Melanjutkan Semangat yang Sudah Ada
Nama Damalung sudah lahir lebih dulu dari warga Ngaduman. Petani seperti Pak Barji dan Purwanto sejak awal merawat, memproses, dan membawanya ke kontes. Namun, tanpa alat memadai, hasilnya sering tak konsisten.
Tahun 2024, hadir Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) lewat dukungan dana Kemendikbud Ristek. Dipimpin oleh Dr. Evi Maria, bersama Ir. Djoko Murdono dan Martin Setyawan, M.Cs, tim ini datang bukan untuk menciptakan Damalung, melainkan melanjutkan semangat yang sudah dirintis petani.
Mereka memberi pelatihan pasca panen, mengajarkan teknik pengolahan yang lebih konsisten, dan menyerahkan alat huller serta pulper. "Api semangat petani sudah ada sejak lama. Kami hanya membantu agar apinya semakin besar," kata Dr. Evi Maria.
Wajah-Wajah Damalung
Pak Barji, petani senior, wajah konsistensi Ngaduman yang membawa kopi ke kontes demi kontes.
Purwanto, pengurus koperasi, yang mengatur tata kelola bersama dan menampung hasil panen petani.
Bayu, barista muda Kedai Damalung, yang setiap Sabtu-Minggu menyeduh kopi untuk tamu desa.
Sanjaya, anak muda dusun yang ikut mengelola kedai dan mendampingi wisatawan dalam program edukasi.
Kedai Damalung yang hanya buka akhir pekan kini menjadi ruang perjumpaan. Wisatawan bisa menyeruput kopi Ngaduman langsung di desa, ditemani kabut Merbabu dan cerita petani. "Setiap akhir pekan, saya senang bisa menyeduh Damalung untuk tamu. Biar orang tahu, kopi dusun kami layak bersaing," kata Bayu.