Mohon tunggu...
Erni Irdewanti
Erni Irdewanti Mohon Tunggu... Lainnya - Penyiar Radio, Mahasiswi Ilmu Komunikasi

.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Optimisme di Tengah Pandemik

14 April 2020   14:43 Diperbarui: 14 April 2020   15:05 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di tengah pandemik virus corona yang sedang merebak ini, kita dituntut untuk menjaga imunitas agar tidak mudah tertular penyakit. Imunitas adalah kekebalan individu terhadap penyakit. Imunitas mengenali penyakit, melokalisasi, melemahkan, dan atau melenyapkannya. 

Banyak cara yang dilakukan untuk memperoleh imunitas yaitu melalui vaksin atau meningkatkannya secara alami. Salah satu cara meningkatkan imunitas secara alami adalah dengan mengedepankan sikap optimisme.

Hal ini diperkuat dengan temuan sejumlah riset yang menyimpulkan bahwa sikap optimis dapat meningkatkan imunitas secara drastis. Cancer Journal dari PubMed Central (PMC-NCBI) yang menyebutkan bahwa terapi peningkat imunitas selular pada kanker punya lebih banyak kelebihan dibandingkan vaksin. 

Tak heran jika sering kita jumpai banyak penderita kanker yang akan lebih mudah sembuh jika menumbuhan sikap optimis dan bahagia di dalam tubuhnya. Selain itu, jurnal ilmiah internasional yang ditulis Elsevier yang berjudul Personality and Individual Differences juga menyatakan bahwa sikap optimis berpengaruh terhadap peningkatan kualitas imunitas seluler dan mampu menekan stress tubuh.

Cara mudah lainnya adalah dengan melakukan afirmasi positif terhadap diri sendiri. Afirmasi positif berarti kita mengulang kata-kata yang bernilai optimis dan positif. 

Kata-kata tersebut akan terafirmasi dalam tubuh kita sehingga berdampak pada perilaku dan berwujud dalam seluruh aktivitas tubuh. Maka dengan menjaga optimisme, imunitas tubuh akan terbentuk dan terhindar dari penyakit-penyakit menular.

Namun, apa yang terjadi jika kita terpapar dengan berita-berita hoax dan meresahkan di tengah virus corona ini? Apalagi menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) per 12 Maret 2020 sudah terdapat 196 hoax dan disinformasi seputar virus corona di Indonesia. 

Jumlahnya pun terus bertambah hingga saat ini. Salah satu hoax yang ditemukan adalah terkait video yang menunjukkan kemacetan di arus lalu lintas menuju puncak Bogor. 

Dalam video yang terjadi pada 14 Maret 2020 tersebut menunjukkan bahwa kemacetan terjadi karena masyarakat khawatir dengan virus corona sehingga memilih untuk berlibur di puncak Bogor. 

Padahal faktanya menurut data Jasa Marga volume kendaraan pada tanggal 14 Maret 2020 justru mengalami penurunan sebesar 4,85% dibandingkan minggu sebelumnya dan tidak ada kemacetan di daerah tersebut.

Tentunya berita hoax dan disinformasi ini sangat meresahkan masyarakat. Media sebagai “penyambung lidah” seharusnya juga bisa membangkitkan optimisme di tengah wabah virus corona. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun