Mohon tunggu...
I. P. Eva Endrawan
I. P. Eva Endrawan Mohon Tunggu... Guru SMP

saya menyukai sepak bola basket dan musik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Tujuan Pendidikan Hanya Untuk Mencari Uang? Menganalisis Tujuan Filsafat Pendidikan

25 September 2025   11:22 Diperbarui: 25 September 2025   10:20 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta Konsep Tujuan Filsafat Pendidikan

Sebuah anggapan bahwa tujuan pendidikan hanya untuk mencari uang adalah penyederhanaan yang keliru dan mengabaikan kompleksitas serta fungsi ideal pendidikan. Meskipun tidak dapat dimungkiri bahwa mempersiapkan individu untuk kehidupan ekonomi yang layak adalah salah satu tujuan pendidikan, itu hanyalah bagian kecil dari gambaran yang lebih besar.

Perspektif Ideal vs. Realita

Secara ideal, tujuan pendidikan jauh melampaui urusan materi. Berdasarkan banyak pandangan filsafat dan sosiologi, pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya. Tujuan-tujuan ini mencakup:

  • Pembentukan Karakter dan Moral: Pendidikan seharusnya menanamkan nilai-nilai luhur seperti kejujuran, integritas, empati, dan tanggung jawab.
  • Pengembangan Potensi Diri: Pendidikan berfungsi untuk membantu setiap individu menemukan dan mengembangkan bakat, minat, serta potensi terbaiknya, baik itu di bidang akademik, seni, olahraga, maupun sosial.
  • Pencerahan Intelektual: Pendidikan adalah proses untuk melatih daya pikir kritis dan logis, sehingga seseorang mampu membedakan informasi, memecahkan masalah, dan terus belajar sepanjang hayat.
  • Sosialisasi dan Pembentukan Warga Negara: Pendidikan membekali individu dengan keterampilan sosial dan pemahaman tentang peran mereka dalam masyarakat. Tujuannya adalah menciptakan warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya, serta mampu berkontribusi pada kemajuan bangsa.

Namun, dalam realita yang sering kita temui, ada pergeseran fokus. Sistem pendidikan modern, terutama di era kapitalisme, sering kali terperangkap dalam logika pasar. Sekolah dan universitas seolah-olah menjadi "pabrik" yang mencetak tenaga kerja sesuai kebutuhan industri. Jurusan-jurusan yang dianggap tidak "menjanjikan" secara ekonomi, seperti filsafat atau seni, sering kali dipinggirkan. Akibatnya, banyak siswa dan orang tua menganggap pendidikan hanyalah investasi untuk mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi. Ini menciptakan paradoks: pendidikan yang seharusnya membebaskan, justru menjadi alat untuk tunduk pada tuntutan pasar.

Menganalisis Dampaknya

Fokus berlebihan pada aspek ekonomi dapat menyebabkan beberapa dampak negatif:

  • Ketidaksetaraan Sosial: Pendidikan menjadi komoditas mahal yang hanya bisa diakses oleh mereka yang mampu. Hal ini memperkuat ketimpangan alih-alih mengikisnya.
  • Kecemasan dan Stres: Siswa tertekan untuk memilih jurusan dan karier berdasarkan prospek gaji, bukan minat atau passion. Ini bisa mengarah pada pekerjaan yang tidak memuaskan dan peningkatan masalah kesehatan mental.
  • Stagnasi Kreativitas: Kurikulum yang berorientasi pada keterampilan praktis untuk pasar kerja sering kali mengabaikan mata pelajaran yang mendorong pemikiran kreatif, kritis, dan holistik.

Melihat dari berbagai perspektif, klaim bahwa tujuan pendidikan hanya untuk mencari uang adalah sangat dangkal. Tujuan pendidikan yang ideal adalah menciptakan individu yang mandiri, beretika, kritis, dan berkontribusi secara positif kepada masyarakat. Aspek ekonomi hanyalah salah satu hasil dari proses tersebut, bukan tujuan utamanya.

Untuk melanjutkan diskusi ini, apakah Anda ingin membahas lebih dalam tentang bagaimana idealisme pendidikan dapat dikembalikan di tengah realitas yang berorientasi pasar?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun