Pasar Besar Tradisional Pamotan terletak di sebelah utara Masjid Agung Pamotan, dengan jarak kira-kira 1 km. Pasar besar tradisional ini menyatu dengan terminal bus Pamotan. Dengan letak strategis, setiap hari pasar ini selalu berlimpah pelbagai hasil tani yang berasal dari sebelah selatan deretan perdesaaan Rembang.
Kelapa, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah-rempah, beras, kacang, temabakau kering, hingga jajanan tradisional, hingga beragam bibit tanaman yang siap tanam, terbentang berlimpah ruah. Sungguh disinilah awal mulainya denyut ekonomi masyarakat tani perdesaan hulu hingga hilir kawasan sekitar Pamotan. Bahkan di tempat ini pula selalu terbuka menerima para perdagang luar, diantaranya pedagang ikan dari kawasan pesisir Rembang, dan pedagang perkakas alat tani dari Blora, Kudus, Purwodadi, dan Bojonegoro.
Akses lokasi pasar yang sangat mudah ini, telah membawa arus transaksi pasar yang mulai dari fajar hingga siang. Dari arah utara, dihubungkan dengan jalan besar lasem. Dari arah barat dihubungkan dengan jalan besar Jape-Rembang. Dari arah timur dihubungkan dengan jalan besar Sale-Sedan. Serta dari arah selatan dihubungkan dengan jalan besar Tegaldowo-Gunem. Sungguh akses jalan pasar tradisional yang memiliki potensi besar dalam membangun fasilitas pasar tradisional terbesar di nasional. Apalagi didukung oleh limpahan produk hasil tani dan produk olahan yang siap digunakan.
Pasar Besar Tradisional Pamotan ini cukup apik dan ideal dalam hal tataruangnya. Deretan los pasar yang dihubungkan dua jalan pasar yang letaknya memanjang arah utara-selatan, dengan terhubung akses jalan tepi pasar yang seperti dua bidang berbentuk oval. Udara yang asri juga dapat dinimati di pasar tradisional ini, karena dibelakang pasar ini terbentang areal pertanian produktif yang selalu ramai para pemulia tanaman saat musim tanam berkibar. Sebuah bejana ekonomi lokal yang siap mendidik masyarakat sekitar di bidang perdagangan, dalam rangka memompa keberdayaan ekonomi sekaligus memompa kualitas hidup masyarakat timur-selatan kawasan Rembang.
Namun pasar besar tradisional Pamotan ini, tentu saja tidak luput dari masalah. Persaingan dagang yang kurang sehat, kebersihan, ruwetnya sanitasi, kualitas udara, hingga gencatan kekuatan ekonomi pasar semi modern yang ada di sekitar, menjadi materi refleksi bersama, dalam menatap kawah candra dimuka perekonomian lokal ini. Saling membanting harga dan upaya saling menjatuhkan kualitas barang, perlu diwaspadai dalam hal menjaga kualitas harga dan barang di pasar tradisional. Buang sampah sembarangan, tata kelola sampah yang amburadul, serta kesadaran dalam mempercantik tampilan los pasar, juga menjadi hal penting untuk didiskusikan sekaligus di eksekusi segera. Suasana yang becek pada jalan los antar toko toko serta saluran sanitasi yang terintegrasi perlu segera ditata ulang, agar tampilan pasar tradisional tidak menjadi pengab sekaligus dapat disatukan dengan sistem pertanian tadah hujan di kawasan sekitar pasar. Pasar tradisional masa depan juga perlu dipadukan dengan sumber energi matahari yang murah dan menyehatkan, bukan sebaliknya, malah membelakangi energi primer dari alam semesta yang mengagumkan ini. Alur sinar matahari dan arah mata angin pun mendesak untuk desain ulang, agar tak satupun sudut pasar yang menjadi kantong nyamuk sekaligus surga bakteri dan virus yang mematikan. Dan tidak kalah pentingnya adalah membangun konstruksi sosial, bahwa pasar tradisonal itu bukanlah tempat jual beli barang produk-produk yang tak laku di pasar modern. Pasar tradisional juga merupakan bejana dalam mendulang karakter ekonomi yang pro terhadap kemandirian ekonomi lokal, membangun karakter wisausaha masyarakat lokal, serta bertanggung jawab dalam memproduksi relasi etika sosial yang arif, yaitu etika dagang yang terhormat, bermartabat, dan mampu meningkatkan kualitas hiduap masyarakat sekitar.
Pamotan, 04 Desember 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI