Lalu bisa juga lewat udara ketika serat tekstil dan partikel debu plastik bisa terbawa ke sarang lebah. Ataupun melalui peralatan pemeliharaan lebah dimana wadah plastik, alat ekstraksi madu, atau proses pengemasannya menggunakan bahan plastik (untuk lebah ternak). Banyak juga ya media kontaminasinya.
Namun dalam otak saya justru memikirkan hal lain, yaitu hal ini akan membuat madu yang berasal dari hutan kemungkinan berharga lebih mahal. Hingga pada akhirnya makanan sehat yang tak terkontaminasi inipun akan semakin langka dan diburu. Sampah plastik ternyata tak seremeh itu ya guys.
Teh Celup-Celup Yang Tak Sehat
Dulu, sebelum jaman semakin modern. Kita semua minum teh dengan cara seduh daun teh kemudian saring atau bahkan tidak disaring. Seiring dengan perkembangan jaman dan katanya lifestyle, maka cara seduh teh pun dibuat lebih praktis. Iya, teh dalam kantong yang kalau diseduh tinggal di celup-celup.
Iklannya begitu massif, hingga kitapun merasa begitu praktis dan modern. Namun ternyata yang kita tidak sadari adalah kantung teh celup ini justru jadi penghantar mikroplastik masuk ke tubuh kita. Iya, plastik tipis yang terkena panas, larut dalam teh, masuk ke dalam tubuh. Bersarang di lapisan paling halus tubuh, terbawa hingga ke organ-organ penting tubuh. Bersarang disitu, menumpuk dan menunggu tumpukannya semakin menyumbat tatau menyebabkan infeksi.
Ah, daun teh itu adalah barang sehat, minuman antioksidan. Seharusnya menenangkan, bahkan barang sebagus inipun tak luput dari kontaminasi plastik ya. Itu baru teh, padahal hampir sebagian besar makanan yang dijual juga kontak langsung dengan plastik. Tentu saja, kemasannya plastik, makanan panas dibungkus plastik, mangkuk di festival kuliner juga pake plastik.
 Masihkah Kita Tak Mau Peduli?
Dengan sedikit uraian di atas, apakah sudah ada gambaran bagaimana kehidupan kita selanjutnya? Karena faktanya sejenis kondimen makanan dasar seperti garam, yang notabene terbuat dari air laut yang luasnya 71% permukaan bumi saja bisa terkontaminasi. Lalu apa kabar yang di darat? Yang jelas-jelas sumber awal dari sampah plastik ini justru di darat.
Masihkah kita tak juga mau peduli? Masihkah kita akan terus berfikir "nanti itu urusan pemerintah" atau dengan mindset bahwa buang aja disitu, nanti petugas kebersihan juga yang sapu. Atau bahkan kalian yang masih juga doyan nyemplungin sampah plastik ke kali, sungai bahkan di pantai.
Yakin anak cucu kita akan bisa tumbuh sehat dan normal setelah mengkonsumsi begitu banyak makanan yang terkontaminasi ini? Sampai kapan kita jadi tidak peduli? Bagaimana jika kita mulai dari diri sendiri dulu, dari kamar, dari halaman rumah dan edukasi ke orang-orang terdekat kita. Ngomong-ngomong, nanti kalau mimin sudah running program Bank Sampah, bisakah kita bahu membahu untuk mengenalkan dan mensosialisikan keberaadaannya?
Harapannya sih begitu, atau jika ada yang punya ide model transaksi terstrukturnya boleh komen dong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI