Mohon tunggu...
Romeyn Perdana Putra
Romeyn Perdana Putra Mohon Tunggu... Dosen - Keterangan Profil

Peneliti PNS Dosen Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mau "Ngocek" Bencana (Ceritanya)

14 April 2018   12:31 Diperbarui: 14 April 2018   12:42 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ambisi bertahan hidup mereka telah matang akibat perbedaan musim dan cuaca. Berbeda dengan mitigasi bencana berdaya masyarakat komunal dengan dua musim (kering dan hujan). 

Arah pemberdayaan masyarakat dengan adaptasi pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterania sepatutnya telah beranjak dari manajemen risiko reaktif menuju proaktif dengan pemberdayaan masyarakat. Sisi baik momentum kesejarahan bencana divulgarkan media massa demi menggugah kemandirian dalam menghadapi bencana. 

Antusiasme mitigasi bencana Indonesia secara perlahan, mengarusutama kepada kultur individu, keluarga, komunitas hingga masyarakat. Pemberitaan media dengan laporan "belum ada bantuan dari pemerintah setempat dan atau pusat" masuk ke ruang-ruang publik dengan bingkai keresahan. Disikapi masyarakat dengan rencana aksi individu hingga komunitas. Dalam satu komunitas desa di DI Yogjakarta, telah menerapkan jimpitan bencana di komunitas desanya. 

Beragamnya potensi bencana, kearifan dan pengetahuan lokal/akar rumput (indigenous knowledge) digali kembali berdasarkan keunikan ekosistem bentang lahannya. Seturut dengan penataan kembali rencana tata ruang kawasan masyarakat. Tanpa bermaksud untuk menggali eksotisme masa lalu, menemukan kembali pengalaman dan cerita-cerita kearifan lokal orang tua dan leluhur dalam tanggap bencana dan pra bencana sudah lama masuk dalam kajian akademisi. Walaupun perubahan iklim dan perubahan bentang lahan telah terjadi nyata. 

Pengetahuan lampau tetap signifikan untuk masa kini dan masa datang. Penggalian kembali ini digiatkan dalam konteks memutakhirkan kearifan lokal kontemporer. Berbasiskan pemberdayaan masyarakat serta tidak melupakan fungsi pembangunan dan strategi peningkatan ekonomi. 

Praktik-praktik terbaik dalam mitigasi bencana wabah penyakit di area batang air (bantaran kali) Padang Pariman dikenal kearifan lokal 'ikan larangan'. Tahun 1980 terkenal sebagai kawasan "wc terpanjang di dunia" akibat kebiasaan masyarakatnya membuang hajat di sungai. Padahal batang air digunakan sebagai Mandi Cuci Kakus (MCK), karena pembuatan sanitasi rumah belum dilengkapi kamar mandi dan WC. 

Kebiasaan ini tentu rentan terhadap penyebaran penyakit pencernaan. Dapat dikurangi risikonya melalui pembiakan ikan dikawasan MCK sehingga ikan mampu mengurai limbah alami dan tetap menjadi sumber nafkah bila musim panen ikan tiba. 

Kearifan 'beje' masyarakat suku Dayak Kalimantan dalam menampung air dan sumber budidaya ikan air tawar di kawasan gambut berfaedah untuk mengurangi lepasan air pada tata ruang kesatuan hidrologi gambut. Sehingga bermanfaat pula sebagai sekat bakar dalam kebakaran lahan. Masyarakat Papua dikawasannya mempunyai pakem tersendiri dalam meminum langsung air di sumber alami, yang kini telah dilupakan tergantikan keran.  

Praktik terbaik juga terwujud di masyarakat kultur pegunungan. Berkah meletusnya gunung berapi dengan intensitas periodiknya yang sulit dideteksi, kini telah membentuk masyarakat berketahanan bencana. DIY dengan gunung merapi, Ternate dengan Gunung Gamalama dan Bali dengan Gunung Agung. Bali telah menerapkan teknologi persawahan terasering agar terhindar dari tanah longsor namun tetap bermanfaat dalam elemen estetika pariwisata. 

Banyak praktik lainnya yang menjelaskan bahwa beda lubuk beda ikannya, beda kawasan beda penanggulangannya. Menghadirkan perspektif 'menumpang' pada alam si tuan tanah adalah salah satu kunci meminimkan risiko bencana. Masyarakat bernafaskan "menumpang" pada lingkungan selaras memanfaatkan alam tanpa risiko.

Singkatnya, bila saat Tuhan berkehendak melalui rentetan peristiwa bencana alam, upaya-upaya akar rumput lentur serta arif dalam menghadapi bencana non alam maupun bencana sosial.Yogjakarta 28 Januari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun