Mohon tunggu...
Eriza Shintara
Eriza Shintara Mohon Tunggu... Mahasiswa - 190431626451

Program Studi S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Polemik dan Harapan pada Pembelajaran Tatap Muka Pasca Pandemi

15 Oktober 2022   09:49 Diperbarui: 15 Oktober 2022   09:52 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pertengahan tahun 2022, pembelajaran di beberapa satuan pendidikan sudah mulai dilaksanakan secara tatap muka. Harapannya dengan dibukanya kembali pembelajaran secara tatap muka dapat memperbaiki kualitas pembelajaran setelah dua tahun lamanya pembelajaran hampir semua dilaksanakan secara daring. Tidak sedikit hambatan yang dialami selama melaksanakan pembelajaran daring. Baik dari sudut pandang guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri. Beberapa guru mengeluhkan adanya siswa yang pasif dalam pembelajaran daring. 

Selain itu, beberapa siswa juga tidak mengumpulkan tugas dengan tepat waktu. Sedangkan siswa mengeluh bahwa selama pembelajaran daring mereka mengalami beberapa kesulitan, seperti kuota, jaringan internet, perangkat elektronik, dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Selain itu, siswa mengalami hambatan lain seperti tuntutan belajar yang cepat dalam waktu yang terbatas. Dengan demikian, pembelajaran tatap muka dinilai lebih efektif daripada pembelajaran daring.

Setelah pemerintah mengumumkan bahwa penularan virus Covid-19 menurun, akhirnya pembelajaran dilaksanakan kembali secara tatap muka.  Bagi satuan pendidikan yang berada pada PPKM Level 1 dan 2 dengan capaian vaksinasi PTK di atas 80 persen dan lansia di atas 60 persen diwajibkan menyelenggarakan pembelajaran secara tatap muka 100 persen setiap hari dengan JP sesuai kurikulum. Begitu juga dengan satuan pendidikan yang capaian vaksinasi PTK di bawah 80 persen dan lansia di bawah 60 persen, tetapi dengan durasi pembelajaran paling sedikit 6 JP.

Pada pembelajaran secara tatap muka, guru dan siswa dapat berinteraksi secara langsung di kelas sehingga guru dapat memantau proses belajar siswa dengan mudah. Siswa juga dapat lebih fokus dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, serta memanfaatkan fasilitas sekolah yang disediakan. Namun demikian diberlakukannya pembelajaran secara tatap muka menimbulkan pro dan kontra bagi orang tua. Beberapa orang tua setuju pembelajaran dilakukan secara tatap muka karena merasa kesulitan membantu anak dalam memahami materi pembelajaran secara daring. Kemampuan orang tua dalam menyediakan fasilitas belajar juga berbeda-beda. Keluarga yang kurang mampu akan kesulitan menyediakan fasilitas belajar daring sehingga mereka setuju pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka. Selain itu, pekerjaan orang tua juga menjadi lebih terkendali. Di sisi lain, beberapa orang tua tidak setuju karena anaknya memiliki riwayat penyakit bawaan sehingga tidak dapat memenuhi persyaratan mengikuti pembelajaran tatap muka karena tidak dapat melakukan vaksin. Masih ditemukannya klaster Covid-19 di lingkungan pendidikan juga menjadi kekhawatiran dan alasan orang tua tidak setuju dilaksanakannya pembelajaran tatap muka.

Setelah mengalami pembelajaran daring yang cukup lama, hendaknya sekolah menciptakan atmosfer pembelajaran tatap muka di kelas yang menyenangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan kembali semangat siswa untuk belajar. Mengingat bahwa pembelajaran tatap muka pasca pandemi merupakan sebuah tantangan bagi guru, yaitu dituntut untuk dapat membangkitkan kembali semangat belajar, hasil belajar siswa, dan memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berprestasi. Cara lain yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang interaktif dan model pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Pembelajaran tatap muka merupakan keputusan yang tepat untuk dilaksanakan karena guru dapat memantau proses belajar siswa secara langsung. Siswa lebih mudah memahami materi yang dijelaskan dan guru tidak lelah dalam mengajar karena penerapan shift saat pembelajaran daring sehingga guru harus mengulang-ulang pembelajaran. Namun akhir-akhir ini juga diberitakan bahwa kasus penularan Covid-19 kembali meningkat. Hal ini dapat dihindari dengan pemberlakukan protokol kesehatan yang tepat. Meskipun sebelumnya ada pelonggaran peraturan pemakaian masker, sebaiknya peraturan tersebut diberlakukan kembali secara ketat. Oleh sebab itu, pemerintah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang optimal, serta mengutamakan protokol kesehatan. Di samping itu, durasi pembelajaran hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin. Dukungan dari orang tua juga diperlukan untuk membantu pemerintah dalam mengejar ketertinggalan pendidikan di Indonesia dengan mencegah terjadinya lost generation dan learning loss.

Pembelajaran tatap muka pasca pandemi membawa harapan yang baik bagi pendidikan di Indonesia. Melalui pembelajaran tatap muka, sekolah lebih mudah memantau proses belajar siswa dan membentuk karakter positif pada siswa setelah dua tahun lamanya siswa melaksanakan pembelajaran secara daring. Bukan bermaksud menyalahkan orang tua karena tidak mengawasi siswa saat belajar di rumah, melainkan kebiasaan siswa itu sendiri pada saat pembelajaran daring menyebabkan tingkat kedisiplinan menurun, semangat belajar yang kurang, dan lain sebagainya. Setelah dimulainya pembelajaran tatap muka, siswa harus mampu beradaptasi dan membangun kebiasaan-kebiasaan positif dalam kegiatan sehari-hari. Siswa akan bangun lebih pagi, berseragam dengan rapi, menyiapkan peralatan belajar yang akan dibawa ke sekolah, dan seterusnya. Hal ini dapat meningkatkan kedisiplinan siswa karena siswa harus memanajemen waktu mereka dengan baik untuk kegiatan sehari-hari.

Pada pembelajaran tatap muka, guru dapat memantau atau mengevaluasi sikap siswa, baik dengan teman sebaya, guru, maupun staf lain yang ada di sekolah. Bagaimana cara mereka berinteraksi, sikap pada saat berpapasan, cara belajar, kedisiplinannya, kerapian, kejujuran, dan lain sebagainya. Guru juga dapat mengetahui aspek pengetahuan siswa secara langsung apakah siswa sudah memahami materi dan dapat mengerjakan tugas dengan kemampuannya sendiri. Guru berperan penting dalam membentuk karakter siswa yang baik di sekolah sehingga jika masih terdapat siswa yang berkelakuan kurang baik, guru dapat mengarahkan mereka dengan cara menasihati atau bahkan memberikan hukuman. Pembelajaran tatap muka sebaiknya dimanfaatkan sebaik mungkin demi kualitas pembelajaran yang lebih baik termasuk dalam membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik pada siswa.

Daftar Rujukan

Aisyi, R., & Rohman, N. (2022). Persepsi Orang Tua Dan Guru Terhadap Pembelajaran Tatap Muka Dimasa Covid-19 Di Desa Ranub Dong. Abdau: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 5(1), 81-92.

Nurhayati, S. E., & Ratnaningsih, N. (2022). Persepsi Orang Tua, Guru, dan Siswa Terhadap Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas pada Masa Pandemi Covid-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 827-835.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun