"Aya naon nya kang, eta di imah kuwu?Geuning banyak pasukan berkuda, barodas pisan juga. Ih sieun!
"Atuh ambu ningal naon?
"Duka, kang, Teu terang ambu mah.
Suaminya pun kemudian memastikan, dan tak kalah terkejutnya secara kasat mata ia melihat dari kejauhan seperti pasukan perang tengah menunggu perintah saja adanya. Untuk memberitahu pada tetangga yang lain tidak mungkin, sebab mesti melintas juga di jalan di mana pasukan itu berada. Suami dan ambu Siti inipun hanya berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa. Namun demikian, selang beberapa menit kemudian terdengar suara gaduh, dan sorak sorai yang keluar dari pasukan itu yang mereka dengar. Suara ringkik kuda pun tak kalah hebohnya, seperti menyambut suatu kemenangan. Ambu Siti, dan suaminya mendengar sorak suara gempita.
"Beunang ! Beunang !! Beunang!!!
Kemudian senyap kembali, dan hilang sekejap. Seperti tidak terjadi peristiwa apapun. Tapi sekian menit kemudian terdengar suara tangis menyayat dari kediaman kuwu Naya. Anaknya yang paling tua berlari memberitahukan ambu Siti dan suaminya.
"Ambu, ambu?
"Aya naon den ashar?
"Abah tos maot ambu!
"Innalillahi wa innailaihi rojiun."
Seketika itu juga warga ramai mendatangi kediaman pemimpinnya, dan tidak percaya sama sekali ia wafat. Sebab sore tadi ia masih ada di balai desa untuk sekadar berbincang dengan pamong terkait urusan pemerintahan desa.