Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Inspiratif Pekerja Migran Indonesia, Para Pahlawan Devisa

30 September 2021   06:19 Diperbarui: 1 Oktober 2021   09:25 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PMI berbagi untuk sesama di Indonesia dan di Hong Kong. Foto: Nathalia Widjaja

Saya mencoba mencari bantuan, tetapi gagal. Lalu, saya mencoba negosiasi dengan majikan, tetapi mereka bilang bahwa dalam dua tahun pertama tidak ada libur."

Oleh karena rasa rindu yang begitu besar pada keluarganya, Eni mulai mencari informasi tentang hukum di Hong Hong. Muncul pertanyaan-pertanyaan di benaknya. Apakah ia mempunyai hak? Kalau mempunyai hak, ia harus bagaimana?

Suatu hari temannya memberinya informasi bahwa ia harus pergi ke Departemen Tenaga Kerja Hong Kong. Untunglah Eni bisa berbahasa inggris. Iapun mendapat informasi bahwa pekerja rumah tangga (PRT) juga memiliki hak yang sama.

"Saya merasa tertipu. Setelah tujuh bulan bekerja, saya kabur dengan modal dari sisa uang potongan dari agen. Saya pergi ke shelter Bethune House. 

Di sana saya berkenalan dengan banyak pekerja migran dari berbagai negara. Mereka semua tahu hukum. Saya berkata pada diri sendiri, kok saya tidak tahu hukum? Bodoh sekali."

Selama tiga bulan tinggal di shelter Bethune House, Eni belajar banyak tentang hukum. Dari situ ia baru mengerti bahwa ada masalah pada sistem penempatan tenaga kerja dari Indonesia, karena tidak diberi tahu mengenai sistem hukum di negara penempatan. Sejak itu iapun berbagi informasi kepada teman-temannya.

Pelan-pelan Eni membentuk asosiasi buruh migran Indonesia. Mereka melakukan pemberdayaan, edukasi, dan sosialisasi ke mana minta pertolongan. 

Kemudian, ia mulai terlibat di International Migrants Alliance (IMA). IMA adalah aliansi migran dunia yang menangani 180 organisasi dari 32 negara.

"Di IMA saya mengenal dunia internasional. Sayapun tahu ada hukum internasional, ada PBB, ada ILO. Saya baru yakin bahwa memang benar kita semua punya hak. Sekarang, yang harus dilakukan adalah memperjuangkan agar hak kita diakui dan ditegakkan," ujar Eni.

Pada tahun 2016 Eni Lestari ditunjuk PBB menjadi opening speaker pada KTT Pengungsi dan Migran di New York. Seperti yang dikatakan Eni pada dialog interaktif yang diselenggarakan Indonesian Diaspora Network Global, bahwa ia mungkin beruntung, karena ia bekerja pada seorang majikan memahaminya dan menghormatinya.

Namun, apa yang diperoleh Eni merupakan hasil dari sebuah kerja keras dan keinginan yang besar untuk maju. "Jangan habiskan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna. Jangan menunda pekerjaan. Agar cita-cita kita tercapai, kita harus disiplin dan bersedia mengorbankan waktu untuk itu," pesan Eni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun