Mohon tunggu...
Evelyn Tanjaya
Evelyn Tanjaya Mohon Tunggu... -

Known as psychology student.. I am interested in positive psychology and I love to learn ^^ Glad to know you :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Idealisme vs Realita dalam Pendidikan Entrepreneurship”

27 Maret 2015   11:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:56 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14274296681549664614

Saya membayangkan sebuah proses dimana mahasiswa aktif dan semangat belajar. Pengajar menuntun kami melalui proses belajar, memberikan kami paket lengkap (Knowledge, Skills, Attitude), dan memotivasi kami mencapai cita-cita.. Pengajar tak hanya memberi “grade/score” dari nilai ujian, namun juga menghargai proses kami dan membimbing para mahasiswa untuk lulus dengan predikat. Andai semua pengajar seperti itu.. Kecenderungan mahasiswa untuk memiliki motivasi belajar akan makin tinggi.. dan mereka pun akan mendapatkan bekal yang lebih.. Apakah kurikulum pendidikan abad ke-21 sanggup melakukannya?

Saat ini sistem pendidikan dunia angsur-angsur telah beralih menuju pendidikan abad ke-21. Salah satu pembelajaran dalam pendidikan abad ke-21 adalah Entrepreneurship. Entrepreneurship merupakan komponen yang penting sebagai skill pelajar pada pendidikan abad ke -21 (Ashmore, Cohen, Loew, & Robertson, 2010).

Problem based learning (PBL) merupakan metode pembelajaran Entrepreneurship yang menekankan pada aplikasi teori dan skill, pemikiran kritis dan sudut pandang kreatif-solutif, serta diskusi. Tujuan akhirnya adalah persiapan untuk hidup mereka kelak (Ashmore, Cohen, Loew, & Robertson, 2010).

Mampukah tujuan akhir dari rancangan kurikulum entrepreneurship ini tersalur dengan baik dalam kehidupan mahasiswanya? Ataukah PBL dan kurikulum Entrepreneurship ini hanya akan menjadi idealisme belaka?

Kendala dalam pendidikan saat ini adalah kesenjangan antara praktek di lapangan dan kurikulum yang dirancang. Saya merasa bahwa dengan adanya evaluasi pada proses pembelajaran dan standar penilaian yang tepat dalam pendidikan entrepreneurship, maka Entrepreneurship dapat menjadi pembelajaran yang baik dan ideal untuk generasi saat ini.

Kolaborasi antara pengajar dan mahasiswa diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran. Begitu pula penilaiannya yang perlu menekankan aspek proses dibandingkan hasil. Jika penilaian Entrepreneurship masih disamaratakan dengan penilaian perkuliahan bisnis/ ekonomi yang menekankan hasil ujian dan jawaban benar, maka saya merasa hal ini perlu diperbaiki.

Saya memiliki beberapa usulan kepada para pengajar agar dapat mendukung pembelajaran Entrepreneurship yang lebih baik:

1.Pengajar dapat menerapkan konsep “ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”

2.Pengajar membagikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan tata karma dalam proses entrepreneurial mahasiswanya

3.Perkuliahan diawali dengan sharing goal mahasiswa, tak lupa pengajar juga membantu mewujudkannya.

4.Feedback diberikan tidak hanya berupa nilai akhir, namun dilengkapi dengan kolom keterangan “mengapa hasil akhirnya demikian, dan hal apa yang perlu ditingkatkan dari diri mahasiswa”

5.Penilaian dilakukan dengan memanfaatkan kolom problem solving rubric oleh pengajar, teman, diri sendiri, atau pihak expertise lain.

Contoh  problem solving rubric (Ashmore, Cohen, Loew, & Robertson, 2010):

6.Terakhir, pengajar memberikan ekspektasi yang tinggi kepada mahasiswanya namun tidak berlebihan

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat selangkah lebih dekat dengan tujuan akhir dari pembelajaran Entrepreneurship. Karena murid yang bahagia mendapatkan lebih banyak bekal untuk masa depannya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun