Mohon tunggu...
Evi Susilowati
Evi Susilowati Mohon Tunggu... Guru

Hobbyku menyanyi dan memasak. Alon-alon sing penting kelakon, setiap kesulitan pasti ada kemudahan jadi ojo pesimistis. Hidup ini penuh sandiwara....

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Belajar Berpantun

15 September 2025   08:10 Diperbarui: 15 September 2025   08:10 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pertemuan ke 17 KBMN Gelombang 33 

Belajar Berpantun

By: Evi Susilowati 

Bismillahirrahmanirrahim 

Tidak terasa pembelajaran online KBMN Gelombang 33 sudah masuk pertemuan ke 17. Tinggal 3 pertemuan lagi yang harus dilalui, semoga bisa menjalaninya dengan tuntas. Resume dan buku solonya terpenuhi.

Di pertemuan ke 17 ini, kita belajar membuat pantun. Untuk bisa membuat pantun yang yang gercep ( gerak cepat) dan menarik, tentunya kita harus tahu kaidahnya. Apa saja kaidah pantun? Di pertemuan ini lah kita akan bahas bersama narasumbernya yang ok punya yaitu bapak Miftahul Hadi, S.Pd yang dipandu oleh moderator yang berasal dari kota Serang yaitu bapak Dail Ma'ruf. 

Apa itu Pantun?( Pertanyaan yang dilontarkan narasumber sebelum memulai memaparkan materinya)

Teman-teman menjawab pertanyaan degan bervariasi sesuai dengan imajinasinya:

Jawaban Mardiah Ila:

Seni kereatif dalam merangkai kata

Jawaban Pak Fazar Azhari 

Bisa menjadi kata kata penghibur, penggembira

Jawaban Pak Supatmo:

Pantun merupakan puisi lama. pantun ada 4 baris. Baris 1-2 sampiran. Baris 3-4 isi.

Jawaban Umi Yuyun:

pan=sopan, tun=santun

seni merangkai kata dan bermain rima agar indah dibaca dan enak didengar

Jawaban Pak  Dede Awaludin: 

Sering dipakai untuk mencairkan suasana dalam pertemuan, pidato, atau pergaulan sehari-hari.

Jawaban Pak Mudma Nurdin 

1. Kumpulan kata yang bisa mencairkan suasana ( lucu)

2. Kata-kata yang mengandung pesan


Jawaban dari teman-teman menunjukkan bahwa pantun sudah tak asing buat kita semua. Pantun merupakan bagian dari budaya kita yang sering dilontarkan dalam giat kehidupan, entah dalam acara resmi mau pun tak resmi. 

Sebelum  mengulik pantun, narasumber menyampaikan harapannya bahwa setelah materi tersampaikan, peserta dapat mengenal pantun, bagaimana proses kreatif menyusun pantun, dan praktik langsung menyusun pantun.

 

Umi Yuyun ratu pantun, memecahkan suasana dengan pantunnya 

Dari Banjar ke Panorama, 

Bawa rebung khas nusantara,

Mari Belajar bersama

Bergabung di kelas belajar nusantara

Disusul oleh pantun Pak Da'il

Ikan bandeng ikan bandeng 

Ikan bandeng kulitnya kusang

Percuma orang ganteng

JIka hanya ganteng namun TIDAK punya uang

Penjelasan tentang apa itu pantun.

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata "Pan" yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata "Tun" yang merujuk pada sifat santun. Kata "Tun" dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Tuntun (Pampanga): teratur, Tonton (Tagalog): mengucapkan sesuatu dengan susunan yang teratur, Tuntun (Jawa Kuno): benang, Atuntun: teratur, Matuntun: pemimpin, Panton (Bisaya): mendidik, Pantun (Toba); kesopanan atau kehormatan (Hussain, 2019)

Pantun berasal dari akar kata "TUN" yang bermakna "baris" atau "deret". Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai "Panutun", oleh masyarakat Riau disebut dengan "Tunjuk Ajar" yang berkaitan dengan etika (Mu'jizah, 2019)

Pantun adalah termasuk puisi lama yang terdiri dari empat baris atau rangkap, dua baris pertama disebut dengan pembayang atau sampiran, dan dua baris kedua disebut dengan maksud atau isi (Yunos, 1966; Bakar 2020)

Tujuan Pantun.

Pantun merujuk kepada sesuatu yang teratur dan lurus, baik secara maujud (konkrit) maupun mujarad (abstrak) serta bertujuan memimpin, mendidik, dan memberikan panduan (Harun Mat Piah dalam Bakar, 2020)

Tujuan pantun berdasarkan pendapat Harun Mat Piah adalah bertujuan memimpin, mendidik, dan memberikan panduan. Sayangnya saat ini tujuan pantun banyak sekali digunakan untuk  mengejek atau menyampaikan kekurangan seseorang.

Mengapa bergeser jauh dari tujuan semula?

Kamus Bahasa Melayu Nusantara (2003) menjelaskan bahwa Pantun adalah sejenis peribahasa yang digunakan sebagai sindiran

Berdasarkan kamus Bahasa Melayu itulah asal mula tujuan dari pantun tersebut keluar dari hal yang positif, yaitu  digunakan untuk sindiran. Sindiran bagi yang melupakan Tuhan. 

Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beranekaragam, salah satunya adalah pantun. 

KEHEBATAN Nusantara diantaranya Budaya Berpantun.

Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang.

Berikut adalah seniman kentrung dari Demak

https://www.youtube.com/watch?v=EbQEV9f0gBU

Kini tokoh tersebut sudah tiada, mohon doanya untuk almarhum mbah Samsuri, sebagai salah satu pelestari seni kentrung.

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

Pantun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional pada tahun 2014. Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).

Bangga kah kita atas pernyataan UNESCO tersebut?

Bangga yang bermakna sangat senang dan mengagumi,namun untuk melestarikannya pun perlu langkah nyata, utamanya dari Dinas pendidikan dan kebudayaan.

Bangga makna kedua, berat melakukan supaya generasi anak-anak kita menggemari Pantun.  

Tugas kita adalah melestarikan dan menurunkan budaya kita pada generasi selanjutnya agar tetap kenal dan cinta dengan budaya kita, salah satunya Pantun. 

Pernyataan yang ditetapkan oleh UNESCO pada tanggal 17 Desember 2020 tersebut akhirnya diabadikan, sehingga di setiap tanggal 17 Desember diperingati sebagai hari Pantun. 

Pantun identik dengan  Sumatera. Tetapi rupanya pantun itu tidak hanya ada di Sumatera. Di seluruh wilayah Nusantara juga memiliki pantun dengan khasnya yang berbeda-beda. Begitulah kaya rayanya Indonesia, kita perlu bangga. 

Menurut Suseno (2006) di Tapanuli pantun dikenal dengan nama ende-ende.

Contoh:

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.

Artinya:

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama.

Sedangkan di Sunda, pantun dikenal dengan nama paparikan.

Contoh:

Sing getol nginam jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan elmu,

Gunana dunya akhirat.

Artinya:

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah menuntut ilmu,

Berguna bagi dunia akhirat.

Pada masyarakat Jawa, pantun dikenal dengan sebutan parikan.

Contoh:

Kabeh-kabeh gelung konde,

Kang endi kang gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang endi sing durung ana.

Artinya:

Semua bergelung konde,

Manakah yang gelung Jawa,

Semua telah ada yang punya,

Mana yang belum dipunya.

Fungsi Pantun 

Berikut fungsi pantun sebagai alat pemelihara bahasa. 

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. 

Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. 

Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat. 

Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. 

Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.

Ciri-ciri Pantun 

Satu bait terdiri atas empat baris

Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata

Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata

Bersajak a-b-a-b

Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang

Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud.

Dokumen pertemuan ke 17 KBMN Gelombang 33 
Dokumen pertemuan ke 17 KBMN Gelombang 33 

Dilihat dari pernyataan pada gambar bagan di atas, sangat jelas bahwa pantun, syair dan gurindam memiliki perbedaan. 

Contoh syair:

Ke sekolah janganlah malas,

Belajar rajin di dalam kelas,

Jaga sikap janganlah culas,

Agar hati tak jadi keras.

Contoh pantun

Jangan diasap si ikan sidat,

Taruhlah di dahan lilit benalu,

Salam diucap doa dipanjat,

Semoga Tuhan berkahi selalu.

Contoh gurindam:

Jika selalu berdoa berdzikir,

Ringan melangkah jernih berpikir.

Jika rajin zakat sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.

Gurindam hampir mirip dengan syair, bedanya gurindam hanya terdiri dari dua baris. 

Perlu diketahui, orang Melayu memang tak dibilang cakap berilmu, bila tak pandai bikin syair, gurindam dan pantun. 

Pantun dua baris tersebut biasa disebut Karmina. 

Ciri-ciri Karmina:

Terdiri dari dua baris

Baris pertama disebut sampiran

Baris kedua disebut isi

Memiliki sajak AA

Antara sampiran dan isi tidak memiliki hubungan sebab akibat

Disebut juga pantun kilat. 

Contoh karmina:

Sudah gaharu cendana pula

Sudah tahu bertanya pula

Bagaimana cara mudah membuat pantun? Ya rahasianya kita harus:

Memahami Kaidah Pantun

Menguasai Perbendaharaan Kata

Menulis Isi Pantun

Menulis Sampiran Pantun

Jadi, buat dahulu isinya barulah sesuaikan isinya.

Mari kita bedah bersama, contoh pantun di bawah ini: 

Contoh pantun ke 1

Memotong rebung pokok kuini,

Menanam bidara akar seruntun,

Mari bergabung di malam ini,

Dalam acara menulis pantun.

Pantun pertama di atas terdiri atas empat baris.

Baris pertama terdiri atas empat kata, baris kedua terdiri atas empat kata, baris ketiga terdiri atas empat kata, baris keempat terdiri atas empat kata.

Baris pertama terdiri atas sepuluh suku kata, baris kedua terdiri atas sebelas suku kata, baris ketiga terdiri atas sepuluh suku kata, baris keempat terdiri atas sepuluh suku kata

Jangan ada ketimpangan jumlah kata maupun suku kata antar barisnya ya. 

Contoh pantun ke 2

Pak Arif pejabat teras

Selalu hadir disaat reses

Kalau hidup bekerja keras 

Kelak hidupnya menjadi sukses 

Pantun ini memiliki saja a-b-a-b

Memotong rebung pokok ku *ini*,

Menanam bidara akar serun *tun*,

Mari bergabung di malam *ini*,

Dalam acara menulis pan *tun*.

Berbicara mengenai persajakan,  terdapat beberapa macam pola rima yang bisa digunakan dalam menulis pantun.

1. Rima akhir

Pohon nangka dililit bena *lu*,

Benalu runtuhkan batu ba *ta*,

Mari kita waspada sela *lu*,

Virus corona di sekitar ki *ta*.

Rima akhir, memiliki bunyi yang sama di setiap akhir baris. Usahakan dalam memilih rima, jangan hanya satu huruf yang sama. Alangkah lebih eloknya jika rima adalah bunyi yang sama di akhir suku kata tersebut.

2. Rima tengah dan akhir

Warna ku *ning* bungalah ba *kung*,

Terbang mene *pi* si burung e *lang*,

Deep lear *ning* marilah du *kung*,

Wujud mim *pi* Indonesia cemer *lang*.

Artinya, jika setiap baris  menggunakan empat kata\. Maka di akhir kata kedua dan keempat memiliki bunyi yang sama\. Pertahankan sajak a-b-a-b 

3. Rima awal, tengah dan akhir

*Jangan* dipe *tik* si daun sir *ih*,

*Jika* *tidak* dengan gagang *nya*,

*Jangan* diu *sik* orang berkas *ih*,

*Jika* *tidak* dengan sayang *nya*.

Artinya, setiap kata dalam baris pantun memiliki bunyi akhir yang sama. 

4. Rima lengkap

Bagai patah tak tumbuh lagi,

Rebah sudah selasih di taman,

Bagai sudah tak suluh lagi,

Patah sudah kasih idaman.

Selanjutnya trik kedua cara mudah membuat pantun, sebagai berikut:

1. Menguasai pembendaharaan kata. 

* Tetap berusaha ada 2 kalimat sampiran dan 2 kalimat isi

Untuk pembendaharaan kata, kita bisa meminta bantuan di sini:

https://kuncitts.com/

Atau untuk mencari kata dengan bunyi akhir yang sama lihat di bagan berikut ini:

Dokumen pertemuan ke 17 KBMN Gelombang 33 
Dokumen pertemuan ke 17 KBMN Gelombang 33 

2.  Usahakan hindari menggunakan nama orang atau merk dagang supaya tidak mengurangi keelokan pantun itu sendiri. Selain itu biasakan memulai membuat pantun tidak dari kata "jalan-jalan" , cari kata lainnya. 

3. Membuat isinya terlebih dahulu untuk mempermudah membuat pantun. Artinya kita menulis baris ketiga dan keempat, lalu sesuaikan sampirannya. 

4. Melengkapai pantun dengan membuat sampiran di baris pertama dan kedua ya bapak ibu

Seuntai kata terucap sangatlah santun 

Dengar di hati terasa berkahnya 

Selesai sudah resume kaidah pantun 

Kita lanjut di pertemuan berikutnya 

Teh melati nikmat dihidangkan bersama cemilannya 

Terimakasih Pak Mif dan pak Da'il atas ilmunya 

Demikian resume saya sampaikan, semoga bermanfaat. Salam literasi  

Cikupa, 15 September 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun