Mohon tunggu...
sri erni johan
sri erni johan Mohon Tunggu... -

i am a housewife, have two amazing child, love to cooking and reading books.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengenal Idiopatic Trombositepenia Purpura

5 November 2014   15:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:35 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Dua kali anak saya didiagnosis suspect ITP. Serangan pertama muncul saat ia berusia lima bulan. Ada beberapa bintik merah, yang kemudian disebut dengan pitechiea oleh dokter anak yang menangani anak saya, dr Gracia, ternyata dilangit langit mulutnya, ada sejenis memar, dari hasil lab, diketahui trombosit anak saya hanya 12000. Angka yang sangat jauh dari normal yang harusnya berkisar antara 120.000-450.000. Dokter mulai menanyakan kondisi anak saya, apakah sempat demam, atau sakit, dan saya jawab tidak. Muncullah tiga huruf ajaib itu pertama kali dalam hidup saya. ITP. Dokter mencurigai anak saya menderita ITP, idiopathic trombositepenia purpura, suatu kondisi menurunnya jumlah trombosit dalam darah yang dapat mengakibatkan pitechie hingga purpura (memar atau lebam), dan pada tingkat yang parah akan mengakibatkan pendarahan dalam. Dokter menyarankan agar anak saya dibawa ke hematolog anak, dua dokter yang ditawarkan oleh dr Gracia saat itu. Prof Iskandar dan dr Amalia, bapak dan anak, yang sama sama praktek di RS Hermina Jatinegara,  rumah sakit terdekat dari rumah kami di Cikarang, yang memiliki fasilitas hematologi. Pilihan lain hanya RSCM atau Darmais, lebih jauh lagi. Dr Gracia meyakinkan saya bahwa kasus ini pun pernah terjadi, dan pasien umumnya bisa kembali memiliki trombosit yang normal.

Ruang praktek dokter Amalia merupakan ruang eksekutif, dimana seharusnya saya melakukan registrasi beberapa hari sebelumnya, namun mengingat kondisi anak saya yang memiliki tingkat urgensi tinggi, ia pun dapat masuk ke dalam daftar.Anak saya menjalani lab ulang, ada peningkatan seribu, trombositnya menjadi 13000. Angka tersebut tetap bukan batas aman, karena setidaknya trombosit harus mencapai angka 50000, agar bisa menjalani rawat jalan. Dokter menyarankan agar anak saya menjalani transfusi trombosit. Harganya sekira 300ribu, dan setelah menilik asuransi yang saya gunakan, dr Lia, demikian saya pada akhirnya memanggil beliau, menambahkan agar saya melakukan. screening tambahan, untuk membebaskan kontaminasi dari hepatitis dan virus lain yang ditakutkan tidak terdeteksi dengan screening PMI, harganya 500ribu. Setengah bingung, awam dan di antara keinginan memberi yang terbaik saya hanya mengangguk.singkat kata, anak saya menerima satu kantong tromboait, ternyata hanya satu kantong saja, dan itu pun cukup 75cc atau ml, saya kurang paham, kantong trombosit berbeda dari kantong darah, ukurannya lebih kecil dan warna isinya bening kekuningan.Esoknya hasil lab keluar, trombosit naik menjadi 25000. Prof Iskandar yang mengunjungi anak saya, beliau adalah sosok orangtua yang santun dan menyenangkan, tutur katanya pun menenangkan, menghibur saya dengan mengatakan bahwa kondisi anak saya sangat bagus, besok juga sudah bisa pulang. Esoknya lagi, hasil lab mengindikasikan peningkatan, 75000. Dokter Lia, yang datang pukul setengah empat langsung membolehkan anak saya pulang. Gak usah lama lama di sini, gak bagus, kata beliau.Anak saya menjalani rawat jalan, dengan konsumsi prepnison, sepuluh hari berikutnya, saat kontrol, trombositnya menjadi 750000.kondisinya bagus, Ma, kata dokter Lia saat itu, sekarang kita turunkan perlahan dosisnya, ya, setengah bulan lagi ke sini. Dosis prepnison diturunkan pertiga hari,dari 4mg sehari tiga kali, menjadi hanya 2mg prepnison sehari sekali.Bacaan lab bagus, trombositnya 450.000. Angka yang normal. Dr Lia mengatakan prognosisnya bagus, karena menyerang anak dibawah satu tahun, kemungkinan ini hanya ITP akut, kemungkinan terulang akan sangat rendah, dan penyembuhannya biasanya bersifat spontan, dapat naik sendiri walau tanpa pemberian steroid, ohya, prepnison yang dikonsumsi anak saya merupakan jenis steroid yang digunakan untuk mengontrol tubuh agar tidak memerangi trombosit.namun kejadian itu terulang setengah tahun kemudian, saat anak saya berumur sebelas bulan dan baru belajar melangkah.Kali ini, trombosit hanya 46.000, jadi hanya melalui rawat jalan, terapi yang diberikan pun sama, dosis 8mg, selama sepuluh hari, lalu dosia menurun.  karena berulang, dan angka Hb anak saya dibawah ambang, dilakukan tes retikulosit untuk mengetahui produksi sel darah merah, angkanya hanya 0.5, rendah. selagi mengkonsumsi prepnison, anak saya pun mengkonsumsi ferum dalam bentuk sirup.  Kontrol selanjutnya, angka retikulosit anak saya meningkat menjadi 1, dan Hb pun menjadi 12.  Dr Lia menyimpulkan penyebab angka Hb mungkin kurangnya konsumsi makanan yang kurang zat besi, tereliminasilah segala kemungkinan buruk lainnya. Yang harus saya lakukan hanyalah memperbanyak konsumsi daging merah, ikan dan sumber protein lain, yang penyajiannya disesuiakan dengan kemampuan anak saya dalam mengunyah.Saya mulai bertanya tanya apa yang menyebabkan kondisi ini berulang.Dari dua peristiwa, kesamaannya adalah keduanya terjadi setelah anak saya menerima imunisasi dengan injeksi. Selang terjadinya trombositepenia, atau penurunan trombosit adalah dua minggu. Itu memang hanya dugaan, dan saya bersyukur karena anak saya sudah melewati imunisasi dasar. Saya tidak memberi vaksinasi lain, karena takut akan memicu munculnya ITP.Ternyata kasus suspect ITP di wilayah saya cukup sering terjadi, dan beberapa menurut saya mendapat penanganan yang salah, ada yang ditransfusi darah hingga beberapa hari hingga angka trombositnya naik, atau memilih alternatif karena dokter yang menangani tidak memberi kepastian. Saya bersyukur karena dr anak yang menangani anak saya, Dr Gracia, memberikan saran yang tepat dan merujuk pada orang yang tepat.Saya berusaha membagi pengalaman ini pada yang lain, agar penderita suspect ITP ditangani dengan benar. Anak saya sekarang berumur tiga tahun, alhamdulillah tumbuh dengan sehat. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun