran dasar penulis

Pikiran dasar penulis sudah dirumuskan kedalam 5 poin oleh pemberi kata pengantar yaitu bapak pendeta Emeritus Selvia Titihalawa S.Si,.Teol. Jika anda penasaran untuk membaca buku ini silahkan komen di kolom komentar atau bisa hubungi kami dengan cara deem Instagram. 

Masalah yang disoroti penulis 

Menurut penulis, pandangan laki laki merasa superior selalu melahirkan praktik perbudakan dan kekerasan terhadap perempuan yang dianggap lemah. Kekerasan dan pelecehan terhadap perempuan biasanya dilatarbelakangi beberapa alasan, seperti latarbelakang pendidikan, ekonomi keluarga, perbedaan usia, keterlibatan orang ketiga, adanya tidak saling percaya antar laki laki dan perempuan, prasangka buruk terhadap perempuan dan sebaliknya. 

Berabad-abad lamanya para teolog, pengkhotbah, Pendeta, gembala dan gereja pada umumnya, memandang perempuan yang 'rendah' dan dipermasalahkan, dengan peristiwa sejarah yang diceritakan dalam Alkitab, bahwa perempuan dipandang rendah karena sebagai penyebab kejatuhan manusia ke dalam kuasa iblis dan dosa. Dengan pandangan lain, perempuan atau Hawa tidak taat dan melanggar perintah Tuhan. Ada juga perempuan sekolah setinggi apapun tetap dibelakang atau di dapur dan banyak lagi label dan stikma-stikma buruk lainnya.

Respon pembaca 

Sebagian besar laki-laki tidak terima kehadiran buku ini, karena menurut mereka nama pelaku kekerasan dan perbudakan serta merendahkan harga diri dan martabat perempuan harus disebutkan. Dalam beberapa ruang diskusi tidak sebutkan nama pelaku dianggap sebagai kelemahan dari buku ini padahal penulis sudah garis bawahi bahwa dalam penulisan memang tidak menyebutkan nama. Karena karya melalui buku sampul merah ini tidak bermaksud cari cari kesalahan laki laki, tapi memberi rambu rambu agar memandang perempuan dengan pikiran yang baru. Agar setiap laki laki menjadi pelindung dan pemimpin yang baik dalam keluarga. 

Tempat pelihara kekerasan dan perbudakan 

Menurut penulis gereja, adat, masyarakat, keluarga, bangsa serta negara telah menjadi wadah atau tempat terbentuknya pemahaman yang dangkal dan keliru hingga berabad abad bertumbuh dan berkembang sebagai suatu kebenaran. Didalam tubuh Gereja Kaum perempuan menerima pengajaran begitu kuat karena kebenaran yang memperbudak perempuan itu justru didasarkan pada Alkitab yaitu surat nikah. Menurutnya surat nikah telah menjadi siasat yang memberikan legitimasi kekuasaan kepada laki laki untuk melakukan apa saja seenaknya kepada perempuan. Selain itu pembayaran maskawin telah menjadi rantai laki laki untuk mengikat perempuan, sehingga ketika terjadi kekerasan dan penindasan terhadap perempuan dibiarkan begitu saja karena dianggap itu adalah urusan keluarga. perempuan seolah dijadikan sesuatu yang dibeli dengan pembayaran maskawin, definisi maskawin telah bengkok dan miring selama ini.  

Penulis dalam penjelasan rasionalnya berupaya untuk meluruskan dan membenarkan cara pikir yang dangkal dan keliru. Penulis menekankan pada kata "sepadan". Kata "sepadan" alkitab dalam bahasa inggris _the holy bible: new internasional version_ ditulis "suitable" dan tidak ditulis seksual kata suitable dan equal hampir sama pengertiannya tapi secara esensial tidak sama artinya dan pemaknaannya, kata equal artinya setara atau sama sedangkan kata suitable mempunyai makna lebih dalam yaitu cocok atau sesuai. Sehingga dalam hubungan keluarga terjalin dan terpupuk kasih sayang, saling menghormati harkat dan martabat sebagai manusia yang unik dan istimewa yang telah diciptakan oleh sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun