Mohon tunggu...
Esterilia Vanya
Esterilia Vanya Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa yang tertarik dengan teknologi dan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

AI-Art Bukan Seniman, Melainkan Pencuri

1 Juni 2023   12:15 Diperbarui: 1 Juni 2023   12:51 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sedang naik daun di berbagai bidang kehidupan manusia. Salah satu bidang tersebut adalah bidang seni. Akan tetapi di sosial media, masuknya AI ke dalam bidang seni tidak disambut dengan baik oleh para seniman, entah itu yang menggambar secara digital maupun tradisional. Hal ini dikarenakan AI tidak menggambar sendiri gambarnya, melainkan mengambil gambar orang lain.

AI art menggunakan mesin yang telah diprogram untuk mempelajari algoritma. Ada beberapa thap dalam AI membuat suatu gambar, di antaranya dataset collection, training, generation dan refinement. Pertama, AI menyeleksi set data dari karya seni yang sudah tersedia di internet sehingga mesin dapat belajar style dan pola dari pelukis atau illustrator tersebut. Hal ini lah yang disebut dengan dataset collection.

Kedua, training di mana AI akan dilatih menggunakan gambar set data secara terus menerus. Setelah, AI dilatih menggunakan set data maka sekarang AI dapat digunakan untuk mmebuat gambar baru berdasarkan input kata kunci yang diberikan pegguna. Tahap ini dinamakan tahap generating. Terakhir, adalah refinement di mana gambar AI yang telah dibuat akan dipoles dengan algoritma dan teknik tambahan seperti pemberian filter yang membuat estetika gambar bertambah. 

Tahap pembuatan inilah yang membuat AI dianggap bukan sebagai seniman melainkan pencuri. AI tidak membuat gambarnya sendiri, melainkan memplagiat seniman yang lain. Set data yang digunakan untuk mleatih AI diambil tanpa persetujuan dari seniman secara langsung, Hal ini tentunya melanggar hak cipta dan etika moral. Tidak hanya mencuri karya seni, AI juga dapat mencuri pekerjaan dari para seniman. Hal ini sudah dilakukan oleh Rayark, developer game Deemo dan Cytus, yang memecat seluruh illustrator mereka dan menggantinya dengan AI. Dengan kasus ini, tidak menutup kemungkinan bahwa AI akan mencuri pekerjaan dari artis-artis lainnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun