Mohon tunggu...
Eva Nur Khofifah
Eva Nur Khofifah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Penulis 5 Buku, Praktisi Pendidikan Keluarga, Hipnoterapis, Founder @mozaikpsikologi

Salam Bahagia, Life with Love.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa Itu Stereotip? Bagaimana Contoh Konkretnya?

20 Februari 2019   14:40 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:50 69208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa Itu Stereotip? Bagaimana Contoh Konkretnya?

Untuk sebagian orang kata "stereotip" mungkin terdengar asing, namun nyatanya tanpa disadari stereotip ini banyak sekali dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa sih sebetulnya stereotip itu?

Stereotip adalah sebuah keyakinan positif ataupun negatif yang dipegang terhadap suatu kelompok sosial tertentu. Setelah munculnya stereotip maka akan munculah prejudice/prasangka yang merupakan sikap negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap anggota kelompok tersebut.

Prasangka dapat berupa perasaan tidak suka, marah, jijik, tidak nyaman dan bahkan kebencian. Setelah munculnya steretip dan prasangka akhirnya dapat muncul diskriminasi yang merupakan perilaku negatif yang tidak dibenarkan pula untuk anggota kelompok tersebut (Stangor, 2011).

Stangor ( 2011)  melanjutkan bahwa stereotip itu berada dalam ranah kognitif sedangkan prasangka dalam ranah afektif dan diskriminasi berada dalam ranah perilaku yang munculnya.

Namun ternyata pengaruh lebih lanjut karena stereotip bukan hanya pada perilaku kita saja, tetapi juga perilaku korban stereotip ketika kita berinteraksi dengan mereka yang bisa menjadi dugaan pemuas diri sehingga lebih merusak. Misalnya anggota kelompok tersebut mulai melakukan sesuatu sesuai dengan stereotip itu dan menampilkan karakteristik yang sesuai dengan stereotip tersebut. Kalau stereotip itu hal positif tentunya akan jadi baik, tapi apa jadinya jika stereotip yang ditanamkan adalah hal negatif ( Sears; Freedman & Peplau, 1985).

Penulis merasa tertarik menuliskan hal ini karena stereotip seringkali terjadi di belahan dunia termasuk di indonesia, jadi pada tulisan ini kita hanya fokus pada sterotip saja ya sedangkan prasangka dan diskriminasi bisa dibahas di lain kesempatan. Penulis akan memberikan contoh-contoh stereotip yang seringkali ada di sekitar kita.

Stereotip itu ada yang positif dan ada yang negatif ya, misalnya etnis minang/padang nih stereotip positifnya adalah pekerja keras dan pedagang namun setereotip negatifnya adalah keras kepala dan egois.

Nah oleh karena adanya stereotip tersebut akhirnya ketika kita bertemu dengan orang padang munculah prasangka-prasangka sehingga perilaku kita pun menyesuaikan dengan stereotip tersebut padahal belum tentu orang minang/padang yang kita temui adalah orang yang kerasa kepala, egois, pekerja keras dll. Inilah bahayanya jika kita berperilaku sesuai dengan stereotip yang berlaku.

Contoh lainnya pada etnis di Indonesia aja dulu ya, misalnya pada etnis papua yang terkenal dengan keprimitifan dan agresifitas yang tinggi namu faktanya tidak semua orang papua demikian, papua tetap ada wilayah kota nya tidak semua pedalamannya. Meskipun sebagian besar iya, sangatlah berbahaya jika kita menganggap semua orang papua primitif dan agresif karena stereotip yang ada.

Kemudian etnis selanjutnya misalnya batak nih, orang batak terkenal dengan volume suara yang keras dan nada suara yang tinggi sehingga terdapat stereotip bahwa karakternya pun demikian, keras dan kasar. Padahal faktanya meskipun sebagian besar demikian belum tentu orang batak yang kita jumpai demikian karakternya, sehingga tidak tepat jika kita ikut berperilaku sesuai dengan stereotip yang ada. 

Sumber : kaskus.co.id
Sumber : kaskus.co.id
Nah sekarang kebalikan dengan etnis batak yaitu etnis sunda, dari suaranya orang sunda terkenal dengan suara yang lembut dan mengalun sehingga terdapat stereotip positif bahwa karakternyanya lemah lembut dan sopan serta terdapat stereotip negatif nya kurang power atau kurang semangat ketika beraktivitas.

Nah stereotip positif dan negatif terhadap orang sunda tersebut tidak bisa dijadikan patokan untuk kita berperilaku, karena sejatinya meskipun sebagian besar demikian tidak berarti jadi semuanya seakan demikian ya. 

Sekarang kita masuk ke contoh di luar indonesia ya, misalnya etnis china/tionghoa nih yang terkenal di indonesia. Etnis china ini stereotip negatifnya adalah orang yang kasar, pelit, keras dan tidak berperasaan. Sedangkan stereotip positifnya adalah pekerja keras dan hemat.

Nah meskipun ada stereotip tersebut faktanya belum tentu semua etnis china itu kasar, pelit, keras, tidak berperasaan, pekerja keras, hemat dll. Karena adanya stereotip tersebut tidak tepat jika kita berprasangka dan berperilaku sesuai dengan stereotip tersebut. 

Selanjutnya orang arab nih, orang arab saat ini memiliki stereotip positif religius/rajin beribadah, berhijab, kaya raya dengan minyaknya dan stereotip negatifnya adalah adanya penindasan terhadap kaum perempuan, teroris, kekerasan dan orang arab tinggal di gurun. 

Padahal faktanya belum tentu semuanya tepat misalnya tidak semua orang arab rajin beribadah bahkan ada yang non muslim, tidak semua orang arab berhijab, tidak semua orang arab kaya karena minyaknya, tidak semua orang arab melakukan penindasan dan kekerasan khusunya terhadap perempuan, tidak benar orang arab itu teroris karena mayoritas penduduknya islam karena islam bukan berarti teroris dan tidak semua orang arab tinggal di gurun. Nah karena stereotip yang berkembang, kita akhirnya berperilaku sesuai dengan stereotip yang berlaku yang jelas menimbulkan kesalahpahaman yang fatal. 

Negara selanjutnya misalnya polandia, menurut Sears, Freadman, Peplau (1985) di polandia terdapat stereotip negatif bahwa orangnya canggung/ tidak supel saat berinteraksi. Oleh karena adanta stereotip tersbut akhirnya orang pun beranggapan demikian sehingga enggan untuk berinteraksi bahkan orang polandianya sendiri karena ada stereotip tersebut membuat mereka benar-benar berperilaku sesuai dengan setereotipnya, hal inilah yang dianggap berbahaya.

Contoh lainnya adalah negara India, yang mengejutkan di India ini sangat banyak sekali stereotip negatif nya dibandingkan positifnya. Stereotip positif di India adalah bahwa orang india berkulit putih dan memiliki kecantikan dan ketampanan yang luar biasa.

Sedangkan stereotip negatifnya adalah india adalah negara miskin, india adalah negara pemikat ular, india adalah negara yang kotor, india adalah negara yang kurang berpendidikan, orang india menari dan bernyanyi pada setiap aktivitas hidupnya dan semua pernikahan diatur oleh orang tua. 

Faktanya tidak semuanya demikian, tidak semua orang india berkulit putih, tampan dan cantik seperti artis dan aktor bollywood, india adalah negara berkembang bukan negara miskin, di india ular yang menawan itu ilegal sudah berlaku beberapa tahun, tidak semua kota di india itu kotor. 

Tidak semua orang india tidak berpendidikan jtru sekarang banyak pakar IT berasal dari India, tidak benar jika aktifitas orang india menyanyi dan menari seperti dalam film bollywood dan karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi sekarang ini tidak benar semua pernikahan di india diatur oleh orang tua. Karena stereotip yang ada kita jadi berperilaku dan berpandangan yang kurang tepat. 

Sumber : kaltim. tribunnews.com
Sumber : kaltim. tribunnews.com
Setelah stereotip tentang berbagai etnis dan negara saatnya contoh yang krusial namun seringkali dilupakan yaitu setereotip tentang gender dan perannya. Jenis kelamin itu ada dua yaitu laki-laki dan perempuan yang dilhat secara biologis. Sedangkan gender lebih ke peran laki laki ataupun perempuan dalam kehidupannya. Lalu bagaimana stereotip yang ada untuk gender ini?

Misalnya dalam aspek fisik, stereotipnya adalah  laki laki lebih kuat dibandingkan dengan perempuan dan perempuan lebih lemah dibandingkan laki laki, padahal faktanya meskipun sebagian besar seperti itu berarti tidak semuanya seperti itu dong, semuanya tergantung latar belakang masing masing, ada lelaki yang lebih lemah dari segi fisik dibandngkan perempuan, begitupun sebaliknya.

Selanjutnya aspek emosional, lelaki memiliki stereotip yang kasar, tidak berperasan, tidak peka dan menakutkan. Perempuan memiliki stereotip yang tenang, lembut, emosional dan terlau baper ( bawa perasaan).

Padahal meskipun kebanyakan seperti itu belum tentu semuanya seperti, ada lelaki yang begitu lembut dan peka dan ada perempuan yang kasar dan tak berperasaan. Jad tidak tepat jika kita berperilaku sesuai stereotip tersebut.

Aspek selanjutnya adalah sosial, laki laki kurang berkomunikasi dan cenderung kurang supel dan perempuan lebih supel karena kecerewetannya. Ini tidak tepat ya tidak semuanya demikian adanya, tergantung latar belakang dan tidak bisa disamaratakan begitu saja. 

Itu saja mungkin penjelasan terkait dengan stereotip, mudah mudahan bisa dijadikan alat untuk lebih berhati hati ketka berperilaku sehingga tidak menimbulkan prasangka dan diskriminasi karena sterotip yang ada. 

Salam Bahagia..

Mozaik Psikologi..

Daftar Pustaka:

Sears, Freadman, Peplau. ( 1985). Psikologi Sosial. Jilid 2 edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Stangor, C. ( 2011). Social Psychology Principles. Volume 1. Flat World Knowledge.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun