Mohon tunggu...
Erick Sudarmo
Erick Sudarmo Mohon Tunggu... Seniman - Silahkan kalau ingin tukar pikiran dan berdiskusi sebagai sesama manusia. Open discussion -- 0877 1156 4456

Saya adalah manusia biasa yang penuh kekurangan dan kekhilafan; serta selalu mau untuk belajar dan memperbaiki diri kearah yang lebih baik demi kehidupan berbangsa, bernegara dan sebagai salah satu warga dari dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sudah Toleransikah Saya?

5 Juni 2019   11:45 Diperbarui: 5 Juni 2019   12:06 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang-orang banyak yang gembar-gembor bahwa mereka sudah bertoleransi kepada orang lain dan mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang yang selalu berada di lingkungan sosial masyarakat. Hmmmm......saya hanya ketawa saja dalam hati; kemunafikan dan kesombongan manusia sudah terlihat. 

Sebenarnya, apakah esensi dari toleransi itu sendiri? Apakah toleransi itu hanya kepada orang lain saja? Apakah sikap tersebut adalah baik adanya dan berkenan di kehidupan sosial masyarakat berbangsa dan bernegara?

 Jawabannya adalah.....TERGANTUNG dari sudut mana orang lain melihatnya; bisa dianggap toleransi yang tulus ataupun toleransi yang terkesan palsu atau semu.

Toleransi yang utama sebenarnya adalah bagaimana manusia tersebut bisa bertoleransi dengan dirinya sendiri dan kehidupannya sendiri. Ketika seseorang terlalu keras kepada dirinya sendiri dalam menanggapi hidup dan terlalu menuntut dirinya melakukan apa yang dia mau, maka manusia tersebut tidak bisa memberikan toleransi kepada dirinya sendiri. 

Sayapun sedang dalam tahap pembelajaran bagaimana untuk mampu memberikan toleransi untuk diri saya sendiri dimana meliputi toleransi jasmani dan rohani. 

Keamibisiusan dan kemutlakan logika, serta kesombongan saya; merupakan hal yang ketika saya renungkan adalah merupakan bentuk dari intoleransi saya terhadap diri sana sendiri. Ketika saya mulai bisa untuk menyadari hal-hal tersebut dan menyadari bahwa saya hanya manusia biasa yang tidak lepas dari kekhilafan, saya mulai bisa untuk bertoleransi dengan orang lain dengan ketulusan hati. 

Proses pembelajaran ini akan terus saya jalani sampai akhir hidup saya dimana dikarenakan dari sifat belajar itu sendiri adalah berkelanjutan selama nafas masih berhembus. 

Seseorang yang berhenti untuk menyadari kekurangan dan kesalahannnya, serta tidak mau memperbaikinya dimana sampai pada titik berhenti-belajar; itu adalah manusia yang sombong dan tidak mau untuk memberikan toleransi kepada dirinya sendiri.

Intoleransi yang manusia lakukan kepada dirinya sendiri sebanarnya adalah bersifat auto-action dan auto-reaction. Ketika manusia melihata bahwa apa yang mereka impikan, harapkan, serta dambakan; tidak sesuai dengan kenyataan, maka manusia tersebut akan cenderung untuk berusaha mewujudkannya dengan cara apapun juga demi terwujudnya ambisi mereka -- keegoisan adalah ambisis terselubung. Auto-action; terjadi ketika manusia menerima stimulus dari luar baik bersifat mental-spiritual ataupun bersifat jasmaniah; manusia tersebut secara otomatis berekasi untuk "menangkal" stimulus yang tidak diinginkan -- Auto-Reaction. 

Ketika manusia mampu untuk mengenali dirinya sendiri dan bisa untuk memberikan "kelonggaran" kepada dirinya sendiri, maka secara otomatis, manusia tersebut akan mampu untuk bertoleransi dengan orang lain secara alami tanpa dibuat-buat. Toleransi sebenarnya merupakan tindakan empati dan simpati kepada sesama makhluk hidup. 

Manusia yang memiliki tingkat toleransi yang tinggi kepada dirinya sendiri, maka manusia tersebut sudah pasti memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi kepada orang lain dengan disertai rasa saling menghormati dan menghargai yang dilandasi oleh semangat kemanusiaan, persaudaraan, dan cinta kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun