Mohon tunggu...
Erson Bani
Erson Bani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023) & "Melayat Mimpi" (2023)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menciptakan Heuristika Ketakutan dan Kepedulian Lingkungan

11 November 2022   08:50 Diperbarui: 11 November 2022   09:04 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Encyclopaedia Iranica

            Kedua, manusia wajib tetap ada (Suseno: 2006: 198). Ada kemungkinan bahwa ketika alam sering dilukai maka akan menimbulkan bahaya kepada manusia. Cara pandang yang jauh ini membuatnya merasa bahwa manusia harus bertanggung jawab terhadap alam sehingga generasi berikutnya (manusia) harus tetap ada dan bahkan ia mengatakan wajib ada. Ketika berbicara tentang etika dan moralitas, kata wajib disini sangat penting mengingat keberadaan manusia pertama ke dunia adalah sebuah pemberian sehingga ia harus bertanggung jawab akan semuanya itu.

            Ketiga, heuristika ketakutan. Heuristika ketakutan menjadi bagian penting dalam pandangan Hans Jonas tentang Etika Tanggungjawab. Apa itu heuristika ketakutan? Heuristika adalah metode untuk menemukan sesuatu. Hereustika ketakutan adalah metode dimana rasa takut akan masa depan akan umat menusia mendorong manusia untuk membangun sikap-sikap etis yang seharusnya (Suseno: 2006:187-188). Ketakutan terhadap situasi yang ada di masa depan memdorong manusia untuk tetap menjaga agar manusia itu tetap ada. Walaupun manusia tidak tahu apa yang terjadi ketika terjadi kerusakan lingkungan yang terus terjadi, sikap ketakutan akan bahaya yang lebih besar harus ada dalam diri manusia. Pengalaman manusia pada saat ini (mengalami bencana) yang tidak lain karena efek kerusakan lingkungan seharusnya memberikan kesadaran bahwa manusia telah merasakan apa yang telah dilkaukan di masa lalu.     

             Setelah manusia menyadari akan apa yang terjadi di masa depan maka yang dapat ia lakukan adalah bagaimana cara untuk tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan itu. Inilah yang disebut etika tanggung jawab demi masa depan. Hans Jonas melihat bahwa tanggung jawab demi masa depan tidak bisa didasarkan pada keadilan dan hak generasi mendatang karena keadilan itu tergantung pada hak yang bersangkutan. Yang menjadi dasar sikap tanggung jawab adalah adanya panggilan dari objek yang menggerakan kita untuk bertanggung jawab (Ristyantoro: 2005, 42). Bagaimana hal ini bisa dilaksakan oleh setiap orang? Pendidikan merupakan cara yang tepat untuk bisa menanamkan ketakutan ini.

            Berhadapan dengan ketakutan masa depan ini, Gereja juga merasakan hal yang sama. Gereja merasakan kegelisahan akan hal buruk yang terjadi di masa depan dengan menerbitkan Ensiklik Laudato Si'. Ensiklik ini tidak lain memberikan tanggapan akan berbagai peristiwa atau fenomena yang terjadi didunia saat ini seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Bagaimana cara Gereja menawarkan gagasan berkaitan dengan situasi ini?

            Ada beberapa hal yang ditawarkan Gereja dalam Ensiklik Laudato Si', yakni dialog dengan lingkungan dan politik internasional,  dialog kebijakan baru dan lokal, dialog dan trasparansi dalam pengambilan keputusan, politik dan ekonomi untuk pemenuhan manusia, dan kerja sama agama-agama dan dialog dengan ilmu. Selain dialog yang dilakukan, ada sebuah istilah khas yang sering digunakan adalah pertobatan ekologis. Gema seruan pertobatan ekologis sangat jelas setelah diterbitkannya Ensiklik ini. Tujuan terjadinya pertobatan ekologis tidak lain adalah berkaitan dengan ketakutan yang akan terjadi di masa depan.

            Hal yang penting ketika berbicara tentang pertobatan ekologis adalah bukan hanya berkaitan dengan ide tetapi dari motivasi yang lahir dari spiritualitas untuk menumbuhkan semangat pelestarian dunia (Paus Fransiskus: 2015, art.116). Pertobatan ekologis adalah panggilan untuk pertobatan batin yang mendalam untuk melestarikan karya Allah. Hal ini mengingat bahwa manusia telah merusak karya ciptaan Allah untuk kepuasan duniawinya sehingga ia perlu melakukan rekonsiliasi. Melalui pertobatan ini membawa manusia pada kesadaran bahwa setiap makluk ada cermin karya dari Allah yang membawa pesan untuk ditelaah oleh manusia. Kesadaran ini dapat membangkitkan persaudaraan mulia dengan seluruh ciptaan seperti yang telah dihayati oleh Fransiskus Asisi (Paus Fransiskus: 2015: art.221). Inilah isi dari pertobatan ekologis yang ditawarkan oleh Paus Fransiskus dalam Laudato Si'.

Penutup

            Kepedulian terhadap alam adalah tanggung jawab bersama. Saat ini banyak bencana yang tidak lain disebabkan oleh kerusakan lingkungan. Berhadapan dengan situasi ini, manusia perlu menanamkan heuristika ketakutan dan juga pertobatan ekologis. Heuristika ketakutan bisa membuat menusia menyadari akan bahaya yang akan muncul di masa depan akibat kerusakan yang dilakukan saat ini. Setiap orang bertanggung jawa untuk melakukan ini. Selain hereustika ketakutan, Gereja juga melalui Ensiklik Laudato Si' menawarkan pertobatan ekologis. Tujuan pertobatan ekologis adalah membangkitkan persaudaraan mulia dengan seluruh ciptaan yang adalah karya Allah sendiri.

Daftar referensi

Suseno. Frans Magnis., Etika Abad Kedua Puluh, Kanisius: Yogyakarta, 2006

Fransiskus, Laudato Si' (24 Mei 2015) (ter. Martin Harun OFM), Jakatra: Obor, 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun