Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selera Bermain di Atas Panggung Peristiwa

29 Oktober 2022   09:05 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:25 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 1.000 Tahun akan Terkubur dalam Ingatan (Sumber karikatur : inquirer.com)

Dalam jarak dan luas tidak sebanding dengan pengamatan dan pengalaman, yang pada akhirnya kita dapat menemukan hutan dan gua, tempat sejati dari perjalanan panjang dalam kehidupan kita.

Berpandangan sederhana, secair dengan hasrat untuk memutuskan, bahwa kita perlu relasi bolak-balik antara jalan ternal dan jurang yang curam, antara hutan belantara dan gurun pasir yang melepuhkan kulit. Di sini, tanda dan ingatan (remembrance) atas peristiwa yang berlalu akan lebih kuat ketimbang menemukan tempat yang meninabobokan pikiran.

Bahkan, kita tidak membutuhkan hipotesis, meskipun kita belum dapat melihat yang paling mungkin di antara beberapa pendapat untuk membebaskan dari dugaan-dugaan yang dangkal. 

Kita akan terus-menerus melintasi batas-batas dunia saat ada atau tidak ditetapkan oleh alam, kecuali dengan pikiran dan hasrat kita keluar dari 'benteng pembatas' bernama dalil-dalil yang lemah dan dugaan-dugaan yang dangkal mengurung kita. Kita juga mencoba keluar dari kaidah-kaidah metode penalaran yang kaku dan tidaak jarang menjauhkan kita dari petualangan untuk melintasi batas-batas teritorial, tempat dimana kita dapat berlapang dada menerima perbedaan.

Itulah sebabnya mengapa Descartes bisa membedakan definisi tentang manusia sebagai binatang rasional, yang penentuannya sebagai Cogito sekaligus penanda konsep perbedaan apakah mereka binatang rasional atau hanya semata-mata binatang. 

Penanda konsep yang terakhir dari keduanya selayaknya tidak dapat dibedakan kepemilikan tubuh, kulit, dan kata benda lain. 

Manusia dan binatang terhimpit dalam konstelasi "malapetaka" yang terekayasa melalui "krisis" yang tidak terkira.

Mereka tidak hanya membentuk topologi umum dan antropologi seluruh dunia, tetapi juga pembentukan kehidupan bersama. 

Suatu cara manusia sekarang untuk memposisikan dirinya dalam menghadapi apa yang disebut kehidupan manusia dan kehidupan binatang. Virus corona yang mewabah bukan hanya hasrat untuk melindungi kehidupan, tetapi juga ingatan atas masa gelap dalam bahaya, yang di belakang pundaknya ada seseorang yang berpura-pura berpikir. Seseorang berjalan santai sambil tersenyum karena ingatan atas malapetaka kehidupan dan krisis kesehatan.

Pencegahan dan perlindungan korban dari arus virus corona yang bersumber dari binatang berarti penyelamatan masa depan secara keseluruhan dalam kehidupan. Ingatan juga tertuju pada binatang, virus, manusia, dan dunia sebagai gema seakan-akan menjadi bagian dari peristiwa yang terulang. 

Satu sisi, upaya pencegahan dan perlindungan secara kolektif dan individual atas penyebaran virus maut yang menelan banyak korban untuk kelangsungan akan kehidupan manusia yang tersosialkan. Di sisi lain, kehidupan binatang tetap saja tidak tersosialkan. Binatang jinak apalagi ganas dan bervirus selamanya tidak tersosialkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun