Mohon tunggu...
Evi Siregar
Evi Siregar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen-peneliti

Bekerja di sebuah universitas negeri di Mexico City.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Polusi Udara di Jakarta Sudah Mencapai Tingkat yang Mengkhawatirkan

16 Agustus 2019   04:38 Diperbarui: 16 Agustus 2019   22:18 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Jakarta pada tanggal 30 Juli 2019

Pada tanggal 29 juli yang lalu kita terkejut ketika mendengar berita bahwa pada pagi itu Jakarta tercatat menjadi kota yang memiliki tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Selama ini banyak orang Indonesia yang selalu mencemoohkan kota-kota seperti New Delhi, Shanghai, Mexico City, dan lainnya sebagai kota yang tidak sehat dan menakutkan untuk didatangi karena tingkat polusi udaranya yang begitu tinggi. 

Mereka tidak sadar bahwa sebenarnya sejak lama Jakarta pun sudah menjadi kota yang memiliki masalah polusi udara, dan keadaannya semakin memprihatinkan. Ketidaksadaran atau ketidaktahuan mereka mungkin disebabkan oleh tak tersedianya informasi publik yang cukup lengkap, ditambah dengan tak ada ketertarikan untuk mengetahuinya.

Sumber: AQI, 14 Agustus 2019
Sumber: AQI, 14 Agustus 2019

Sebenarnya mudah saja mengetahui bagaimana kualitas udara di kota Jakarta, cukup dengan klik pada apps Iklim di Smartphone. The Weather Channel menawarkan informasi tersebut kepada kita, dan kita dapat mengetahui elemen apa yang menjadi penyebab polusi udara kota Jakarta setiap harinya. Selain The Weather Channel, AQI juga memberikan informasi yang cukup rinci mengenai kualitas udara, bahkan sangat lengkap.

Kalau kita melihat data tentang kualitas udara di Jakarta dalam 30 hari terakhir, kita mungkin tidak percaya bahwa polusi udara di Jakarta sudah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan.

Sumber: AQI, 14 Agustus 2019
Sumber: AQI, 14 Agustus 2019

Partikel apa yang terkandung dalam udara yang menyebabkan polusi udara di Jakarta begitu mengkhawatirkan? Adalah PM2,5 dan ini juga menjadi masalah yang sama yang dialami kota-kota besar di dunia, misalnya Mexico City. 

PM2.5 adalah zat atau partikel yang bersifat padat dan cair yang tersuspensi di udara yang terbentuk dari beberapa elemen, seperti jelaga, diesel, abu atau logam berat, misalnya tembaga, seng, timah, dan sebagainya, yang berasal dari asap kendaraan, pabrik, pembakaran kayu dan kegiatan manusia lainnya. Partikel ini sangat kecil, memiliki diameter 2,5 mikrometer (sekitar 1/10 ribu inci) atau kurang dari itu. Itu sebabnya disebut Particulate Matter 2,5 atau PM2,5.

Bagaimana Particulate Matter terbentuk? Menurut WHO, ada dua kelompok. Yang terbesar disebut pecahan kasar, yang diproduksi secara mekanis dari pemecahan partikel padat, misalnya debu yang ditiup angin dari proses pertanian, tanah yang tidak tertutup, jalan yang tidak beraspal atau operasi penambangan. Serbuk sari, spora jamur, dan bagian tanaman dan serangga termasuk dalam kelompok ini.

Partikel terkecil disebut pecahan halus, yang sebagian besar terbentuk dari gas. Partikel terkecil dapat berukuran kurang dari 0,1 m, yang dibentuk dari nukleasi, yaitu kondensasi zat yang bertekanan uap rendah yang dibentuk dari penguapan suhu tinggi atau reaksi kimia di atmosfer untuk membentuk partikel baru.

Partikel yang berukuran sub-mikrometer diproduksi dari kondensasi logam atau senyawa organik yang diuapkan dalam proses pembakaran suhu tinggi. 

Partikel ini juga dapat diproduksi dari kondensasi gas yang telah dikonversi dalam reaksi atmosfer menjadi zat yang bertekanan uap rendah. Contohnya sulfur dioksida, yang merupakan hasil proses oksidasi di atmosfer untuk membentuk asam sulfat (H2SO4), yang dapat dinetralkan oleh NH3 untuk membentuk ammonium sulfat. 

Contoh lain Nitrogen dioksida (NO2), yang merupakan hasil oksidasi untuk menjadi asam nitrat (HNO3), yang pada gilirannya dapat bereaksi dengan amonia (NH3) untuk membentuk amonium nitrat (NH4NO3).

Partikel-partikel yang dihasilkan akibat reaksi antara gas di atmosfer disebut partikel sekunder. Partikel sulfat dan nitrat sekunder biasanya merupakan komponen dominan dari partikel halus, sementara pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak dan bensin dapat menghasilkan partikel kasar sebagai hasil dari pelepasan bahan yang tidak mudah terbakar.

Zat apa yang menjadi unsur utama Particulate Matter? Sulfat, nitrat, dan amonium adalah kontributor utama PM10 dan PM2.5. Karbon hitam berkontribusi 5--10% untuk PM2.5, tetapi bisa meningkat hingga 15-20%.

Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas dkk pernah membuat sebuah penelitian mengenai kualitas udara di Jakarta. Dari hasil penelitian itu ditemukan dalam air hujan yang turun selama tahun 2000-2016 kandungan elemen-elemen seperti SO4, NO3, Ca2, NH4, Cl, Mg2, Na, dan K.

Seperti yang diketahui, sulfur dan asam nitrat adalah bahan utama penyebab pengasaman. Sebagai hasil dari pembakaran batu bara dan minyak dari kendaraan dan industri, belerang dioksida dan nitrogen oksida ketika bercampur dengan hujan akan bereaksi dan membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang disimpan di bumi. Asam sulfat adalah prekursor pengendapan asam dan memainkan peran penting untuk menurunkan pH.

Konsentrasi kalsium dan amonium yang cukup tinggi juga ditemukan pada air hujan di Jakarta. Kalsium dan Magnesium berasal dari debu jalan, debu konstruksi, dan debu mineral yang berasal dari luar kota, sementara ekskresi manusia dan hewan merupakan penyebab terbentuknya NH4. 

Penggunaan pupuk sebagai bagian dari kegiatan pertanian juga berkontribusi terhadap emisi amonium dalam jumlah besar, tetapi ini kelihatannya bukan menjadi penyebab masalah polusi udara di Jakarta sebagai kota perkotaan. Emisi dari tempat pembakaran batu bata dan kendaraan bisa menjadi sumber amonium di Jakarta karena ada sejumlah industri batu bata yang ditemukan di wilayah Jakarta dan Bekasi.

Hasil penelitian Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas dkk tersebut mengkonfirmasikan laporan yang dibuat The Weather Channel dan AQI, bahwa yang menjadi masalah polusi udara di Jakarta adalah PM2,5.

Pertanyaan berikutnya adalah seberapa besar bahaya yang diakibatkan PM2,5? WHO mengkategorisasikan PM2,5 sebagai partikel yang paling berbahaya bagi kesehatan, karena dalam waktu panjang dapat menyebabkan penyakit kanker, misalnya kanker paru-paru. 

Ana Rosa Moreno, peneliti dari Fakultas Kedokteran UNAM, menjelaskan bahwa partikel tersebut (PM2,5) dengan mudah dapat masuk ke dalam tubuh ketika bernafas, dan langsung masuk ke dalam paru-paru karena dibawa oleh lendir. Ia berkomentar bahwa sebuah penelitian di Inggris pernah membandingkan otak orang-orang yang pernah tinggal di Mexico City dengan daerah perkotaan lain di negara itu. 

Dalam otak orang-orang yang tinggal di Mexico City ditemukan logam berat. Satu-satunya penjelasan mengapa hal itu terjadi adalah bahwa logam tersebut masuk melalui pernafasan dan udara di Mexico City mengandung partikel-partikel tersebut.

Menurut catatan, di Meksiko setiap tahun sekitar 21 ribu orang meninggal terkait dengan kualitas udara yang buruk. Bagi penduduk setempat kelihatannya masalah polusi udara tidak begitu berpengaruh pada kesehatan, karena tidak merasakan gejala-gejala, misalnya tidak ada dahak, mata tidak merah, atau tidak merasa kekeringan. Gejala-gejala itu biasanya terjadi pada mereka yang berkunjung, karena mereka memiliki gejala yang tidak mereka miliki di tempat asal mereka.

Ana Rosa Moreno menjelaskan bahwa tingkat polusi udara yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian bagi orang-orang yang rentan. Sebenarnya semua orang berisiko, tetapi bayi dan orang tua berada dalam bahaya yang lebih besar. Ketika tingkat polusi udara sangat tinggi, bayi tidak boleh meninggalkan rumah dengan alasan apapun. 

Anak-anak sebaiknya juga tidak keluar rumah, demikian juga orang tua atau mereka yang menderita penyakit pernapasan kronis, seperti asma, alergi, karena mereka memiliki kerentanan yang lebih besar, karena tubuh tidak mampu bertahan. 

Dalam kondisi seperti itu dianjurkan agar untuk tidak membuka jendela.

Beberapa waktu yang lalu, Mexico City mengalami hal yang sama seperti Jakarta kemarin, PM2,5 naik sampai pada warna antara jingga-merah atau tingkat 3-4 (keseluruhan ada 6 tingkat dan biasanya dimanifestasikan dengan warna: hijau, kuning, oranye, merah, violet, cokelat). 

Segera pemerintah daerah Mexico City mengumandangkan bendera kontingensi, melarang setengah dari jumlah kendaraan yang biasa bersirkulasi setiap harinya keluar dari rumah alias tidak boleh bersirkulasi. Itu berarti bahwa sekitar dua setengah juta kendaraan tidak berjalan pada hari itu. 

Kecaman datang dari berbagai pihak. Pemerintah pun harus segera mendapatkan solusi atas masalah ini. Salah satu yang akan dilakukan adalah mulai bulan Januari 2019 setiap kendaraan yang bersirkulasi di jalan harus berisi dua orang atau lebih. 

Apakah itu cukup? Tentu saja tidak. Area paru-paru kota harus diperbanyak, peraturan lalu lintas dan industri harus diperketat, disiplin dan kesadaran penduduk kota harus ditingkatkan, dan masih banyak lagi.

Panorama Jakarta pada tanggal 4 Agustus 2019
Panorama Jakarta pada tanggal 4 Agustus 2019

Kembali pada masalah polusi udara di Jakarta. Jika kita perhatikan data yang dibuat AQI, polusi udara di Jakarta sudah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Pada tanggal 29 Juli menurut berita sebuah stasiun televisi nasional penyebabnya adalah PLTU, tetapi esoknya diberitakan bahwa penyebab masalah polusi udara di Jakarta di antaranya adalah asap kendaraan. 

Masyarakat tentu bingung, apa sebenarnya yang menjadi faktor utama penyebab polusi udara di Jakarta? Kalau kita membaca kembali laporan penelitian Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas dkk, masalah yang dihadapi kota Jakarta tidak jauh berbeda dengan Mexico City, yang paling utama adalah kendaraan dan industri. 

Apakah akan dibuat peraturan-peraturan baru? Mungkin Jakarta bisa belajar banyak dari pengalaman Mexico City dalam hal ini. Ini sangat penting demi kesehatan penduduknya.

Mexico City, 15 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun