Ketika sekelompok orang berada dalam satu waktu, satu keadaan dan dalam satu kejadian tertentu, banyak hal yang berbeda dari setiap individunya. Masing-masing dari mereka memiliki karakter dan menampilkan ekspresi yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Meskipun obrolan yang mereka bicarakan sama, tetap saja akan ada ekspresi yang tergambar dari raut wajah mereka tidak akan sama.
Menurut Dr. Adil Shadiq (Mengerti Permainan Psikologi: 2011). Kepribadian manusia memiliki tiga bagian kondisi ego, yang terdiri dari kondisi ego orang tua (parent ego state), kondisi ego dewasa (adult ego state), dan kondisi ego anak-anak (child ego state). Inilah yang mendasari bagaimana sikap seseorang akan berubah meski dalam satu waktu tertentu.
Ketika suatu obrolan yang dilakukan secara berkelompok, dengan mengutamakan tema tertentu yang secara keseluruhan setiap individunya pernah mengalami dan memiliki kecenderungan dapat merasakan. Ternyata hal tersebut tidak menjamin setiap orang dari mereka merasa nyaman, karena hal itu dapat dilihat dari apa yang tergambar dari ekspresi wajah ataupun sikapnya.
Sebagian dari mereka terlihat asyik dan nyaman dalam obrolan tersebut, namun sebagian terlihat tidak nyaman, bosan, dan seakan tidak tertarik dengan apa yang diobrolkan. Mungkin sikap tersebut dipengaruhi oleh banyak hal yang menyebabkan mereka yang merasa tidak nyaman, seperti bosan atau alasan lainnya. Raut wajah yang dimunculkan seseorang dalam bersikap, akan mencerminkan bagaimana suatu gambaran perasaan yang sedang dialami. Hal ini dipengaruhi oleh tiga kondisi ego yang dimiliki setiap orang.
Secara tidak langsung, mereka teleh terkondisikan oleh ego anak-anak yang sedang mereka alami, tetapi karena ego dewasanya mereka tetap berada dalam kelompoknya dan seakan ikut senang dengan apa yang dilakukan oleh yang lainnya. Ego dewasa inilah yang mendorong mereka untuk mengalahkan kondisi ego anak-anak yang mungkin jka di terapkan akan membuat mereka terus merasa tidak nyaman dan pergi mengasungkan diri dari kelompoknya.