Mohon tunggu...
Ersa Awwalul
Ersa Awwalul Mohon Tunggu... Mahasiswa - stay humble

you can do it

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kupas Kesalahan Penulisan oleh Sejarawan

20 November 2021   20:40 Diperbarui: 20 November 2021   20:43 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang sejarawan yang akan memulai mengkaji sebuah penelitian harus menggunakan beberapa langkah-langkah yang benar untuk melanjutkan penelitiannya. Akan tetapi, masih banyak yang belum mengetahui secara lebih luas mengenai penelitian tersebut sehingga terdapat kesalahan umum yang biasanya dilakukan oleh sejarawan dalam melakukan penelitian. 

Adapun beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh sejarawan yakni 1) Pemilihan topik 2) Pengumpulan sumber 3) Verifikasi 4) Interpretasi 5) Penulisan. Dari beberapa kesalahan tersebut akan kita kupas satu-persatu sehingga ketika melakukan sebuah penelitian akan sesuai dengan pedoman penulisan sejarah dan memperoleh hasil yang maksimal. 

    Ketika seorang sejarawan akan melakukan sebuah penelitian atau penulisan tentunya hal yang pertama kali dilakukan yaitu pemilihan topik. Jika topik belum dipilih maka sejarawan belum bisa melanjutkan pekerjaan tersebut dan hal yang paling penting dalam memilih topik yakni kehati-hatian, karena jika tidak maka rawan kesalahan. Adapun beberapa kesalahan dalam memilih topik yaitu kesalahan Baconian yaitu hanya berpusat bahwa sejarah itu ilmu yang empiris padahal tidak semua pengetahuan yang benar dicapai lewat pengalaman akan tetapi, kita harus mengetahui terlebih dahulu jenis sejarah yang ditulis kemudian menyesuaikan dengan metode yang akan digunakan. Ketika seorang sejarawan akan memulai menulis maka sebaiknya menanyakan satu pertanyaan saja agar apa yang akan ditulis langsung berpusat dan lebih jelas. 

    Kesalahan lain yang sering ditemukan yaitu perbedaan dua pendapat terhadap beberapa tokoh atau sebuah peristiwa dimana kita menganggap hal tersebut menjadi hitam dan putih. Padahal sejarawan tugasnya meneliti atau mengkritisi, dalam tahap penelitian kritis dimana kita tidak boleh mengadili apa yang sudah disampaikan oleh para narasumber dengan mengkaji kebenarannya terlebih dahulu dari data yang sudah dihimpun. Karena adanya keterbatasan ilmu, ketidakmampuan sejarawan harus dipandang sebagai kerendahan hati dan kehati-hatian serta kekuatan. Akan tetapi dalam penelitiannya harus tetap empiris dan rasional. Sebuah tulisan yang nantinya akan dipublikasikan kepada umum diperlukan ketelitian dan fakta. Dalam menulis sebuah topik sejarah dibutuhkan sebuah bukti untuk melanjutkan penulisannya tersebut. Jika ada sebuah topik yang fiktif maka hal tersebut bukan sebuah topik sejarah. 

     Melanjutkan dari kesalahan pemilihan topik kita beralih ke pengumpulan sumber yang diteliti. Ketika sebuah topik sudah ditemukan maka hal yang harus kita lanjutkan yaitu mencari sumber dan mengumpulkannya. Akan tetapi, masih ada beberapa sejarawan yang sering kali melakukan kesalahan dalam mengumpulkan sebuah sumber. Mereka hanya memilih satu bagian penting dan merasa satu bagian tersebut mewakili keseluruhan isi sumber tersebut padahal belum tentu bagian tersebut bisa menjelaskan semua. Hal ini biasa disebut kesalahan holinisme. Sering kali kita menemukan sebuah sumber yang baik dan berpikir bahwa dengan memakai sumber tersebut penelitian atau penulisan akan selesai dengan baik. Ternyata ketika dilanjutkan, sumber yang dipakai belum tuntas. Hal tersebut sangat perlu di hati-hati karena ketika kita mengambil sumber yang belum tuntas maka penulisan yang ditulis pun belum sempurna dan perlu dilanjutkan untuk mengungkap apa yang terjadi pada masa itu. Kesalahan itu disebut sebagai kesalahan pragmatis. 

Dalam memilih atau mencari sebuah sumber memang harus sesuai dengan tujuan yang akan dibahas dan perlu diingat jika sumber yang akan dicari sebaiknya juga sudah tuntas. Kesalahan ini kerap kali terjadi dalam memilih sumber yaitu sumber yang dinilai memiliki daya estetis ketika dipelajari lebih lanjut lagi. Padahal belum tentu semua hal yang estetis bisa kita jadikan sebagai sumber sejarah. Kemudian ada lagi hal yang menjadi kesalahan dalam mengumpulkan sebuah sumber dan hal ini sangat sering terjadi di masyarakat umum yaitu memilih sebuah jabatan atau pangkat seseorang yang akan dijadikan sebagai sumber sejarahnya. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan ad hominem yang dimana merujuk pada seseorang. 

Sejarawan dalam memilih seseorang untuk dijadikan sebuah sumber harus lebih hati-hati dan harus sesuai dengan apa yang akan ditulis. Karena dalam melakukan hal ini tidak cukup dengan satu orang saja apalagi tidak sesuai dengan apa yang nantinya ditulis. Intinya sumber yang harus diperhatikan dalam pengumpulan yaitu orang yang bersangkutan, pihak lawan dan saksi mata. Jangan mudah terkecoh dengan sebuah hal yang biasanya disimpulkan sudah benar padahal belum tentu juga hal itu benar. 

Biasanya hal ini kerap kali dijumpai pada sebuah dokumen-dokumen yang terdapat angka di dalamnya. Angka tersebut jangan disimpulkan langsung untuk dipercayai karena kita tidak tau angka itu sudah valid atau hanya tipuan belaka. Jika semua dokumen dituliskan atau di terjemahkan dengan angka maka bagaimana sejarawan bisa melanjutkan penelitiannya. 

Sejarawan hanya tau sepotong kebenaran dan dalam mengemukakan objektivitas harus bersungguh-sungguh agar terhindar dari kesalahan. Adapun kesalahan dari verifikasi yaitu kesalahan yang terjadi jika orang menganggap bukti nyata hanya berlaku untuk sebagian padahal keseluruhan. Kemudian ada juga kesalahan yang menganggap sebaliknya. 

Hal tersebut sering kali terjadi dalam proses verifikasi, kemudian Sejarawan seringkali menganggap pendapat umum dan pendapat pribadi sebagai fakta padahal belum tentu peristiwa itu bisa dibuktikan kebenarannya dalam verifikasi. Ketika melakukan penelitian, banyak data yang tidak mungkin dirinci semua karena hal tersebut nantinya malah akan menimbulkan banyak pertanyaan dan tidak bisa berpusat. Sejarah adalah ilmu yang empiris. Oleh karena itu, jika tidak ada bukti sejarah maka sejarawan harus bisa mengakui bahwa bukti tersebut diluar jangkauan. 

Mengumpulkan sebuah sumber harus disertai dengan kemampuan menjelaskan yang baik. Sejarawan harus bisa membedakan mana yang dimaksud dengan alasan, sebab, kondisi dan motivasi. Dalam menjelaskan, sejarawan harus mempertimbangkan dan menentukan faktor lain yang berpengaruh serta jangan takut akan monisme dan reduksionisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun