Penulis: Erni Erfan (Bagian Ilmu Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti) Â Â Â
   Menurut sejarah ada manusia yang ingin hidup abadi di dunia. Apakah hal tersebut mungkin terjadi? Manusia tersusun dari banyak sekali unit kehidupan terkecil (Uzbekov & Prigent, 2022) yang dikenal dengan sebutan 'sel'. Keinginan untuk hidup abadi di dunia ini, bertolak belakang dengan kehidupan sel. Ketika sel tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai unit terkecil kehidupan maka peranan sel sebagai struktur terkecil kehidupan juga berakhir melalui proses kematian sel (Shen et al., 2023). Namun ada sel yang hidup terus-menerus selama kebutuhan dan kondisi lingkungan sekitar untuk hidupnya terpenuhi. sel demikian disebut sel tumor (Patel, 2020). Tumor ada yang bersifat jinak ada juga yang ganas. Tumor bersifat ganas disebut juga kanker. Lokasi sel kanker dapat muncul diberbagai lokasi dalam tubuh sedangkan sel tumor hanya tumbuh di lokasi tertentu. Pengobatan terhadap kanker lebih kompleks daripada pengobatan tumor.
   Kematian sel dibedakan menjadi kematian sel 'tidak disengaja' (accidental cell death, ACD)  dan kematian sel yang ada keteraturan dalam prosesnya) (regulated cell death, RCD).  (Tang et al., 2019). Proses biologis pada ACD tidak terkendali sedangkan RCD diregulasi oleh faktor-faktok genetik ataupun obat dan  melibatkan kaskade pensiyalan yang terstruktur yang melibatkan mekanisme efektor secara molekuler. Kata 'kaskade' sendiri mengaju pada proses yang di dalamnya terdapat hal yang diteruskan secara berurutan. Berdasarkan penampilan sel, enzim yang berfungsi dan karakteristik imunologis dalam RCD,  ada proses kematian sel yang disebut kematian sel terprogram (programmed cell death, PCD) dan bukan PCD (non PCD, nPCD). Kematian sel yang termasuk kategori PCD dibedakan lagi menjadi PCD apoptotik dan PCD bukan apoptotik. PCD apoptotik yaitu apoptosis dan anoikis. PCD bukan apoptotik  contohnya autofagi, entosis, metuosis, paraptosis, oksitosis, mitoptosis, partanatois, ferroptosis,  piroptosis, netosis, nekrotois, dan necroptosis. Nekrosis merupakan nPCD (Shen et al., 2023; Tang et al., 2019).
   Meskipun telah ditemukan beberapa RCD yang dimediasi oleh mekanisme molekuler yang berbeda dan dicirikan oleh perubahan morfologi sel yang unik, tetapi semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa RCD-RCD tersebut dapat dihubungkan melalui 'dialog' dan jaringan pensinyalan terintegrasi (Vinik et al., 2024). Pada kesempatan ini sekilas disajikan mengenai apoptosis, dan ferroptosis.
   Catatan sejarah menunjukkan bahwa pengamatan ilmiah mengenai RCD dimulai pada tahun 1842. Pada tahun tersebut, Karl Vogt mendefinisikan kematian sel setelah mengamati sel-sel pada katak yang sedang mengalami proses kematian (sekarat). Namun jumlah penelitian mengenai RCD baru melonjak setelah istilah apoptosis dicetukan oleh John Kerr, Andrew Wyllie, and Alastair Currie setelah 130 tahun kemudian (Tang et al., 2019).
   Apoptosis telah lama diketahui sebagai bentuk kematian sel yang 'ideal' karena  apoptosis tidak berdampak buruk bagi lingkungan sekitar sel yang mengalami apoptosis. Peranan apoptosis adalah untuk menjaga homeostasis dalam tubuh. Homeostasis merupakan proses untuk mempertahankan keseimbangan dalam lingkungan internal. Setiap hari, 10 milliar sel dalam tubuh manusia dewasa  (Elmore, n.d.). Pada kematian sel apoptotik, keutuhan membran sel masih dipertahankan sedangkan sel yang mengalami kematian secara bukan apoptotik membrannya pecah (Yan et al., 2020). Tidak ada reaksi peradangan (inflamasi) yang terkait dengan apoptosis maupun dengan penghilangan sel apoptosis karena: (1) sel apoptosis tidak melepaskan kandungan dalam selnya ke jaringan interstisial di sekitarnya; (2) sel tersebut segera difagositosis (dimakan) oleh sel di sekitarnya untuk mencegah terjadinya nekrosis sekunder; dan, (3) sel yang menelan tidak menghasilkan sitokin antiinflamasi (Elmore, n.d.).
   Sel yang telah mengalami apoptosis akan dieliminasi melalui degradasi heterolitik setelah difagositosis oleh pemulung pembantu (efferositosis). Selain itu jika pengeliminasian tersebut masih menyisakan 'remah-remah' sel yang telah mengalami apoptosis, sisa-sisa sel itu dieliminasi melalui mekanisme nekrosis sekunder. Nekrosis sekunder merupakan suatu proses autolitik disintegrasi sel dengan pelepasan komponen sel yang terjadi ketika tidak ada intervensi pemulung dan program apoptosis lengkap telah selesai. Nekrosis sekunder adalah cara eliminasi sel dengan fitur molekuler dan morfologis tertentu dan harus dianggap sebagai hasil alami dari program apoptosis lengkap (Silva, 2010). Nekrosis sekunder  terjadi pada eukariota uniseluler tetapi hal itu juga dapat terjadi pada manusia pada kondisi tertentu dan hewan multiseluler.
   Istilah ferroptosis dicetuskan sebagai suatu proses kematian sel yang berbeda dengan  kematian sel lainnya pada tahun 2012, tetapi pengamatan mengenai glutation dalam sel mulai dilakukan pada tahun 1955. Namun baru tahun 2003 ditemukan erastin oleh Dolma dan kawan-kawan. Erastin merupakan senyawa yang berperan dalam mengeliminasi sel tumor secara spesifik dan menginduksi terjadinya ferroptosis (Zhao et al., 2020).
   Besi berperan penting dalam beberapa proses metabolik tubuh kita. Besi dalam tubuh terdapat dalam jumlah tertentu dengan rentang toleransi yang sempit. Jika besi berlebihan dalam sel maka dapat menyebabkan ferroptosis. Ferroptosis merupakan kematian sel yang diawali oleh kondisi adanya akumulasi besi dan dicirikan dengan dihasilkannya reactive oxygen species (ROS) dan peroksidasi lipid  intraseluler (Rochette et al., 2023; Hoon Hong et al., 2017) (Rochette et al., 2023). Lipid adalah merupakan komponen penting dalam membran sel yang menjaga struktur dan mengontrol fungsi sel. Peroksidasi lipid adalah proses oksidasi lipid sehingga dihasilkan radikal peroksil lipid dan hidroperoksida (Rochette et al., 2023).
   Ferroptosis berperan ganda dalam perkembangan tumor yakni sebagai onkogenik dan juga penekan pertumbuhan tumor. Namun ferroptosis lazimnya lebih dikenal sebagai penekan tumor dalam kondisi yang spesifik. Istilah onkogenik mengacu pada sesuatu yang berkaitan dengan pembentukan tumor dan kecenderungan menyebabkan tumor. Sel tumor bisa saja memperoleh kemampuan kebal terhadap apoptosis tetapi sel tumor demikian dapat dieliminasi melalui ferroptosis (Elmore, n.d.). Penginduksi ferroptosis memiliki potensi digunakan dalam terapi antikanker . Ferroptosis meningkatkan erastin yang dapat menginduksi terjadinya apoptosis (Hoon Hong et al., 2017). Pengaktifkan atau pemblokiran jalur ferroptosis mengurangi perkembangan penyakit, yang menyediakan strategi terapi yang menjanjikan  (Li et al., 2020). Saat ini banyak penelitian telah mengembangkan berbagai penginduksi untuk mengaktifkan ferroptosis dan mengeksplorasi peran ferroptosis dalam berbagai terapi kanker, misal kemoterapi, imunoterapi, radioterapi, dan nanoterapi (Chen et al., 2023).
DAFTAR PUSTAKA