Mohon tunggu...
Catatan Lepas
Catatan Lepas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis buku "Lara Jasad" (2023) & "Melayat Mimpi" (2023)

Hanya ingin mengabadikan kisah lewat aksara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menghadirkan Wajah Gereja bagi Para Migran

11 Januari 2022   19:21 Diperbarui: 13 Januari 2022   05:41 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ribuan imigran asal Afrika melakukan unjuk rasa ke berbagai kedutaan besar di Tel Aviv, Israel untuk memprotes perlakuan pemerintah Israel terhadap para imigran. (JACK GUEZ/AFP via kompas.com)

Perkembangan migrasi sangat cepat dari tahun ke tahun. Dalam artikel yang ditulis oleh Gemma Tulud Cruz, yang mengutip pandangan Stephen Castles and Mark Miller, mengatakan bahwa abad ke-21 disebut sebagai zaman migrasi. 

Ia juga mengutip data dari UNCHR (United Nations Commission on Human Rights) yang menulis bahwa pada Juli 2014 tercatat secara global, ada 232 juta migran internasional. 

Lebih mengganggu lagi, laporan badan pengungsi PBB bulan Juni 2014 menghitung bahwa sekarang ada 51,2 juta pengungsi, pencari suaka, dan pengungsi internal di seluruh dunia, tertinggi sejak Perang Dunia II (Gemma Tulud Cruz, 2016: 243).

 

Berdasarkan data ini, dapat dikatakan bahwa persoalan migran telah menyebar ke seluruh dunia. Setiap orang, baik langsung maupun tidak dipanggil untuk berpartisipasi dalam memperlambat laju mobilitas migran ini. Cepatnya laju para migran bukan tidak mungkin dapat menimbulkan permasalahan baru, baik bagi tempat tujuan maupun untuk diri mereka. 

Mengapa? Karena kebanyakan yang melakukan migrasi adalah para perempuan yang secara fisik lemah dan rentan terhadap kriminalitas dan eksplotasi seksual. Mereka berangkat dari tempat kelahiran dengan salah satu alasan yakni kemiskinan. 

Jika mereka tidak mendapat perlindungan, maka ini akan menambah penderitaan. Keadaan inilah yang mendorong Gemma Tulud Cruz, salah seorang teolog feminis yang berasal dari Filipina, membangun sebuah teologi yang berpihak kepada mereka.

Menghadirkan wajah Gereja bagi para migran

Gagasan Gemma Cruz tentang migran berangkat dari pengalaman perjumpaan. Ia melihat banyak orang menderita karena situasi ini. Mengutip apa yang dikatakan Todd Johnson dan Gina Bellofatto bahwa kebanyakan dari para migran atau sebagian dari jumah di atas adalah orang Kristen (2012: 8-9). Teologi yang dibangunnya adalah bagaimana menghadirkan Kristus bagi mereka yang berada dalam situasi ini.  Ia juga menyinggung misi yang dilakuakan oleh Gereja saat ini. 

Misi Gereja bukan hanya mewartakan Injil kepada orang yang belum percaya, tetapi juga misi harus mendapat wajah baru. Saat ini, misi mencakup, kesaksian, penghormatan terhadap kebebasan manusia, liturgi, inkulturasi kegiatan menuju keadilan sosial, inisiatif ekumenis, kepedulian terhadap lingkungan, doa, dan dialog antaragama (Gemma Tulud Cruz, 2016: 245).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun