Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kekerasan Bahasa Itu adalah Aku

3 Februari 2023   17:33 Diperbarui: 5 Juni 2023   12:51 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Atas nama kritik budaya, Cak Nun telah melawan dirinya sendiri. Seorang budayawan dengan maqam spritual yang keren laksana advocatus Dei di jagat media online.

Simaklah Cak Nun bertutur! "Karena Indonesia yang namanya Jokowi, oleh Qorun yang namanya Anthony Salim dan 10 naga. Terus Haman yang namanya Luhut."

Selanjutnya, "Negara kita sesempurna dicekel oleh Firaun, Haman, dan Qorun. Itu seluruh sistemnya, seluruh perangkatnya, semua alat-alat politiknya sudah dipegang mereka semua. Dari uangnya, sistemnya, sampai otoritasnya, sampai apapun."

Itulah ungkapan di penggalan video Cak Nun yang terhormat. Selintas, kita mungkin menilai ucapan tersebut tidak lebih dari karya sastra bernilai tinggi, seperti Chairil Anwar. Bisa jadi, karya sastra atau puisi dibajak oleh ujaran yang mabuk kepayang. Ia menjadi suatu ujaran yang membahayakan. Kita tidak tahu, Cak Nun sudah pernah membaca No Exit karya Jean Paul Sartre atau semisal The Immoralist karya Andre Gide. Tetapi, Firaun dan para punggawanya tidak harus bersifat fiktif dalam kehidupan negeri ini.

Setelah penyesalan, ujaran atau pernyataan masih tetap mencerminkan jiwa Anda. 

Lalu, sebagaimana Anda semestinya berwatak, bukan keadaan dan selera Anda yang dipaksakan pada pemimpin bangsa kita.

Terdapat celah bagi masuknya kekerasan bahasa dan kekerasan pikiran. Buktinya, tidak terdapat kritik wacana di sana. Lebih lagi, dia abai tentang analisis dalam bahasa kuasa. 

Awalnya, Cak Nun tidak mencemaskan atas apa yang diucapkan. "(Itu saya tidak ada rencana tahu-tahu mengucap) Firaun, Haman, Qorun. Itu itu di luar rencana saya dan sama sekali di luar kontrol saya, maka saya tadi saya bikin video sama Sabrang judulnya Mbah Nun Kesambet." 

Dia merasa malu, sudah ketahuan belangnya. Bisa jadi juga yang tidak diharapkan, Cak Nun termasuk generasi 'kepleset'. Dia kira masih terang, padahal hari sudah gelap.

Sudah tentu, orang pada tahu jika Cak Nun menggunakan bahasa yang dikenal luas. Nama-nama yang disebutkan atau "sistem," "perangkat," "alat politik," "uangnya," dan "otoritasnya." Bahasa yang digunakan oleh Cak Nun hanya merupakan variasi 'penanda' yang dipoles dalam retorika yang memukau.

Tetapi, bahasa yang "diterompetkan" oleh Cak Nun dengan kritik budaya  pun sama anehnya dalam ketidaksadaran teks ala Derrida. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun