Mohon tunggu...
Erlina Novita
Erlina Novita Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa kupu-kupu

dapat di lacak pada blog katalogprosais.blogspot.com dan akun instagram @erlinanovita5.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Relasi Nyata untuk Langkah Besar Perubahan

19 Maret 2020   15:40 Diperbarui: 19 Maret 2020   15:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Never doubt that a small group of thoughtful commited citizens can change the world: indeed, it's the only thing that ever has. -- Margareth Mead

Seringkali, orang beranggapan bahwa sekelompok manusia yang berani melawan arus untuk sebuah perubahan adalah kumpulan orang dengan usaha yang sia-sia. Mereka menutup sebelah mata dan meniadakan eksistensi kelompok tersebut karena dianggap keluar dari kebiasaan dan zona nyaman mereka, tanpa mereka sadari, bahwa kelompok kecil tersebut adalah power tersembunyi dimasa yang akan datang, atau bahkan power terpenting yang akan mereka butuhkan untuk keberlangsungn hidup mereka. Kelompok-kelompok tersebut tersebar dalam banyak aspek bidang, diantaranya bidang lingkungan, social, healthy life dan banyak lagi.  Pertanyaan yang kita angkat kali ini adalah "Di kubu manakah kita berada sekarang?"

Mari kita telisik pada sesuatu yang lebih spesifik. Deforestasi hutan yang makin merajalela, spesies langka yang kian hari makin berkurang populasinya, bahkan ada yang sudah diprediksi akan punah dalam 5 tahun mendatang. Eksistensi lingkungan hanya sebatas ruang untuk memperoleh keuntungan bagi manusia semata, tanpa memikirkan apa yang terjadi dalam jangka 10 tahun yang akan datang.

Mulai banyak hati yang tergerak menyuarakan perubahan-perubahan untuk keberlangsungan alam. Namun pertanyaannya, sudahkan kita menjadi bagian dari manusia yang membawa perubahan tersebut? Apakah kita peduli bahwa burung macau spix atau cyanopsitta spixiii sudah dinyatakan punah pada September 2018 lalu? Apakah kita peduli bahwa great pacific garbage patch atau kumpulan sampah plastic di samudera pasifik sudah seluas daratan indonesia dan diperkirakan semakin luas setiap tahunnya? Apakah kita peduli bahwa plastik yang kita gunakan untuk membungkus barang kemudian dibuang  akan teruraikan 50-100 tahun yang akan datang?

Dimulai dari pemikiran-pemikiran sederhana kita untuk mau bertanya, apa kontribusi kita untuk hal tersebut, perubahan bisa terjadi. Apakah hanya berlaku untuk perubahan di bidang alam dan lingkungan? Tentu tidak. Banyak hal-hal yang perlu kita rubah dalam kehidupan di dunia ini, banyak masalah-masalah yang harus kita selesaikan sebagai generasi yang akan memegang jagat dalam kurun waktu 25 tahun yang akan datang. Namun, dalam bidang apapun yang akan kita gerakan, kita harus memiliki planning yang tepat untuk perubahan tersebut.

Banyak orang menginginkan perubahan untuk kehidupan yang lebih baik. Namun tak pernah tau langkah awal untuk memulainya. Everyone thinks of changing the world but no one thinks of changing himself. Perubahan diawali oleh diri kita sendiri, dimulai dari pola berfikir kita dan kebiasaan-kebiasaan kita. Segala gerakan hebat berasal dari dalam diri kita sendiri.

Namun apakah cukup jika kita bergerak secara sedirian. sedangkan kekuatan yang lebih besar bisa kita ciptakan jika kita bergerak secara team, koloni semut jauh lebih kuat dibandingkan seekor semut yang bergerak sendirian. Itulah mengapa kita harus bisa menjadi infuencer bagi orang di sekitar kita untuk berani berubah, setelah menemukan pencerahan pada diri sendiri, saatnya mencari masa untuk sebuah kelompok perubahan.

Cara-cara yang dapat kita lakukan untuk menjadi seorang infulencer dimulai dari hal yang paling dekat dengan kita.  Melihat terjadinya fenomena apatisme yang di alami remaja milenial sudah berada pada tingkat yang memprihatinkan dimana mulai hilangya interaksi primer yang ditunjukan oleh sikap asosial remaja. Dimana generasi lebih akrab dengan teknologi dibanding dengan lingkungan sekitar.

Karakteristik milenial yang mengedepankan kolektivitas, identitas, dan media social,."Generasi Nunduk' yang dengan gamblang menyatakan mereka lebih suka berinteraksi dengan media virtualnya. Jika hal tersebut terus berlanjut, maka ancaman runtuhnya interaksi primer akan semakin besar. Melihat hal tersebut, kita bisa mencari jalan untuk mengeluarkan mereka dari zona nyaman. Menyesuaikan dari karakteristik remaja milenial yang lebih fleksibel, kita bisa menciptakan zona komunikasi yang lebih santai dan tidak mengekang,  mengarahkan mereka pada fenomena-fenomena yang sering mereka hilangkan di dunia nyata.

Cobalah untuk mengusik zona nyaman mereka, karena zona yang tidak lagi nyaman, cenderung mudah untuk menerima suatu perubahan. Langkah kedua yang bisa kita lakukan adalah perubahan bertahap untuk mengurangi jumlah penentang, yaitu orang-orang yang menganggap sebelah mata kelompok perubahan. Dengan aksi yang nyata, mereka akan dapat melihat dan menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk mengikuti perubahan yang ada. Langkah ketiga yang bisa kita lakukan adalah menstabilkan kondisi dari kelompok atau organisasi kearah yang lebih kondusif, dengan manajemen organisasi yang baru dan suasana yang mengarahkan pada tujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun