Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

2 Hal yang Tidak Kita Punya di Ramadan Tahun Ini

5 Mei 2020   23:36 Diperbarui: 5 Mei 2020   23:47 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Bersujud (Sumber : getreligion.org)

Hari ini, Kompasiana meminta menuliskan apa yang menjadi kesulitan saya di Ramadan tahun ini. Bila boleh jujur, ini bukanlah topik yang tepat untuk ditulis, terutama di masa-masa pandemi. Kalau bukan karena determinasi ingin mengikuti tantangan menulis selama sebulan penuh Ramadan, saya mungkin akan mengurungkan diri untuk menulis dengan topik seperti ini. I am serious!

Maksud saya, bagaimana mungkin orang seperti saya, yang masih punya energi untuk menuliskan pikiran-pikiran di kepala, bisa berpikir untuk mengeluh tentang kesulitan selama Ramadan? Sementara masih banyak orang di luar sana, yang energinya sudah terkuras bahkan untuk hanya memikirkan ada atau tidaknya beras di tempayan.

Ya, jadi dibandingkan curhat mengenai kesulitan diri pribadi, saya merasa lebih layak mengurai benang kusut kekhawatiran di kepala tentang dunia yang sedang saya tinggali.

Ada banyak hal saya rasa, yang menjadikan Ramadan ini menjadi sulit bagi banyak orang. Bahan pangan mahal, udara panas, target kerja belum tercapai, tunjangan hari raya akan terlambat masuk atau tidak ada tunjangan sama sekali, dan lain-lain. 

Tapi kesulitan-kesulitan itu juga ada di tahun-tahun yang lalu. Kesulitan-kesulitan itu bukan  sesuatu yang baru. Itu adalah cerita kesulitan yang siklusnya berulang. Yang bagi sebagian orang mungkin telah menjadi hal yang biasa.

Jadi pertanyaannya kini, adakah kesulitan tahun ini yang begitu berbeda? Jawabannya, ada.

Ada 2 hal yang tidak kita punya di Ramadan tahun ini, setidaknya itu yang terpikirkan di kepala, saat saya menuliskan ini. Anda boleh menambahkannya di kolom komentar.

Kesulitan Pertama : Keleluasaan Beribadah

Bila menelisik ke belakang dan melihat betapa di saat di mana kita begitu leluasa berada di rumah-rumah Tuhan, kita pernah menjadikannya sebagai bahan permainan. Rumah Tuhan dijadikan tempat mengolok-olok dan mencemooh orang.

Dulu ketika kita begitu leluasa bersujud di rumah Tuhan, sebagian dari kita malah memilih menghambur ke jalan-jalan. Merasa paling berhak karena mengaku yang paling haq.

Kini Ramadan ada di tengah pandemi, yang begitu membatasi keleluasaan beribadah dalam skala besar. Mungkin benar yang disebut-sebut banyak orang, pandemi telah mengembalikan agama pada ruang-ruang privatnya.

Tuhan, mohon rahmat supaya Ramadan ini kami dapat memberi kesaksian, bukan kesaksian akan agama, tapi kesaksian akan Engkau semata. Amin.

Kesulitan Kedua : Kebersamaan.

Betapa sudah banyak yang kehilangan orang-orang terkasih. Bila pun tidak kehilangan, maka mereka mungkin tidak memiliki kesempatan untuk menikmati kebersamaan.

Di tempat pertama, mereka yang kesulitan adalah para tenaga medis yang berjibaku di Ramadan untuk tetap menolong para pasien pandemi. Mereka lah yang mula-mula dicabut haknya atas kebersamaan itu.

Lalu, ada keluarga dari korban pandemi, yang entah bagaimana harus mencerna situasi kehilangan itu dengan terbata-bata.

Di tempat ketiga, dan inilah yang jumlahnya terbanyak, adalah mereka yang terpaksa tak bisa berkumpul dalam manisnya candu kebersamaan bernama 'mudik'. Saya ada di golongan ketiga ini. Tapi lagi-lagi ini bukan tentang saya.

Ini adalah tentang mereka yang benar-benar sudah tidak punya apa-apa di kota berlabel zona merah, tapi tak punya pilihan untuk pulang dan bersandar pada keluarga di kampung. 

Mereka-mereka yang sedang meradang dalam tangis dan lapar di malam-malam Ramadan. Mereka-mereka yang menjadikan saya malu pada diri sendiri bila ingin mengutarakan kesulitan pribadi.

Semoga Allah segera mengangkat kesulitan-kesulitan di Ramadan ini.

Wahai Yang asma-Nya adalah obat, mengingat-Nya adalah penyembuh dan ketaatan kepada-Nya adalah kekayaan, penuhilah hati kami dengan kesabaran, keikhlasan, cinta dan rasa syukur, sehingga dapat menyelami makna kesendirian dan kesepian ini, dan membawa kami lebih dekat pada -Mu. Amin.

---

Catatan 12 Ramadan 1441 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun