Mohon tunggu...
EVI LATIF HABSARI
EVI LATIF HABSARI Mohon Tunggu... Guru - GURU SMA NEGERI 1 SALATIGA

Hobby menghitung angka-angka dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Matematika Menyenangkan dan Bermakna

8 Desember 2022   20:30 Diperbarui: 8 Desember 2022   20:31 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Matematika kebanyakan orang akan merasakan sesuatu yang tak menyenangkan. Mereka akan membayangkan banyak angka rumit dan susah dipecahkan, terbayang rumus-rumus yang banyak dan sulit dihafalkan dan dimengerti. Matematika dipahami sebagai sesuatu yang pasti, peserta didik yang belajar di sekolah pun menerima pelajaran matematika sebagai sesuatu yang mesti tepat dan sedikitpun tak boleh salah. Sehingga matematika menjadi beban dan bahkan menjadi sesuatu yang menakutkan.

Banyak mitos menyesatkan mengenai matematika. Mitos-mitos ini memberi andil besar dalam membuat sebagian masyarakat tidak menyukai matematika. Mitos pertama, matematika adalah ilmu yang sangat sukar sehingga hanya seikit orang yang atau peserta didik tertentu yang mampu memahaminya. Ini jelas menyesatkan, matematika sebenarnya merupakan ilmu yang relatif mudah jika dibandingkan dengan ilmu lainnya. Mitos kedua, matematika adalah ilmu hafalan dari sekian banyak rumus. 

Mitos ini membuat peserta didik malas mempelajari matematika dan akhirnya tidak mengerti apa itu matematika. Padahal sejatinya matematika itu bukan ilmu menghafal rumus, karena tanpa memahami konsep, rumus yang sudah hafal tidak ada manfaatnya. Mitos ketiga, matematika selalu berhubungan dengan kecepatan menghitung. Tetapi, kemampuan menghitung secara cepat bukanlah hal terpenting dalam matematika, yang terpenting adalah pemahaman konsep. Melalui pemahaman konsep, kita akan mampu melakukan analisis terhadap permasalahan.

Beberapa penyebab fobia matematika adalah adanya penekanan yang berlebihan pada penghafalan rumus, kecepatan menghitung, metode pengajaran yang kurang variansi dalam proses belajar dan mengajar matematika. Untuk mengatasi fobia tersebut, yang sangat berperan adalah guru matematika, yang harus bisa mengubah metode mengajarnya untuk peserta didik tanpa mengesampingkan tujuan pembelajaran matematika tersebut.

Secara umum tugas guru matematika adalah bagaimana agar materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum dan supaya proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan peran peserta didik secara penuh dan aktif (dapat berlangsung dengan menyenangkan). Guru dituntut unutk berfikir dan bertindak kreatif untuk meghidupkan suasana belajar yang menyenangkan dan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran yang menyenangkan selain menggunaka model pembelajaran bervariasi berusaha membuat peserta didik aktif juga bisa menggunakan media pendukungnya, sehingga peserta didik lebih mudah memahami makna atau konsep mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar juga sangat diharapkan agar peserta didik merasa lebih nyaman dan lebih paham sehingga pembelajran matematika akan disenangi dan diminati oleh seluruh peserta didik.

Faktor yang menentukan pada proses pembelajaran adalah apa yang sudah diketahui peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik difasilitasi guru sehingga para peserta didik dapat mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang sudah dipelajari. Pentingnya pengetahuan prasyarat dan pentingnya peserta didik sendirilah yang membangun dan mengkontruksi sendiri pengetahuan.

Pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mencoba menemukan sendiri melalui bantuan tertentu dari guru. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menciptakan kondisi belajar yang bermakna dan dapat menyajikan materi dengan baik dan benar.

Ketidak bermaknaan proses pembelajaran matematika selain karena kurangnya keterlibatan peserta didik dalam aktivitas belajar dan berpikir, muncul juga karena dalam proses pembelajaran peserta didik memahami konsep-konsep matematika secara parsial (bagian-bagian), tidak terintegrasi antara konsep yang satu dengan konsep yang lain. Padahal matematika adalah ilmu pengetahuan yang dibangun dari variasi topik yang ter struktur sehingga dalam proses pembelajaran nya dilakukan secara berjenjang (bertahap) yaitu dimulai dari konsep yang mudah menuju konsep yang sukar.

Seorang guru seharusnya tidak hanya mengajari dengan cara mengumumkan atau hanya untuk pemahaman saja, namun para guru dituntut juga untuk memfasilitasi peserta didik nya untuk berfikir sehingga mereka dapat menjadi peserta didik yang mampu belajar secara mandiri, kreatif, kritis dan berfikir maju. Secara umum perubahan pembelajaran yang diinginkan adalah perubahan dari mengingat atau menghafal ke arah berfikir dan pemahaman, dengan metode ceramah yang hanya menjelaskan ke pendekatan penemuan, pendekatan pemecahan masalah, dengan proyek, dengan penemuan dan sebagainya.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi (Ujang dkk, 2022). Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Proyek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun