Mohon tunggu...
esti aviandini
esti aviandini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa Universitas Nasional dengan program studi sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

"Angka Nol dalam Sajak 'Catatan Masa Kecil, 4': Benteng Psikologis dan Simbol Eksistensial"

6 Agustus 2025   13:59 Diperbarui: 6 Agustus 2025   13:59 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sapardi Djoko Damono, sosok maestro puisi Indonesia, tidak hanya dikenal lewat karya fenomenal seperti Hujan Bulan Juni, tapi juga lewat sajak-sajak lain yang kurang mendapat sorotan namun sarat makna. Salah satunya adalah "Catatan Masa Kecil, 4," sebuah prosa liris yang mengungkap trauma masa kecil tokoh 'ia' melalui simbolisme angka nol. 

Sajak ini mengajak pembaca menelusuri psikologis seorang anak yang mengalami kebingungan dan kegelisahan terhadap logika matematika sederhana. Misalnya, "kenapa dua kali dua hasilnya sama dengan dua tambah dua, sedangkan satu kali satu lebih kecil dari satu tambah satu dan tiga lebih besar dari tiga tambah tiga?" Di balik kebingungan ini tersimpan pengalaman traumatis yang sangat mendalam.

Judul "Catatan Masa Kecil, 4" adalah bagian dari seri sajak yang memotret perjalanan memori masa kecil dan pembentukan identitas. Pengalaman traumatik tokoh 'ia' terungkap dalam memori saat  ibunya sakit keras, ayahnya tidak ada di rumah, serta suara langkah bakiak nenek yang telah meninggal, hingga ketakutan yang menyebabkan tokoh kecil itu kencing di kasur. 

Melalui pendekatakan osikologi sastra terutama teori PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), disorot bagaimana kejadian ini meninggalkan luka batin berupa memori menganggu, kewaspadaan berlebihan, dan penghindaran. Kondisi ini memicu tokoh 'ia' memilih "angka nol" sebagai satu-satunya hal yang ia percayai - sebuah krkedo eksistensial yang menandai cara ia menghadapi dunia yang terasa tidak stabil dan penuh ketakutan.

Mengapa nol? Angka nol, menurut filsafat simbolik Paaul Recoeur, bukan hanya sekadar angka kosong, tetapi sebuah simbol yang mampu membuka berbagai lapisan makna:

1. Ketidakpastian (Vaacuum dari Kosongnya Dukungan)

Nol melambangkan kekosongan dan ketiadaan, seperti ketiadaan figur ayah pada saat traumanya.

2. Kepastian Absolut

Berbeda dengan angka lain yang berubah-ubah dalam perhitungan. nol adalah satu-satunya nilai tetap dan absolut. ini menjadi jangkar psikologis bagi jiwa yang kacau.

3. Ruang Aman dari Kepedihan

Nol menjadi zona aman di mana sang tokoh mundur dari kenyataan yang menyakitkan dan tidak bisa dimengerti.

4. Kredo Spiritual Personal

Mempercayai nol berarti pengakuan akan ketidakberdayaan diri dan penyerahan total terhadap kekosongan yang justru menghadirkan kedamaian batin.

Analisis ini mengungkap bahwa sajak Sapardi tidak sekadar permainan kata atau perasaan semata, tapi juga rekaman batin yang menggabungkan psikologi dan filosofi. Sapardi mengubah angka matematika yang abstrak itu menjadi benteng pertahanan psikologis paling mendasar bagi sang tokoh yang terluka.

Termuan ini menambah khasanah kajian sastra Indonesia, terutama bagaimana trauma dan simbolisme matematis dapat menyatu dalam karya puisi untuk menyuarakan pengalaman manusia yang kompleks. Bagi para pecinta sastra dan psikologi, "Catatan Masa Kecil, 4" memberikan cermin untuk memahami bagaimana luka masa kecil bisa membentuk cara kita memandang dunia dan mencari makna hidup. 

Lebih dari itu, sajak ini mengajak kita untuk refleksi: di tengah kekacauan dunia, adalah "angka nol" dalam hidup kita - sebuah titik henti yang memberi ketenangan dan makna di antara segala ketidakpastian?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun