Menjadi mahasiswa tidak membatasi seseorang untuk berinovasi dan mencoba hal baru, termasuk dalam bidang wirausaha. Hal inilah yang dibuktikan oleh Asteri, seorang mahasiswi aktif jurusan Kimia angkatan 2023 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di tengah kesibukannya menjalani perkuliahan, Asteri juga menekuni dunia usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di bidang kuliner. Dengan semangat berkreasi, ia mulai menjual berbagai jenis makanan, dari menu berat hingga makanan ringan, yang menarik perhatian banyak orang melalui media sosial.
Awal Mula Usaha: Dari Story Menjadi Rezeki
Usaha kuliner yang digeluti Asteri bermula dari hal yang sederhana. Saat mengunggah foto-foto masakannya ke status WhatsApp dan Instagram, banyak teman yang tertarik dan menanyakan apakah makanan tersebut dijual. Respons positif itu membuatnya mencoba menjual makanan secara online, yang kemudian mendapat sambutan hangat dari lingkungan sekitar.
"Saya jualan sejak mulai kuliah semester dua, jadi sekitar awal tahun 2024," ujarnya saat diwawancarai. Berbekal keberanian dan kreativitas, Asteri pun memulai usaha kecil-kecilan yang hingga kini terus berjalan.
Menu Andalan: Ceker Krispi Tanpa Tulang
Asteri menawarkan beragam pilihan makanan, mulai dari rice bowl, sandwich, hingga camilan yang sedang digemari banyak kalangan, yaitu ceker krispi tanpa tulang. Meskipun belum memiliki nama usaha yang resmi, produk unggulannya ini dikenal luas dengan sebutan "Ceker Tantul" akronim dari "ceker tanpa tulang". Nama ini dipilih secara spontan oleh konsumen, namun ternyata cukup melekat dan unik.
"Ceker tanpa tulang!" jawabnya singkat saat ditanya mengenai keunikan produknya. Inovasi ini memberikan pengalaman berbeda bagi para penikmat ceker ayam, karena biasanya ceker identik dengan banyak tulang dan sulit disantap secara praktis. Dengan menghilangkan tulang dan menyajikannya dalam bentuk krispi, Asteri berhasil menciptakan produk yang lezat, mudah dikonsumsi, dan menarik.
Diproduksi Secara Rumahan dengan Bantuan Keluarga
Dalam menjalankan usaha ini, Asteri tidak bekerja sendiri. Ia mendapatkan bantuan dari anggota keluarga untuk proses pembuatan makanan. Produksi dilakukan di rumah dengan peralatan masak sederhana, tanpa dapur profesional atau sistem produksi yang kompleks.
"Kalau untuk bikin makanannya saya dibantu sama keluarga sih. Prosesnya juga seperti biasanya aja sih, nggak ada yang khusus," tutur Asteri dengan rendah hati.
Keterlibatan keluarga dalam usaha ini tidak hanya meringankan beban kerja, tetapi juga menjadi bentuk dukungan moril yang penting bagi mahasiswa seperti Asteri yang harus membagi waktu antara kuliah dan bisnis.