Mohon tunggu...
E.Senovico
E.Senovico Mohon Tunggu... Pengarang/Pekerja

Saya seorang warga yang senang menulis dan ingin berbagi buah pikiran. Ikuti saya juga di Instagram @Overthinking_employee dan juga threads untuk berbagi ide serta kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hati yang Belum Pulang

14 Maret 2025   16:13 Diperbarui: 14 Maret 2025   17:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu malam di kota Arezzo, Italia.(sumber : instagram Overthinking_employee)

Ada perjalanan yang tidak selalu terlihat oleh mata. Bukan perjalanan yang melibatkan langkah kaki, bukan pula yang terekam dalam Google Maps. Ia adalah perjalanan yang lebih sunyi--sebuah lintasan panjang dalam kepala, di mana hati tersangkut di antara jam-jam kerja, diskusi yang tak solutif, dan lembaran tugas yang masih menggantung.

Setiap Jumat tiba, tubuh akhirnya pulang. Tapi hati? Kadang masih tertinggal di meja kerja, terselip di antara dokumen yang belum rampung, atau mengendap di notifikasi ponsel yang tak kunjung diam. Seperti satelit yang terjebak dalam orbit, ia berputar tanpa henti, tak pernah benar-benar kembali ke pusatnya.

Di dunia yang mengukur nilai manusia dari produktivitas, kita sering lupa bahwa ada bagian dari diri yang lebih dari sekadar mesin kerja. Seperti yang dikatakan oleh Seneca, filsuf Romawi, 'Otium sine litteris mors est et hominis vivi sepultura'--waktu senggang tanpa refleksi hanyalah kematian yang tertunda. Kita mengejar angka, memenuhi target, menyalakan gawai bahkan dalam gelap, tetapi lupa bahwa hati juga punya hak untuk pulang. Lupa bahwa ada dunia di luar deadline dan kotak masuk yang tak pernah kosong.

Pernahkah kau merasa seperti jam pasir yang terus dibalik? Waktu bergerak, pasir jatuh, tetapi tak ada yang benar-benar selesai. Pekan demi pekan berlalu, tetapi rasa lelahnya tetap sama, seolah waktu hanya memberi jeda, bukan kelegaan. Hati pun menjadi seperti museum yang penuh arsip beban, menumpuk tanpa pernah diberi ruang untuk dikosongkan.

Namun, mungkin malam ini berbeda. Pernahkah kita berpikir bahwa kita tidak hanya bekerja untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk mencari makna? Mungkin yang kita butuhkan bukan sekadar akhir pekan, tetapi ruang dalam pikiran kita sendiri untuk membiarkan hati bernapas. Seperti yang diajarkan oleh filsafat Stoa, manusia tidak dapat mengendalikan segala sesuatu, tetapi dapat mengendalikan dirinya sendiri. Epictetus pernah berkata, 'Nemo est liber qui corpori servit'. Barangkali, kebebasan sejati bukan hanya terbebas dari beban kerja, tetapi juga dari belenggu pikiran yang terus terpaut pada apa yang sudah berlalu. Mungkin ini saatnya membiarkan hati pulang dari perjalanan panjangnya. Bukan hanya dengan merebahkan tubuh, tetapi dengan benar-benar memutus simpul-simpul yang mengikatnya pada pekerjaan. Melepaskan gravitasi beban yang membuatnya tetap mengorbit di tempat yang sama. Memberinya izin untuk mengembara ke tempat yang lebih sunyi--ke dalam dirinya sendiri.

Sebab apa gunanya pulang jika hanya tubuh yang kembali, tetapi hati masih tersesat di tempat lain? Biarkan malam ini menjadi gerbang bagi hati untuk benar-benar pulang. Pulang bukan hanya ke rumah, tetapi ke dalam keheningan yang memberinya ruang untuk bernapas.

Mungkin, hanya dalam keheningan itu, kita bisa benar-benar kembali menjadi manusia, bukan sekadar roda yang terus berputar. Malam ini, mungkin untuk pertama kalinya dalam pekan ini, biarkan hatimu pulang. Sudahkah kau benar-benar mengizinkannya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Perpustakaan Waktu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun