Mohon tunggu...
Eunike Janny
Eunike Janny Mohon Tunggu... -

menulis adalah dialog batin dalam keheningan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Harian Seorang Guru: Korban Terlupakan dalam Perselingkuhan

13 Juli 2014   06:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:30 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dear diari,

 

Di antara 24 muridku di sekolah itu, satu-satunya murid yang paling aku kuatirkan perkembangannya adalah Sandra. Sandra yang waktu itu masih berusia 6 tahun harus menjadi korban perceraian papa mamanya karena kehadiran wanita lain. Papanya selingkuh dengan wanita yang usianya jauh lebih muda, wanita yang akhirnya dinikahi papanya setelah menceraikan mamanya disertai pengalihan seluruh harta mamanya ke wanita itu.

 

Tidak berhenti sampai di situ, pasca perceraian orang tuanya, Sandra mau tidak mau harus tinggal berpindah-pindah di antara rumah mama kandungnya yang sedang labil dan rumah keluarga baru papa kandungnya bersama mama tirinya yang saat itu sedang hamil. Sandra nampak terlupakan, semua sibuk dengan urusan masing-masing. Hal itu tentu saja mempengaruhi perkembangan kejiwaan Sandra, memaksanya tumbuh menjadi anak pembangkang dengan prestasi akademik yang sangat memprihatinkan.

 


Di kelas hanya Sandra yang tidak pernah terdengar suaranya, sulit sekali aku ajak bicara seolah ada benteng yang dia bangun sebagai simbol ketidakpercayaannya pada siapapun. Di tengah teman-temannya yang ceria dia nampak terkucil, dijadikan bulan-bulanan Daniel yang walau masih kecil sudah menunjukkan watak pembully.

 

“Daniel!” tegurku saat melihatnya memarahi dan memukul Sandra yang saat itu duduk bersebelahan dengannya mengerjakan tugas kelompok. Dengan wajah cemberut Daniel menoleh ke arahku. “Sandra nggak mau ngerjain tugas, Miss, mainan pensil terus. Ntar kelompok kita nilainya jelek gara-gara dia,” lapor Daniel. Kulihat Sandra sibuk memencet-mencet pensilnya.

 

“Kamu kan bisa bantu Sandra, Daniel. Coba tanya baik-baik kenapa pensilnya atau pinjami saja pensil kamu yang tidak terpakai.” Masih dengan mimik cemberut, Daniel meminjamkan pensilnya ke Sandra yang tetap acuh tak acuh. Aku menghela nafas, tidak tahu bagaimana cara menolong Sandra. Hanya bisa berharap semoga mama kandungnya cepat pulih demi perkembangan putrinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun