Mohon tunggu...
Eta Betsi
Eta Betsi Mohon Tunggu... Pendidik

Menyukai musik, seni tari, fashion, shopping

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Organisasi Sekolah: Tersusun Rapi, Tapi Gagal Berfungsi?

8 Juli 2025   07:30 Diperbarui: 7 Juli 2025   23:42 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: acerid.com/pendidikan/bagan-struktur-organisasi-sekolah 

Organisasi Sekolah: Tersusun Rapi, Tapi Gagal Berfungsi?

Oleh:    1. Drs. Azmi

                   (Mahasiswa Magister Pedagogi Universitas Lancang  Kuning)

               2. Eta Betsi Sanora Br. Sinaga, S.Pd

                   (Guru IPA SMPN 2 Singkep/Mahasiswa Magister Pedagogi Universitas Lancang  Kuning)

"Struktur organisasi di sekolah seringkali hanya tampak rapi di atas kertas. Tapi apakah itu benar-benar bekerja? Mari bedah peran, komunikasi, dan keputusan dalam organisasi pendidikan kita."

Struktur organisasi di institusi pendidikan seringkali terlihat rapi dan lengkap. Ada kepala sekolah, wakil-wakil bidang, guru, dan staf tata usaha. Tapi pertanyaannya: apakah struktur itu hanya pajangan atau benar-benar mencerminkan sistem kerja yang hidup?

Robbins & Judge (2017) menekankan bahwa struktur bukan hanya membagi tugas, tapi mengkoordinasikan kerja. Sayangnya, banyak institusi pendidikan yang berhenti pada desain struktural---tanpa pembenahan fungsi internal.

Sumber: smpn186jkt.sch.id/page/struktur-organisasi
Sumber: smpn186jkt.sch.id/page/struktur-organisasi

Antara Bentuk dan Fungsi

Struktur organisasi seperti fungsional, divisional, hingga mekanistik memang lazim diterapkan di sekolah. Tapi menurut Josephs et al. (2022) dan Whetsell et al. (2020), struktur mekanistik yang terlalu hierarkis bisa menghambat inovasi dan memperlambat respons perubahan.

Sekolah yang masih mempraktikkan struktur top-down tanpa evaluasi budaya kerja akan sulit adaptif di era Kurikulum Merdeka yang menuntut kolaborasi.

Komunikasi: Sumber Daya yang Terlupakan

Komunikasi adalah napas organisasi. Tanpa komunikasi yang terbuka, organisasi hanya berjalan dengan instruksi, bukan kolaborasi. Muspawi et al. (2022) menekankan pentingnya komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal agar tidak ada pihak yang merasa terpinggirkan.

Sayangnya, komunikasi di banyak sekolah masih bersifat satu arah, dari kepala sekolah ke guru. Di mana ruang dialognya? Di mana suara guru?

Pengambilan Keputusan: Siapa yang Dilibatkan?

Simon (2015) dan Azzahra et al. (2024) mengingatkan bahwa keputusan yang baik datang dari partisipasi, bukan dominasi. Tapi yang sering terjadi, guru hanya menerima keputusan tanpa dilibatkan dalam prosesnya.

Padahal mereka lah yang paling tahu dinamika kelas.

Pengambilan keputusan yang eksklusif hanya akan melahirkan kebijakan yang lepas dari konteks lapangan. Ini bukan hanya soal efisiensi, tapi soal keadilan organisasi.

Solusi: Budaya Kolaborasi, Bukan Tambal Sulam Jabatan

Daripada menambah jabatan atau merombak struktur, yang dibutuhkan sekolah adalah:
- Budaya organisasi yang terbuka
- Komunikasi lintas peran yang fungsional
- Kepemimpinan yang melibatkan guru dalam proses keputusan
- Pelatihan manajerial & soft skill untuk seluruh level

Penutup

Kita tidak kekurangan struktur di sekolah. Yang kita butuhkan adalah fungsi yang benar-benar hidup. Fungsi yang dijalankan oleh manusia---bukan oleh jabatan semata. Karena sekolah adalah tempat tumbuhnya manusia, bukan hanya sistem.

Jika kita ingin organisasi pendidikan yang sehat, maka komunikasi harus dibuka, peran harus dijalankan, dan keputusan harus dibagi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun