Begini Cara RK Mengapresiasi Masyarakat Berprestasi
Oleh Erni Wardhani
Jauh-jauh hari, saya sudah menandai tanggal 17 Agustus 2019 sebagai hari pertemuan saya bersama kakak-kakak tercinta di Kota Garut. Semua sudah sepakat, dan tinggal tunggu hari H. Rencananya, saya ikut upacara dulu, lalu berangkat ke Garut. Ternyata apa yang dijadwalkan, menjadi urung gegara ada seseorang yang memberi pesan singkat lewat WA, bahwasanya dari tanggal 15 s.d. 17 Agustus, saya diundang bersama 79 Â orang lain untuk mendapatkan penghargaan, sesuai dengan apa yang sudah saya perjuangkan sebelumnya.
Singkat kata, saya akhirnya memutuskan untuk membatalkan janji dengan saudara, untuk kemudian pergi ke Kota Bandung guna memenuhi undangan. Di undangan tertera barang yang harus di bawa. Mulai dari dasi kupu-kupu, hingga surat perjalanan dinas, tidak boleh Ada yang tertinggal.
Karena tidak diberi rounddown, maka saya hanya bisa menebak-nebak acara yang akan dilalui selama tiga hari ke depan.
Satu per satu peserta dari berbagai daerah berdatangan. Pada saat, registrasi, kami diberi batik dan tas keteladanan. Demikian mereka menamakan barang tersebut. Tidak lupa round down juga diserahkan.
Saya menyusuri kalimat demi kalimat yang tertera di jadwal. Masyaallah, Â selama tiga hari ke depan, begitu padat acara yang akan kami lalui. Hari pertama, pembukaan pada pukul 16.00 wib hingga isoma. Pukul 15.00 wib, Bu Atalya Ridwan Kamil yang tampil cantik dan lincah memberikan pembekalan kepada 80 Masyarakat Berprestasi. Keseluruhan masyarakat berprestasi itu terdiri atas unsur dinas pendidikan, kehutanan, Lingkungan Hidup, Kesehatan, pertanian, ketahanan pangan, ketenagakerjaan, dan departeman agama.
Pada malam hari, setelah acara perkenalan, panitia mempersilakan kami beristirahat, karena besok kami akan diajak ke Gedung DPRD guna mengikuti pidato kenegaraan peringatan HUT ke-74 RI. Selanjutnya besok yang perempuan disuruh menunggu di aula Gedung Sate, karena peserta laki-laki harus melaksanakan ibadah salat Jumat (Bagi yang merayakannya)
Benar saja, tepat pukul 8, kami yang sudah rapi memakai seragam keteladanan, berangkat ke Gedung DPRD memakai bis pariwisata. Nampak beberapa mengabadikan moment, termasuk saya. Merekam setiap kegiatan untuk keperluan kontn. Saya dengan Ibu Casminih, teladan dari SMA Cianjur naik ke bis yang sudah disediakan.
Di sepanjang jalan, kami asyik dengan gawai masing-masing.
Mengikuti Pidato Kenegaraan di Gedung DPRD
Di Gedung DPRD, selama hampir satu jam setengah, kami mendengarkan secara saksama pidato kenegaraan yang disiarkan secara telekonferen. Kami ditempatkan di balkon utama guna mengikuti siaran tersebut, dan tidak bisa mengatur posisi sendiri, karena pihak panitia sudah mengatur sedemikian rupa, hingga kursi pun sudah dinamai sesuai dengan kriterianya. Alhamdulillah, saya kebagian duduk di depan.
Sambil mendengarkan jalannya acara, sesekali saya melihat ke arah bawah di mana Pak RK duduk, dan berniat menghampiri beliau begitu acara selesai. Demikianlah saya, kadang sering nekat akan tetapi selalu berpikir positif, sehingga pada akhirnya, saya memang berhasil berfoto dengan beliau. Gagah sekali Pak RK memakai setelan hitam berpeci, dengan hem putih Dan dasi hitam di dadanya. Dengan ramah belaiu menerima uluran tangan saya dan membiarkan sayae untuk berselfie dengannya.
Petualangan di Gedung Sate
Sambil menunggu peserta laki-laki melaksanakan salat Jumat, kami diberi kesempatan memasuki Gedung Sate.
Lahan yang dibangun pada tahun 1924 ini, masih berdiri kokoh. Menurut data dari yang tertulis, arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya, yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda (Dr.Hendrik Petrus Berlage), yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah bangunan monumental yang anggun memesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl),
Beberapa pendapat tentang megahnya Gedung Sate di antaranya Cor Pashier dan Jan Wittenberg dua arsitek Belanda, Â mengatakan "langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa".
Bahkan menurut D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte 1952, "Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia". Woooow.
Di bagian timur dan barat terdapat dua ruang besar yang akan mengingatkan kita kepada ruang dansa (ball room) yang sering terdapat pada bangunan masyarakat Eropa. Ruangan ini lebih sering dikenal dengan sebutan aula barat dan aula timur, sering digunakan kegiatan resmi. Nah, di aula barat inilah, 80 Masyarakat Berprestasi akan diberi penghargaan oleh Bapak Gubernur Ridwan Kamil.
Petualangan di dalam gedung ini tidak sepenuhnya terpuaskan, karena pihak panitia segera memberitahukan bahwasanya kami harus segera memasuki aula dan mendapatkan makan siang selama 40 menit.
Tepat pukul 14.00 wib, satu per satu Masyarakat Berprestasi diberi penghargaan berupa sebuah piagam yang sudah diberi pigura, dan mendapat kesempatan untuk difoto seorang Demi seorang. Senyum sunringah tergambar jelas ketika kami menerima jabatan dan penghargaan tersebut.
Berbagi Pengalaman sebagai Salah Satu Anak Bangsa yang Unggul di Berbagai Bidang.
Pukul 19.00 wib, sebagaimana diperintahkan oleh panitia, kami berkumpul dan mendapat makan malam. Seperti biasa, kami dimanjakan dengan berbagai hidangan. Sebagian besar para peserta makan sedikit, akan tetapi seluruh hidangan tercicipi hehehehe.
Setelah makan malam, kami dipandu oleh Putri Ayudia, sang pembawa acara Jejak Petualang, berbagi pengalaman seputar keteladanan.
Malam ini terasa hangat dan menggembirakan, karena seluruh peserta dapat saling berbagi pengalaman yang menghantarkan kami nke sini.
Seperti yang sudah dijanjikan, panitia menyuruh kami bersiap ke Taman Makam Pahlawan pada pukul 22.00 wib. Namun karena saya sedikit pusing gara-gara malam sebelumnya tidak dimanfaatkan untuk tidur, ya sepulangnya Ibu Atalya, saya begadang untuk menyelesaikan kerjaan hingga pukul 02.00 malam. Alhasil sekarang sedikit puyeng. Namun panitia berbaik hati, saya diizinkan untuk tidak pergi bke Taman Makam Pahlawan guna melakukan perenungan.
Karena khawatir, teman sekamar Saya, Ibu Casminih memilih menemani saya. Selama di kamar, ternyata pemilihan Gupres tingkat Nasional sedang disiarkan secara live. Akhirnya saya dengan Bu Casminih menonton tayangan tersebut hingga hasil akhir, sampai akhirnya beristirahat untuk mempersiapkan besok, harus upacara di Gedung Sate.
Dari Upacara hingga Mengikuti Tarian Sajojo
80 Masyarakat Berprestasi, dengan mengenakan batik kembali digiring ke bis, guna mengikuti detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI.
Ketika tiba, lapangan memang sudah penuh. Tampak barisan dari berbagai instansi berjejer dengan rapinya, walaupun cuaca sangat terik. Beruntung, para teladan Berprestasi ditempatkan di kursi kehormatan bertenda, Â dan sejajar dengan balkon Sang Gubernur. Maka, duduklah kami dengan tertib.
Kami berkemas begitu pembawa acara memberitahukan bahwa acara telah selesai, Dan kami harus segera berkemas, dan langsung pulang ke daerah masing-masing.