Mohon tunggu...
EVA CHAIRUNNISA
EVA CHAIRUNNISA Mohon Tunggu... Mahasiswa - 43120010146

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2_Etika dan Hukum Platon

25 Mei 2022   12:49 Diperbarui: 25 Mei 2022   13:05 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada saat meminta karakter mengajukan posisi tertentu, Platon meminta kita untuk dapat merenungkan cara institusi politik untuk membentuk nilai-nilai warga negara. Contohnya seperti Clinias dan Megillus, yang dimana keduannya ini berasal dari budaya yang berpusat pada militer, dan berpendapat bahwa konflik manusia merupaka bagian mendasar adri sifat manusia. Keberanian merupakan kebajikan terbesar dan sebaliknya, orang Athena yang berasal dari budaya seni dan buudaya filsafat, melihat harmoni, kedamaian, dan waktu luang sebagai hal yang lagi-lagi ideal. Maka dari itu, agar warga negara ini dapat menumbuhkan watak yang tepat, maka penting bagi kota untuk memiliki kebijakan yang tepat dan para warganya akan menerima pendidikan yang benar.

b. Psikologi Pendidikan dan Moral

Untuk dapat membela intoksikasi moderat, maka orang Arhena ini dapat menawarkan penjelasan tentang pendidikan dan tentang psikolog moral. Dengan pendidikan, Athena ini tidak berarti keterampilan teknis, melainkan hal-hal yang mengarah kepada seseorang yang menuju kebajikan. Sebagian besarpendidikan ini dimaksudkan untuk menanamkan perasaan yang sangat tepat kepada warga negara, sehingga mereka ini dapat merasakan kesenangan adn rasa sakit yang dirasakan sehubungan dengan hal-hal yang sesuai. Sama seperti praktik Spartan ini yang membuat warga  negara takut dan mengalami rasa sakit ini ternyata dapat membantu untuk menumbuhkan perasaan yang sangat tepat dan sehubungan dengan rasa sakit, pesta minum yang dilakukan ini dapat membantu warga untuk mengembangkan pijakan yang sesuai dengan sehubungan dengan kesenangan. Idenya tersebut mengatakan bahwa seseorang yang belajar untuk menolak kesenangan dan mempunyai keinginan negatif hanya dengan terpapar pada hal-hal seperti itu.  Pesta minum tersebut yang diawasi dapat menyediakan cara yang aman dan murah untuk melakukan hal ini.

Megillus dan Clinias ini mempunyai cukup skeptis dan dapat meminta Athena untuk menjelaskan bagaimana anggur mempengaruhi jiwa.  Dari asinilah kita akan mendapatkan berbagai macam penjelasan tentang psikologi moral (644c 645c).  Bahkan orang Athena tersebut pada meminta kita untuk membayangkan bahwa boneka yang dibuat oleh para dewa dengan berbagai tali di dalamnya. Tali-tali tersebut, yang mewakili kasih sayang seperti kesenangan, rasa sakit, dan emosi yang ada didalam jiwa untuk menarik boneka tersebut ke berbagai arah.  Satu tali itu merupakan tali yang suci dan emas.  Tali ini melambangkan berbagai alasan maupun perhitungan dan ketika seseorang tersebut mengikutinya, dia berbudi luhur.  Namun, karena akal maupun perhitungan tersebu yang halus dan lembut, maka akan diperlukan bantuan tali yang lain yaitu tali yang keras dan kasar untuk menggerakkan wayang dengan berbagai cara yang paling  benar.  Gagasan umumnya adalah bahwa kebajikan tidak hanya membutuhkan alasan maupun aperhitungan, akan tetapi juga penanaman perasaan yang benar.

Metafora wayang ini dapat mengangkat sejumlah persoalan filosofis seputar dengan kekuatan kehendak atau sering disebut dengan enkrateia. Kelemahan kehendak atau sering disebut dengan akrasia. Atau secara kasar, kelemahan dari kemauan tersebut adalah ketika seseorang secara intelektual ini memahami bahwa seseorang harus melakukan tindakan tertentu, akan tetapi emosi dan keinginannya ini dapat mengesampingkan penilaian tersebut kyang mengarah kepada kegagalan etis.

Kekuatan kemauan merupakan suatu fenomena dan sebaliknya.  Seperti orang yang berkemauan lemah, bahwa orang yang berkemauan keras ini ingin melakukan apapun selain dari apa yang menurut penilaian intelektual mereka yang dimana seharusnya mereka lakukan.  Berbeda dengan orang yang berkemauan lemah, orang yang berkemauan keras ini dapat dmengatasi keinginan ini dan berperilaku dengan benar.

Dalam Protagoras (352a-c), Socrates menyangkal kemungkinan dalam kelemahan kemauan dan di Republik agen yang berbudi luhur ini bukanlah individu yang berkemauan keras yang dimana kemauan inis mengatasi emosi yang sangata berlawan, akand tetapi orang yang kekuatan psikisnya ada didalam harmoni yang sempurna.  Sepintas, metafora wayang ini dapat menimbulkan banyak masalah bagi kedua komitmen ini.  Hal tersebut dapat menghadirkan berbagai macam masalah bagi yang pertama karena dari hal tersebut tarikan akal maupun perhitungan ini dapat diatasi oleh emosi atau sering disebut dengan tali yang keras. Akan tetapi, interpretasi tersebut memang dapat menghadapi berbagai macam masalah karena tali yang disebut akal maupun perhitungan dalam metafora itu sendiri digambarkan sebagai emosi ataupun kekuatan, yang dapat menimbulkan keraguan maksud Platon adalah untuk menarik kontras antara akal dengan emosi.

Metafora pada wayang juga dapat menimbulkan berbagai masalah bagi pandangan bahwasannya kebajikan merupakan suatu hal yangd harmoni karena didalam kebajikan ini ada dalam metafora wayang yang dapat melibatkan penguasaan tarikan tali yang berlawanan.  Hal ini menunjukkan bahwa kebajikan berarti harus berkemauan keras.  Namun, didalam Buku ada 2 orang Athena yang menggambarkan kebajikan tersebut dsebagai kesepakatan diantara kesenangan, rasa sakit maupun dacatatan yang dapat dipahami atau beralasan. Uraian tersebut sejalan dengan pemikiran bahwasanya kebajikan merupakan suatu keselarasan yang ada didalam jiwa antara kekuatan psikis yang berbeda.

Masalah lainnyad yang dapat diperdebatkan oleh para ulama adalah apakah jiwa yang ada didalam metafora wayang ini terdiri dari tiga bagian seperti halnya yang ada di Republik. Terdapat tiga bagian jiwayang ada di Republik yaitu: yang pertama ada bagian penalaran ataupun perhitungan, yang kedua yaitu ada bagian semangat, dan yang terakhir yaitu bagian nafsu makan.  Ada beberapa para ahli yang mempertahankan kesinambungan antara Hukum dan Republik, sementara yang lain berpendapat bahwa metafora ini dapat menunjukkan bipartisi antara rasional dan non-rasional.  Atau dengan kata lain, didalam Hukum ini terdapat bagian jiwa yang non-rasional dan masuk kedalam golongan baik yang merupakan dbagian dari nafsu makan maupun bagian yang berjiwa.  Selain itu ada juga cendekiawan lain yang berpendapat di dalam Hukum bahwa aPlaton tidak lagi memperlakukan jiwa sebagai bagian, akan tetapi lebih sebagai agen kesatuan dengan kekuatan berbeda yang ada di dalamnya.

c. Kebahagiaan dan Kebajikan

Didalam buku 2 ini melanjutkan musyawarah yang membahas seputar pesta minum dan pendidikan.  Pendidikan musik ini membentuk fondasi karakter seseorang yang melalui lagu serta tarian seseorang untuk menumbuhkan respons yang efektif yang sesuai dengan tindakan yang bajik yang dapat digambarkan didalam lagu dan tarian tersebut, seseorang dapat mulai mengembangkan kebajikan.  Berbalik dari kebalikannya juga benar, seseorang tersebut akan menumbuhkan berbagai sifat buruk, namun jika ia menikmati tindakan yang sangat keji dapat digambarkan didalam lagu dan tarian. Karena itu, sangat penting bagi legislatif untuk menetapkan musik apa yang dapat diizinkan di kota tersebut, sebuah tugas yang menurut orang Athena paling baik ditangani oleh orang tua dengan kebijaksanaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun