Jakarta telah berkembang menjadi pusat hiburan populer di Indonesia, khususnya dalam hal pertunjukan musik internasional. Kehadiran konser grup musik asal Korea Selatan atau K-Pop semakin sering terjadi di ibu kota. Grup-grup ternama seperti SEVENTEEN, BLACKPINK, EXO, hingga NCT telah beberapa kali menggelar konser megah di kota ini. Namun di balik kemegahan panggung dan kemeriahan fandom, terdapat satu kenyataan pahit yang masih dialami oleh sebagian penggemar: konser K-Pop di Jakarta masih belum sepenuhnya ramah bagi penyandang disabilitas.
Cinta Tanpa Batas: K-Pop untuk Semua, Termasuk Difabel
Fenomena K-Pop telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Penggemar K-Pop tidak terbatas oleh usia, gender, maupun kondisi fisik. Para penyandang disabilitas pun turut menjadi bagian dari komunitas penggemar, termasuk mereka yang tuli, netra, atau pengguna kursi roda. Mereka mengikuti berita idol, menonton video musik, membeli album, hingga menghafalkan koreografi.
Salah satu penggemar K-Pop yang juga seorang penyandang disabilitas adalah Nia, mahasiswi tuli asal Klaten yang kini menempuh studi Ilmu Komunikasi di Yogyakarta. Ia adalah seorang penggemar NCT, grup multinasional bentukan SM Entertainment. Baginya, musik dan visual dari NCT adalah bentuk seni yang dapat dirasakan tanpa harus mendengar secara utuh.
"Aku suka NCT karena konsep mereka selalu berbeda dan energik. Meskipun aku tuli, aku bisa merasakan getaran musik dan melihat koreografi mereka yang penuh semangat. Tapi saat konser berlangsung di Jakarta, aku merasa tidak yakin bisa datang karena belum ada akses yang cukup untuk kami yang tuli," ujar Nia.
Realita di Lapangan: Infrastruktur dan Layanan yang Belum Siap
Banyak konser K-Pop di Jakarta dilangsungkan di lokasi-lokasi modern seperti ICE BSD, Jakarta International Stadium (JIS), dan Indonesia Arena. Namun, fasilitas tersebut belum sepenuhnya siap untuk mengakomodasi kebutuhan pengunjung disabilitas.
Beberapa kendala yang sering dihadapi oleh penyandang disabilitas ketika ingin menghadiri konser antara lain:
1. Kurangnya Jalur dan Akses Masuk Khusus Difabel
Banyak venue konser masih mengandalkan tangga sebagai akses utama. Jalur landai (ramp) atau lift kadang tidak tersedia atau tidak difungsikan secara optimal. Pengguna kursi roda kesulitan mencapai tempat duduk yang layak.
2. Ketiadaan Kursi Khusus Difabel