Mohon tunggu...
Evi Ghozaly
Evi Ghozaly Mohon Tunggu... Konsultan - | Penulis | Praktisi pendidikan | Konsultan pendidikan |

Tebarkan cinta pada sesama, melalui pendidikan atau dengan jalan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Meramu Kurikulum

3 Juli 2019   09:13 Diperbarui: 3 Juli 2019   09:38 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan kewirausahaan. Sejak orientasi siswa baru, ada program yang mengarah kesini. Pekan pertama anak masuk sekolah yang jaman dulu diisi opspek muka corang coreng dengan pita sebelas dan kaos kaki beda warna, di GM malah anak diajak berpakaian rapi. Ada sesi presentasi cita-cita, anak ingin menjadi apa, kira-kira tantangannya apa dan bagaimana ikhtiar mencapainya. Kemudian sekolah mengenalkan profesi lain dengan menghadirkan inspirator. Juga tawaran menarik, menjadi apapun kalian kelak, tetap bisa berwirausaha lho Nak. Ini lho contoh dan alternatif jalannya. Nah, saat oriesis ini pemanasannya.

Pas masuk pembelajaran bener, setiap RPP guru harus menyertakan goal kewirausahaan ini minimal satu semester sekali. Kewirausahaan dalam pelajaran seni budaya dan ketrampilan misalnya, selama enam bulan kedepan menargetkan anak memiliki karya yang bisa menghasilkan. Lukisan, puisi, film pendek, jilbab bordir, resep kue baru, kotak tisue dan alat tulis keren atau yang lain. Setelah satu semester, karya anak  akan dipamerkan dan dijual.

Market Day ini salah satu acara yang rame dan ditunggu. Anak menjelaskan karyanya, sambil 'membujuk' pembeli dengan cara yang santun. Biasanya juga dibuat kelompok, diberi pinjaman modal untuk berjualan es, kripik atau apa aja yang unik. Diakhir kegiatan, modal dikembalikan dengan laporan rinci. Ada lho kelompok yang pernah mendapat untung hingga tiga kali lipat haha.

Jadi selain anak kita bisa menghasilkan karya, menambah ketrampilan, percaya diri dan berani mencari pembeli, mereka juga bisa praktik marketing. Siap menjadi pengusaha kan?

Apakah ini bisa dipraktikkan di sekolah desa? Bisa, insyaAllah. Anak belajar menamam singkong, misalnya. Merawat sampai panen lalu menjadikan singkong sebagai makanan khas dengan kemasan keren dan rasa yang yahud. Diberi nama aneh dikit, dijual lebih mahal. Mantap kan?

::

Intinya, kurikulum kita memang harus bisa memberikan manfaat langsung untuk kehidupan anak. Solutif. Kurikulum jangan ngawang, tapi bisa menjadi solusi bagi masalah hidup anak kita. Maka, target pemahaman menjadi mutlak. Memilah prioritas materi, memilih strategi pembelajaran, menentukan metode yang pas dan pendekatan manusiawi, harus dikuasai oleh guru. Banyakin project ya. Praktik dipersering.

Saat evaluasi berkala, kelihatan deh kurang dan lebihnya. Benahi lagi pada tahun berikutnya. Terus, terus. Kalau sudah begini, Indonesia ganti mentri pendidikan tiap 3 tahun lalu ganti kurikulumpun, insyaAllah kita tak akan kelimpungan.

Terakhir, tentu saja jangan berhenti berdoa. Meramu kurikulum hanya bagian ikhtiar. Yang memampukan kita untuk memahamkan anak menerima semua pelajaran, hanya Allah. Kita hanya wasilah.

Maka teruslah memohon padaNya agar sekolah kita menjadi ladang ibadah. Teruslah meminta padaNya agar semua anak didik kita mendapat ilmu manfaat dan barakah. Kita lakukan upaya dhohir terbaik dengan tetap tirakat dan doa tak putus.

Selebihnya, wallahu a'lam.

- Bataranila, 03.07.2019 -

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun