Mohon tunggu...
Estria
Estria Mohon Tunggu... Calon penulis

Suka nonton nadia omara dan hirotada

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Buat Kamu, Yang Hari Ini Ngerasa Capek!

3 Mei 2025   21:29 Diperbarui: 3 Mei 2025   21:29 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ada masa dalam hidup di mana semuanya terasa terlalu berat. Bangun tidur saja sudah melelahkan, padahal belum apa-apa. Rasanya seperti tubuh dan pikiran tidak sejalan, fisik hadir, tapi jiwa tertinggal entah di mana. Inilah masa yang oleh sebagian orang disebut sebagai "capek-capeknya hidup".

Capek secara fisik masih bisa diatasi dengan istirahat. Namun capek yang ini lebih dalam dari sekadar kurang tidur. Ini adalah kelelahan emosional, mental, dan spiritual yang berkepanjangan. Seolah hidup sedang memuncak dalam kesibukan, tuntutan, kekecewaan, dan kebingungan. Tidak tahu harus mulai dari mana, dan tidak tahu pula kapan semuanya akan selesai.

Tekanan Datang dari Segala Arah

Fase capek-capeknya hidup sering terjadi ketika seseorang berada di usia transisi. Misalnya saat sedang menata karier, menyelesaikan kuliah, menghidupi keluarga, atau bahkan mencari jati diri. Di saat yang sama, tuntutan datang dari banyak arah: keluarga, teman, lingkungan sosial, bahkan dari diri sendiri. Semua berharap kita kuat, tangguh, bisa diandalkan. Padahal diri sendiri pun sudah letih, nyaris menyerah.

Dalam masa seperti ini, seseorang bisa merasa sangat sendiri. Mungkin dia tetap tersenyum saat bertemu orang lain, tetap membalas pesan, tetap bercanda, tapi jauh di dalam hatinya, dia sedang berjuang keras hanya untuk bertahan. Kadang, air mata datang tanpa alasan. Kadang, hanya ingin tidur dan berharap esok tidak perlu bangun lagi.

Perlu diingat bahwa merasa capek seperti ini adalah hal yang tervalidasi. Tidak ada satu pun manusia yang kuat setiap saat. Bahkan orang yang terlihat paling bahagia pun bisa menyimpan kelelahan yang tak terucapkan. Hidup memang tidak selalu cerah. Ada kalanya kita melalui badai, dan itu bukan berarti kita lemah.

Merasakan kelelahan bukan tanda bahwa kita gagal. Justru itu menunjukkan bahwa kita sedang berjuang keras. Kita sedang memberi yang terbaik, walau mungkin hasilnya belum terlihat. Kita sedang mencoba memahami arah hidup, menata masa depan, sambil membawa beban masa lalu yang belum selesai.

Beristirahat Itu Perlu, Bukan Malas

Di masa capek-capeknya hidup, hal paling bijak yang bisa dilakukan adalah memberi ruang untuk diri sendiri. Tidak semua harus diselesaikan sekarang. Tidak semua harus dikejar hari ini. Terkadang, beristirahat bukan pilihan, tapi kebutuhan.

Istirahat bisa berarti tidur cukup, menjauh sejenak dari media sosial, atau berbicara dengan orang yang dipercaya. Bisa juga berarti membiarkan diri menangis tanpa alasan, atau duduk diam tanpa memikirkan apa pun. Kita perlu mengizinkan diri untuk tidak sempurna, untuk merasa lelah, untuk bernapas.

Ingatlah bahwa istirahat bukan kemunduran. Itu adalah cara untuk mengisi ulang tenaga. Seperti ponsel yang tidak bisa terus digunakan tanpa diisi ulang, manusia pun begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun